PENDEK atau Thomas Sunarjo paham betul tentang filsafat uang. Dalam pikiran lajang berusia 33 tahun yang tinggal di Kampung Brumbungan Tom, Semarang, ini menggoda dengan duit bisa membuat orang berubah sikap. Dan Pendek berhasil lolos dari sekapan si penculiknya. Peristiwa itu bermula Sabtu sore akhir Agustus lalu. Pendek hari itu menjemput pacarnya, King King, pulang sekolah di Jalan Sidodadi, Semarang. Sial, ia bertemu tiga lelaki tidak dikenal yang berwajah sangar. Mereka memaksa Pendek naik ke mobil Jip. Pendek yang bertubuh kecil ini tak melawan. Ia ditodong pisau lipat dan diberi bogem mentah. Ia juga ngeri melihat dua di antara penculiknya memakai jaket salah satu kesatuan di ABRI. Pendek dibawa ke sebuah rumah di Jomblang, diinterogasi oleh si penculik, yang kini menjadi enam orang. Seorang diantaranya dikenalnya, yakni Han Mien Yek. Han bersama Pendek tahun lalu berdagang besi tua dan alat rumah tangga. "Dengan perjanjian keuntungan fifty-fifty," kata Pendek. Meski usaha itu tak buntung, rupanya Han mulai berselingkuh. Pembagian keuntungan tidak mampir kekantong Pendek. "Alasan Han, uang itu untuk menutup utang saya," kata Pendek. Sebelum berkongsi, ia berutang Rp 70 juta pada Han. Ternyata Pendek berakal panjang. Ketika kecelakaan saat menjajakan dagangan, dan mengeluarkan Rp 7 juta untuk pengobatan, ia minta kepada Han agar biaya itu dihitung sebagai angsuran utangnya. Han menolak. Dan akibatnya, keuntungan di bulan berikutnya tak diberikan kepada Pendek. Dan kongsi itu tamat Maret lalu. Dalam interogasi yang dilakukan penculik, Pendek dipaksa bayar Rp 300 juta. Menurut Han, uang sejumlah itu adalah utang Pendek. "Tidak, utang saya hanya 40 juta," kata Pendek menyanggah. Hari itu Pendek dibawa ke Jakarta. Dengan sedan yang dikendarai Han dan Tofan Kurniawan dan Jip ditumpangi Didik, Sunarko, Daniel, Pitse, dan Pendek, mereka ke Jakarta. Pendek disekap di sebuah kamar di Hotel Gadjah Mada, tiga hari. Kemudian, penculik menghubungi keluarga mangsanya di Semarang. "Mereka minta saya melunaskan utang Thomas dan membayar uang tebusan. Kalau tidak, mereka akan memotong jari anak saya," cerita Untung Subagio, ayah Pendek. Penculik mengaku menelepon dari Tulung agung, Jawa Timur, tapi alpa menyebutkan cara dan kepada siapa tebusan tersebut diberikan. Pada hari ke-7, ketika penyekapan berpindah ke kamar kontrakan di Jalan Pangeran Jayakarta, Pendek melihat peluang meloloskan diri. Didengarnya, antar sesama penculik cekcok. Mereka, yang dijanjikan uang Rp 20 juta jika gol mengembalikan utang Pendek, mulai ragu terhadap Han. Mereka juga mempertanyakan biayanya. "Selama penculikan kami sudah keluarkan satu juta rupiah," begitu cerita Daniel, seorang penculik. Lalu, Pendek mendekati penculiknya. Ia menjanjikan Rp 20 juta, asal dibebaskan. Di antara mereka ada yang tergoda. Pada hari ke-8, Pendek mengambil kunci kamar di balik kasur, dan ia lari ke Semarang bersama seorang penculiknya. Pihak Poltabes Semarang telah menangkap Han Mien Yek, Daniel, Sunarko, serta Pitse. "Dan kalau ada oknum ABRI yang terlibat, kami akan selesaikan secara tuntas," janji Letnan Kolonel Didi Widayadi, Kapoltabes Semarang. Rustam F. Mandayun dan Bandelan Amarudin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini