Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Musibah Yuniawan

Yuniawan, 21, penderita penyakit jiwa, tewas dibakar masa di sebuah gorong-gorong. Ia disangka pencuri. (krim)

17 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YUNI di gorong-gorong. Di suatu tengah malam, sesosok bayangan kelihatan mengendap-endap dan mencoba memasuki sebuah rumah. Langkahnya ketahuan dan orang berteriak, "Maling!" Bayangan tadi berlari masuk gorong-gorong di dekat Jalan Erlangga IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Orang-orang berlarian mengejar. Sebilah bambu disodokkan ke dalam gorong-gorong selebar setengah meter itu. Tak ada tanda-tanda orang kena sodokan. Sementara itu, orang yang kian ramai berkerumun, berteriak-teriak memerintahkan orang yang ada di dalam supaya keluar. Tetap tak ada reaksi. Pada dinihari, awal Agustus lalu itu, orang yang berkerumun jadi tak sabar. Salah seorang di antara mereka menuangkan bensin ke dalam gorong-gorong berair yang di sana-sini tertutup sampah. Orang yang lain menyalakan geretan dan, tanpa ampun, bensin yang mengambang di atas air terbakar dan menyambar sasaran. "Dia sudah tergeletak penuh luka bakar waktu kami datang," tutur kapolsek Kebayoran Baru Hari Soeprapto, pekan lalu. Korban dibawa ke rumah sakit Fatmawati. Karena luka-lukanya, tiga hari kemudian, ia meninggal. Dia ternyata bukan seorang pencuri. Pemuda itu, Yuniawan, 21, adalah mahasiswa tingkat tiga fakultas ekonomi Universitas Muslim Indonesia, Ujungpandang. Pemuda bertubuh kurus, berkulit putih, itu datang ke Jakarta lima hari sebelum kejadian. Ibunya, Nyonya Rajab, membawa anaknya itu ke Wisma Tawakal, Jakarta Selatan, untuk mendapatkan pengobatan. Menurut Masrifat Manulang, paman korban, Yuni sejak beberapa waktu lalu agak mengalami gangguan kejiwaan. Dia menikam perutnya sendiri setelah gagal masuk Unhas. Dan sejak itu perangainya berubah. Sering marah-marah, mengamuk, atau menendangi televisi. Ayahnya, H. Rajab, karyawan Union Texas Oil, Soroako, jadi prihatin. Yuni akhirnya dibawa ke Jakarta, setelah upaya pengobatan ke psikiater dan cara tradisional tidak berhasil. Tengah malam, saat dirawat di Wisma Tawakal, Yuni kabur. Tiga hari kemudian pihak keluarga mendapat kabar bahwa Yuni dirawat di rumah sakit Fatmawati karena luka bakar. "Dia merintih terus. Kepada ibunya, ia meminta maaf, minta dimandikan dan diselimuti. Ia juga meminta kembang dan agar kamarnya dibuat serba wangi," tutur Masrifat. Ternyata, itu isyarat bahwa Yuni akan pergi selamanya. Pihak keluarga, meski menyayangkan kejadian itu, menganggap yang dialami Yuni sebagai musibah. Sementara itu, Kapolsek Hari Soeprapto tetap berniat mengusut kasus pembakaran itu meskipun sampai pekan lalu belum ada tersangka yang ditangkap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

PODCAST REKOMENDASI TEMPO

  • Podcast Terkait
  • Podcast Terbaru
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus