Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Judi gelap transit

Judi gelap di kelurahan pejagalan, jakarta barat, berhasil digerebeg polisi. (krim)

13 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULA-mula hanya bunyi pecahan kaca yang terdengar. Lalu disusul suara orang membentak-bentak. Tapi, tiba-tiba beberapa warga Kelurahan Pejagalan, Jakarta Barat, malam itu dikejutkan oleh suara letusan dan jerit tangis wanita dari rumah bertingkat dua di Jalan 11 Blok III. Beberapa penduduk mengira ada perampokan. Namun dugaan itu meleset, setelah 12 petugas Kepolisian Metro Jaya keluar dari rumah berpagar besi itu, mengawal 86 pria dan wanita. "Mereka main judi," seorang menjelaskan sambil menguak kerumunan penduduk. Tak berapa lama, Sabtu malam pekan lalu itu, dengan sebuah truk para penjudi itu kemudian digiring ke markas Kodak, bersama sejumlah koin dan peralatan judi lainnya, uang tunai Rp 5,7 juta serta sejumlah cek. "Dalam hal jumlah pemain, ini perjudian terbesar yang pernah ditangkap," kata Kapten Sukrie, kepala Sub Seksie Judi Dit Serse Kodak Metro Jakarta Raya. Dia belum siap mengungkapkan "omzet" perjudian gelap ke-22 yang berhasil digulung di Jakarta selama semester pertama tahun ini. "Kami sedang menerjemahkan kode-kode permainan mereka, lewat koin yang ada," kata Sukrie. Sejak 1 April 1981 perjudian dilarang total di seluruh Indonesia. Namun di sana-sini, di beberapa kota besar, munculya judi gelap seperti, yang baru dibongkar di Jakarta itu. "Sulit melacaknya, karena mereka ada yang sudah punya organisasi rapi, dan tempat mainnya pun berpindah-pindah," kata Kadispendak Metro Jakarta Raya, Letkol Pol. Z. Bazaar. Yaitu dari rumah ke rumah dan dari satu hotel ke hotel. "Mereka juga punya banyak cara untuk mengelabui petugas," tutur Bazaar lagi. Cara yang agak baru dan sekarang sering digunakan adalah seperti yang baru dibongkar di Pejagalan. Para penjudi dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di suatu rumah, restoran atau super-market, sebagai tempat transit. Baru, setelah dirasa aman, para penjudi itu diangkut dengan bis mini ke tempat permainan. Yang menarik, seperti diceritakan sebuah sumber di Kodak, belakangan ini para penjudi bahkan kerap pula menggunakan handie talkie (HT) atau radio jenis lainnya untuk saling berkomunikasi. Untuk Jakarta, misalnya, saluran yang mereka pakai adalah frekuensi 192. Lewat saluran inilah, bisanya lewat kode-kode tertentu, undangan main disebar. Untuk mereka yang tak punya radio, undangan bisa disampaikan tertulis atau lisan, lewat kurir. Sudah mengarah ke suatu sindikat? Sumber TEMPO membenarkan. "Di Jakarta tercatat empat sindikat yang sama datanya sudah ada di Kodak," katanya. Dan dipastikan kalau mau, sindikat itu sebenarnya bisa saja digulung. Bahwa hal itu belum dilaksanakan, katanya, "cuma menunggu momentum". Tapi, tunggu punya tunggu, jaringan itu sekarang mulai terasa melebar ke berbagai kota.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus