SEPASANG tangan yang terpotong empat itu berkulit mulus. Jarinya lentik, berkuku panjang, dan berkuteks merah. Ciri ini menandakan pemiliknya memperhatikan keindahan, kecantikan, dan mungkin ia bukan wanita sembarangan. Potongan tersebut ditemukan dalam kantong plastik kresek warna hitam oleh serombongan pemulung di tempat pembuangan sampah akhir di Sukolilo, Surabaya, awal November silam. Penemuan potongan tangan yang indah itu mereka laporkan kepada Kepolisian Sektor Sukolilo. Karena penemuan tersebut dianggap masalah besar, kasusnya kemudian ditangani Polres Surabaya Timur. ''Terus terang, ini kasus tersadistis yang pernah saya tangani,'' kata Letnan Kolonel Suharto, Kapolres Surabaya Timur. Boleh jadi tangan yang dipotong itu untuk menggiriskan warga kota. ''Maksud pembunuhnya tentu ingin menghilangkan jejak korban maupun dirinya. Tapi, soal profesional tidaknya si pembunuh, saya belum berani mengambil kesimpulan. Yang jelas, perbuatan tersebut sadistis,'' kata Suharto kepada Widjajanto dari TEMPO. Semula, polisi menduga tangan itu memang milik Nyonya Sri Astutik, 38 tahun. Perempuan keturunan Cina ini raib dari rumahnya di Plemahan, Surabaya, sejak awal November silam. Waktu itu, Nyonya Sri alias Cik Lim pergi dari rumahnya mengenakan kaus oblong putih dan rok span hitam. Tak jelas ia hendak ke mana karena pergi begitu saja tanpa pesan. Menghilangnya Cik Lim, oleh suaminya, Wijan, sudah dilaporkan kepada polisi. Maka, begitu media cetak memberitakan ditemukannya sepasang tangan yang terpotong, Wijan bersama ketiga anaknya bergegas melongok ke kamar mayat Rumah Sakit Dokter Sutomo, Surabaya. Tapi, hingga Kamis pekan lalu, keluarga Wijan belum dapat memastikan apakah potongan tangan itu benar milik Cik Lim. Abu Daud, 50 tahun, warga Surabaya, juga sempat pusing dibuat berita tangan terpotong itu. Ia khawatir jangan-jangan itu potongan tangan anaknya, Titik Faridah. Titik, 21 tahun, baru setahun menikah dengan Nipar, lelaki asal Glenmore, Banyuwangi. Ketika berita itu muncul, Titik sedang cekcok dengan suaminya. ''Titik cuma dua jam di sini, lalu langsung menghilang lagi,'' kata Abu kepada Putu Wirata dari TEMPO. Selagi Titik dalam perjalanan itu, Nipar menyusulnya. Diberi tahu oleh Abu bahwa Titik sudah kembali ke Banyuwangi, Nipar segera menyusulnya ke sana. Dan kekhawatiran Abu sempat mencuat gara-gara ia melihat berita di RCTI yang menyebutkan ditemukan potongan tangan wanita di Surabaya. Buru-buru ia ke rumah sakit untuk melihat potongan tangan tersebut. Tapi, begitu Abu memperhatikan bentuk tangan tersebut, ia yakin bahwa itu bukan potongan tangan putrinya. Kepastian ini makin nyata setelah pekan lalu dua anaknya di Banyuwangi mengabari bahwa Titik sehat walafiat dan sudah berkumpul lagi bersama suaminya. ''Sekarang hati saya lega. Putriku masih hidup,'' kata Abu. Untuk memecahkan teka-teki tangan terpotong itu, Polresta Surabaya Timur kemudian bekerja sama dengan polres se-Jawa Timur, dan dibantu tenaga ahli dari Mabes Polri. Tim ahli dari Instansi Kedokteran Kehakiman Rumah Sakit Dokter Sutomo, yang dipimpin oleh Prof. Dr. Haroen Atmodirono, juga ikut membantu menyibak misteri ini. Semula, tangan itu diduga milik Sri karena sidik jari korban mempunyai 12 titik kesamaan dengan yang ada di KTP nyonya ini. Tapi polisi menggugurkan dugaan itu karena, untuk kepastiannya, minimal dibutuhkan 19 titik kesamaan. Atau, kalau mau ideal, 50-60 titik kesamaan. ''Jadi, tangan itu belum bisa dikatakan milik Sri Astutik. Untuk kepastiannya perlu pembanding yang kuat, misalnya sidik DNA (Deoxyribonucleic Acid),'' kata Haroen. Hingga Jumat pekan lalu, polisi belum dapat memastikan siapa pemilik sepasang tangan itu. ''Padahal, biasanya, identitas korban dapat dikenali dengan cepat,'' kata Letnan Kolonel Suharto. Selain itu, kabarnya, polisi sudah meminta bantuan orang pintar, tapi belum ada hasilnya. WY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini