EMPAT orang kawanan rampok, Jumat sore pekan lalu, bagaikan membangunkan macan tidur. Mereka mencoba menodong bekas Pangdam Siliwangi, Ibrahim Adjie. Ternyata lelaki berusia 66 tahun yang masih tampak tegap itu masih "maung". Selain berhasil menggagalkan usaha perampokan di halaman rumahnya itu, tembakan pistol pensiunan letnan jenderal tersebut merobek dada seorang perampok hingga tewas. Sore itu, dengan pakaian perlente, layaknya bos-bos dengan jas dan dasinya -- Ibrahim Adjie pulang ke rumahnya, di Jl. Gedung Hijau II/5 Kompleks Pondok Indah, Jakarta. Bekas pangdam yang kini aktif di dunia bisnis itu -- Presiden Direktur PT Kurnia Jaya Alam -- baru saja selesai menghadap Menteri Kehutanan. Di mobil Mercy putih yang membawanya pulang, lelaki itu duduk di samping sopirnya. Rupanya penampilannya itu memancing empat orang garong yang sedang naik dua motor. Mereka mengikuti kendaraan Ibrahim Adjie. Rupanya Ibrahim maupun sopirnya tak menyangka ada bahaya sedang mengintip. Begitu mobil berhenti di halaman rumah, tanpa curiga Ibrahim membuka pintu mobil. Tiba-tiba ia terkesiap ketika dua lelaki tak dikenal menyergap dan menempelkan goloknya. Lelaki pertama menodongkan golok ke lehernya, sementara yang lain ke lambung Ibrahim. "Tentu saja saya kaget. Lalu saya tanya, mau apa ini?" kata Ibrahim Adjie kepada Rustam Mandayun dari TEMPO. Pemilik Restoran Rindu Alam di kawasan Puncak ini semula mengira bahwa para perampok tertarik pada jam tangannya yang mirip Rolex. Jika para garong menginginkan jam tangan itu, Ibrahim Adjie pun tak keberatan. "Karena jam tangan saya itu sebenarnya merk Seiko seharga Rp 80 ribu," katanya sambil tertawa. Dalam suasana tegang itu, tiba-tiba pembantu yang membuka pintu rumah berteriak, "Awas Pak, ambil pistol, ambil pistol." Mendengar kata-kata pistol, rupanya para perampok mulai grogi dan kehilangan nyali. Sambil clingak-clinguk mereka mengendurkan tekanan goloknya. Kesempatan itu tak disia-siakan jenderal purnawirawan ini. Secepat kilat ia mengambil pistol Colt 38, yang biasa disimpan di laci mobilnya. Melihat Ibrahim Adjie meraih pistol kedua perampok tadi lari menuju ke temannya yang sedang menunggu di atas kedua motornya dengan mesin tetap hidup. Ibrahim tak membiarkan mereka. "Berhenti," teriaknya sambil menodongkan pistolnya. Ternyata mereka tetap lari. Lalu, ... "dor", tembakan peringatan menyalak. Kedua rampok itu tak juga berhenti. "Maka tembakan saya arahkan ke kaki mereka. Tetapi akibat getaran ledakan pistol, peluru tak menuju ke sasaran sebenarnya, tapi menembus dada salah seorang perampok," kata lelaki yang punya hobi berburu ini. Meskipun salah seorang temannya tertembak, kawanan penodong itu tak mengurungkan usaha mereka untuk kabur. Temannya yang terluka itu malah mereka tarik ke sadel salah satu motor. Berboncengan tiga orang di satu motor, mereka memacu kendaraan itu ke arah Kebayoran Lama. Suara letusan pistol milik bekas pangdam itu cukup keras, ternyata mengundang perhatian masyarakat sekitar. Warga di sekitar pun turun tangan mengejar para penjahat itu. Seorang perampok yang tertinggal, Tan Kin An alias Rurik, grogi. Motor yang dikendarainya tak dapat dikuasainya sehingga menabrak sebuah truk yang sedang parkir dipinggir jalan -- tak jauh dari tempat kejadian. Akhirnya massa pun berhasil meringkusnya. Sehari setelah kejadian penembakan itu, pihak kepolisian jajaran Polda Metro Jaya menemukan sesosok mayat tergeletak di Jalan Martadinata. Dengan luka bekas tembakan di bagian dada mayat tersebut, menurut Kadispen Polda Metro Jaya, Letkol Pol. Latief Rabar, ternyata mayat perampok yang tertembak oleh Ibrahim Adjie, dan bernama Warsin bin Wahidin. Rupanya ia dibuang teman-temannya setelah menemui ajalnya. Menurut pemeriksaan polisi, kawanan penodong itu tak tahu bahwa korbannya adalah Ibrahim Adjie. Kawanan rampok itu malah mengira bahwa bekas pangdam itu seorang cukong cina yang lagi pulang ke rumah. Ternyata mereka terkena batunya. "Sebetulnya peristiwa itu kriminal biasa, hanya saja mereka mau merampok uang dari mulut harimau," ujar Ibrahim Adjie.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini