Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGENAKAN setelan jas hitam-hitam, Akio Toyoda, Presiden dan Chief Executive Officer Toyota Motor Corporation menyampaikan kabar buruk dalam konferensi pers di Tokyo, Jumat dua pekan lalu. Toyoda mengumumkan produksi mobil Toyota akan menurun akibat kelangkaan suku cadang. Dengan nada lirih, ia meminta maaf di akhir pidatonya. ”Untuk semua pelanggan, saya minta maaf dengan tulus atas keterlambatan pengiriman produk Toyota,” ujarnya.
Bukan sekali ini Toyoda meminta maaf langsung di hadapan publik. Februari tahun lalu, master dari Babson College di Wellesley, Massachusetts, Amerika Serikat, ini menyampaikan penyesalan gara-gara 15 juta mobil Toyota berbagai varian cacat produksi dan harus ditarik dari pasar di seluruh dunia. Lantaran mengancam keselamatan pengendara, Toyoda sempat jadi bulan-bulanan kemarahan anggota Kongres Amerika Serikat. Negeri Abang Sam salah satu pasar terbesar Toyota.
Tapi kali ini bukan kesalahan Toyoda dan timnya. Melorotnya produksi akibat bencana alam meluluhlantakkan pabrik suku cadang utama Toyota. Renasas Electronic, pemasok mikrocip dan engine control unit (ECU)—otak pengatur sistem kelistrikan dan komputer mobil—di Ibaraki, timur laut Jepang, hancur oleh gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu. Pasokan 150 jenis suku cadang lain buat Toyota juga seret. ”Bahan cat juga langka,” kata Atsushi Nilmi, Wakil Presiden Bidang Produksi Toyota Jepang.
Malangnya, beberapa suku cadang penting tak dibuat di luar Negeri Sakura karena dianggap sebagai ”rahasia dapur”. Alhasil, bukan hanya pabrikan di Jepang yang kekurangan bahan baku, tapi juga pabrikan Toyota di seluruh dunia. Laporan HIS Global Insight, lembaga konsultan global, menyebutkan produksi Toyota global bakal merosot tajam pada tahun ini.
Pada Maret lalu, pabrik Toyota di Jepang hanya memproduksi 126 ribu unit, turun 62 persen dibanding tahun lalu. Pabrik Toyota di Amerika Utara dan India masing-masing kehilangan produksi 35 ribu unit dan 7.000 unit. Target produksi Toyota di seluruh dunia minimal 8 juta unit jadi berat.
Tentu saja itu menyakitkan buat Toyota, karena mereka produsen mobil nomor wahid di dunia. Tak pelak, General Motors, produsen otomotif asal Amerika Serikat, jawara yang ditumbangkan Toyota tiga tahun lalu, kini berancang-ancang merebut kembali gelarnya.
Koji Endo dari konsultan Advanced Research Tokyo memprediksi Toyota hanya sanggup memproduksi 6,5 juta unit kendaraan. Jauh tertinggal dibandingkan General Motors dan Volkswagen, yang diramalkan bisa memproduksi masing-masing 8 juta dan 7 juta unit mobil, terutama jenis sedan dan kendaraan serbaguna (multipurpose vehicle). Tanpa musibah gempa pun, tahun lalu General Motors hampir menyalip Toyota. GM—sebutan pabrik mobil berbasis di Detroit ini—bisa memproduksi 8,3 juta unit, kalah tipis dari Toyota yang 8,4 juta unit.
Ancaman tak hanya datang dari produsen mobil Barat. Produsen asal Korea Selatan mulai mengintip segmen pasar yang kurang optimal digarap Toyota. Kendati belum bisa menyalip dari sisi kuantitas, KIA dan Hyundai berpeluang mengisi segmen sedan dan kendaraan sport serbaguna (sport utility vehicle) kelas atas.
Memang bukan hanya Toyota yang merana. Produsen otomotif Jepang lain, seperti Mitsubishi, Nissan, dan Honda, juga menderita. Chizuko Satsukawa, analis Standard & Poor’s, memperkirakan produksi merek mobil Jepang di dalam dan luar negeri bakal turun hingga separuh dari rencana awal.
Kini semua eksekutif dan pekerja Toyota bekerja keras agar takhta itu tak diambil alih. Mereka mematok, Juli nanti kelangkaan suku cadang harus berakhir. ”Sampanye tak kan ada di tempat lain,” kata juru bicara Toyota Paul Nolasco.
Fery Firmansyah (AFP, Los Angeles Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo