Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Judi Medan

Lewat tim anti judi, seratus lebih penjudi di Medan berhasil di gulung. Mereka umumnya penjudi toto Singapura yang mempunyai sindikat yang cukup ketat. (krim)

17 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA penjudi di Medan kegerahan. Lewat Tim Anti Judi (TAJ) yang dibentuknya, Kapoltabes Letkol Muharsipin tak hentinya menonjok kiri-kanan. Bandar, agen, penjudi besar atau kecil, semua disikat. Dalam dua bulan terakhir, tercatat sudah 120 lebih penjudi yang ditangkap dan ditahan. Itu sebabnya, empat dari lima bandar besar, yang seminggunya mempunyai omset ratusan juta rupiah, lari dari Medar arena merasa tidak aman. Tetapi, diam-diam, masih banyak juga tampaknya penjudi yang terus bertahan. Mereka itu umumnya adalah para penjaja judi buntut Toto Singapura. Yaitu judi yang mendasarkan tebakan pada toto pacuan kuda di Singapura, yang hasilnya disiarkan televisi atau surat kabar negeri itu setiap hari Sabtu dan Minggu. Yang terlibat kegiatan ini jumlahnya cukup banyak. Di bawah lima bandar besar, menurut Kasatserse Mayor Paimin A.B., yang jadi komandan TAJ, sedikitnya ada 100 bandar menengah atau agen. Di bawah mereka, terdapat ribuan bandar kecil atau subagen. Dari angka itu bisa diperkirakan jumlah pemasangnya. Muharsipin menggebrak judi bukan karena kegiatan itu memang dinyatakan terlarang. Cara kerja mereka sudah sedemikian rupa sehingga dinilai bisa mengganggu ketenteraman masyarakat. Kepada setiap pemasang, misalnya, dipesan untuk tidak menceritakan dari mana mereka membeli buntut. Agen atau subagen pun dipesan begitu oleh bos mereka. Hal itu sempat terungkap saat Lim Lie Cin, 62, diperiksa. Waktu ditanya siapa bosnya, Lie Cin berkata, "Tolong saya jangan dipaksa. Sebelum diangkat jadi agen, saya sudah disumpah agar tidak membocorkan rahasia." Tersangka lain memberi pengakuan serupa. Malah, kata mereka, kalau sampai ketahuan siapa yang membocorkan, diancam akan dibunuh. Di samping gerakan tutup mulut, para bandar sulit dideteksi karena memakai sistem pengamanan berlapis-lapis. "Mereka menggunakan oknum tertentu sehingga rencana razia sering bocor," kata sumber TEMPO. Bila petugas bisa mengetahui rumah yang digunakan untuk kegiatan judi, rumah tadi biasanya memakai pintu berlapis-lapis dan dltunggui penjaga. Karena ketatnya penjagaan, Letda Ayahmurad, 39, terpaksa merayap di atas genting rumah bertingkat tiga di Jalan Kepribadian, untuk melakukan penggerebekan. "Pinggang saya hampir patah waktu meluncur dari jendela," katanya kepada Monaris Simangunsong dari TEMPO. Dari rumah lain di Jalan Serdang Baru - yang tak kalah sulit ditembus - petugas menemukan tujuh kaset rekaman yang membuktikan adanya kegiatan Judi. Kaset tersebut, yang ditemukan di rumah Te Hock dan Darwin, berisi rekaman suara para petaruh yang menyebutkan nomor dan besarnya taruhan. Penggunaan telepon, kata Paimin, selain sebagai langkah pengamanan juga dimaksudkan agar si bandar dinilai bonafide oleh pelanggannya. Guna menembus pertahanan yang berlapis-lapis itulah Muharsipin memandang perlu membentuk TAJ. Cara kerja tim, antara lain, mengadu domba para oknum yang menjadi kaki tangan kelompok judi. Karena diadu itulah, mereka membeberkan kegiatan judi pihak lawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus