Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Depok - Ketua Himpunan Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya, Adha Amin Akbar, mengatakan Muhammad Naufal Zidan, korban pembunuhan mahasiswa UI oleh seniornya, dikenal pribadi yang baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Akbar, Naufal cenderung pendiam dan datang ke kampus kalau ada keperluan saja. "Baik. Sebaik-baik itu," kata Akbar saat ditemui di kontrakannya, Beji, Depok, Selasa, 8 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, kata dia, Naufal merupakan penggemar Casey Thai Luong atau Keshi, penyanyi asal Amerika Serikat. "Kalau berpakaian nyentri. Kebetulan Zidan suka Keshi, jadi style-nya mengikuti Keshi," ucap dia.
Akbar juga kenal dengan pelaku pembunuhan Altafasalya Ardnika Basya, 23 tahun. Pasalnya ia dan Altaf rekan satu kontrakan.
Akbar membenarkan Altaf suka berinvestasi kripto. Namun, ia tidak tahu jika Naufal menyukai hal yang sama. Alasannya Naufal tidak pernah bercerita soal kegiatannya berinvestasi kripto.
"Si Altafnya iya. Kalau Zidan setahu saya tidak, karena tidak pernah di-publish di sosmed dan juga diomongin ke saya," katanya.
Sebelumnya, Muhammad Naufal Zidan, 19 tahun, ditemukan tak bernyawa dengan luka tusuk dan terbungkus plastik sampah di kamar kosnya Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Jumat, 4 Agustus 2023.
Belakangan terungkap jika pelaku pembunuhan merupakan seniornya di Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Rusia UI, Altafasalya Ardnika Basya.
Wakil Kepala Satuan Reskrim Polres Metro Depok Ajun Komisaris Nirwan Pohan mengatakan motif pembunuhan mahasiswa UI ini lantaran pelaku mengalami kerugian investasi aset digital mata uang kripto. Nirwan menyebut, dari kerugian inilah, Altaf mulai banyak berutang.
Nirwan membeberkan pelaku merugi Rp 80 juta dari investasi kripto sekaligus memiliki utang Rp 15 juta. Karena itulah, korban mencari pinjaman uang ke beberapa orang, termasuk korban. AAB pernah meminjam Rp 200 ribu dari korban dan sudah dilunasi.
Akan tetapi, masalah AAB belum selesai. Pelaku kebingungan untuk melunasi utang-utangnya, sehingga nekat menghabisi korban. Tujuannya agar pelaku pembunuhan ini dapat menguasai barang korban yang rencananya dipakai untuk melunasi utang.
Korban dan pelaku, menurut Nirwan, sama-sama berinvestasi kripto. Namun, korban lebih sukses. Korban, lanjut dia, menjadi sasaran pelaku karena memiliki sejumlah barang mahal.
"Tersangka iri dengan korban yang turut bermain investasi. Korban lebih berhasil makanya dianggap banyak duitnya," papar Nirwan. "Menguras ATM-nya dapat menyelesaikan utangnya."