Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) memperingati ulang tahun ke-30 dengan tajuk Membangun Resiliensi di Tengah Disrupsi Media dan Menguatnya Otoritarianisme di Gedung Perfilman Usmar Ismail, Jakarta pada Jumat lalu .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua AJI Nani Afrida menyebut organisasinya memerlukan ketangguhan dalam menghadapi dua persoalan aktual, yakni disrupsi media dan otoritarianisme. Dalam acara itu, dia juga mengulas berbagai permasalahan yang dihadapi di dunia jurnalisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Resiliensi ini artinya kemampuan umum menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan besar,” kata Nani dalam keterangan tertulis, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Nani juga menjelaskan soal aspek otoritarianisme yang ditandai dengan tingginya angka kekerasan terhadap jurnalis baik secara fisik, digital dan seksual. Dia menyoroti semua kasus itu berakhir dengan impunitas.
Lebih lanjut, Nani menyoroti sejumlah rancangan undang-undang (RUU), seperti RUU Kepolisian. Pasal karet dalam RUU ini, kata dia, makin membuat jurnalis sulit bekerja. Di sisi lain, Nani turut mengungkap bahwa ada fenomena disrupsi media yang menyebabkan dunia jurnalisme mengalami situasi yang berat.
Sebagai contoh, dia menyebut penutupan media massa karena sulit bertahan, pemutusan hubungan kerja terhadap jurnalis, dan sengketa antara pemilik media dan pekerja media. Nani juga menjelaskan, disrupsi media juga menyebabkan pelanggaran kode etik, seperti jurnalis diminta mencari iklan karena gaji jurnalis di bawah upah minimum.
Di samping itu, Nani menyoroti soal penurunan kualitas dunia jurnalisme karena kemunculan AI yang mudah digunakan untuk membuat informasi bohong dan hoaks. “AJI tetap harus bertahan dan profesionalisme jurnalis juga membutuhkan resiliensi,” ujar Nani.
Tak sampai di situ, Nani juga menyatakan solidaritas dan menyerukan perhatian serius bagi para jurnalis yang terbunuh di Palestina. Hingga saat ini, jelas Nani, sudah lebih dari 100 jurnalis yang tewas di Palestina sejak Israel melakukan genosida di wilayah itu.