Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Membuat aib di australia

Dua orang pelajar indonesia, fai wan dan lenny moriarty, ditangkap polisi australia. mereka di denda dan di hukum percobaan. dituduh memiliki dan menjual tiket angkutan umum palsu.

3 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua pelajar Indonesia ditangkap polisi Australia karena mengedarkan tiket angkutan umum palsu. Diduga, pabriknya berada di Indonesia. KETERAMPILAN orang Indonesia dalam bidang palsu-memalsu ternyata sudah diekspor ke Australia. Baru-baru ini, polisi Australia merampas 800 tiket palsu dari kantong dua orang pelajar Indonesia yang masih berusia sekitar 20 tahun, Fai Wan dan Lenny Moriarty. Berita The Sydney Morning Herald menyebutkan, dua pelajar Indonesia ditangkap karena memalsukan tiket angkutan umum: bus, kereta api, dan feri. Mereka diduga telah mengedarkan 1.000 tiket senilai 25.000 dolar Australia atau sekitar Rp 37,5 juta. Harian pagi itu menduga keras bahwa tiket palsu tersebut buatan Indonesia. Bersama dua pelajar Indonesia itu, polisi juga menangkap beberapa orang pengedar tiket palsu lainnya. Di pengadilan daerah Kogarah, Sydney, kedua pelajar Indonesia itu dinyatakan bersalah karena memiliki dan menjual tiket palsu. Menurut hakim, mereka telah menjual tiket palsu itu kepada pelajar dan teman lainnya seharga separo dari harga semestinya. Akibat ulahnya itu hakim mendenda setiap pelajar tersebut 1.000 dolar Australia dan 12 bulan hukuman percobaan. Rupanya, pemalsuan tiket angkutan umum sudah menjadi persoalan serius bagi pemerintah Australia akhir-akhir ini. Sebab, perusahaan angkutan umum di daerah Sydney dan New Castle saja, kabarnya, tiap tahun menderita kerugian 10 juta dolar Australia atau sekitar Rp 15 milyar akibat banyaknya tiket palsu. Tiket palsu yang beredar itu hampir sempurna. Tampaknya, sindikat pemalsu itu, yang diduga mempunyai jaringan di Asia, menggunakan teknologi tinggi untuk menduplikasikan tiket. Sindikat itu, menurut polisi, memanfaatkan mahasiswa dan pendatang baru dari Asia untuk menyelundupkan ribuan tiket palsu ke negeri itu. Sasarannya adalah kampus-kampus dan agen- agen tiket di pinggiran kota. Menteri Perhubungan Australia Bruce Baird menyebutkan, skandal ini telah meluas dan pemalsuan tiket itu melibatkan komplotan sindikat besar dari Asia. "Saya senang polisi berhasil melakukan investigasi," katanya, seperti yang dikutip The Daily Telegraph Mirror. Sumber TEMPO di Konsulat Jenderal RI di Sydney mengakui berita penangkapan dua pelajar Indonesia gara-gara tiket palsu tersebut. Tapi nama kedua pelajar yang terlibat itu ternyata tak tercatat di bagian imigrasi. "Ternyata, mereka tak melapor. Jadi, kalau ada apa-apa, kami tak bertanggung jawab," kata sumber itu. Menurut sumber tersebut, kejadian pemalsuan tiket angkutan umum itu sebenarnya sudah terdengar sejak tiga tahun lalu. Mereka, biasanya, mengedarkan tiket haram itu kepada private student, bukan kepada siswa penerima beasiswa. Di agen penjualan, karcis angkutan yang dipalsukan itu berharga sekitar 15 dolar Australia sampai 27,30 dolar Australia. "Jadi, pelajar yang biaya sendiri senang dengan membeli tiket palsu itu," katanya. Sebenarnya, para mahasiswa yang membeli tiket di luar agen itu mengerti bahwa tiket yang mereka beli itu palsu. "Tapi, karena menguntungkan, ya, mereka pakai saja. Dan mereka mungkin pura-pura tak tahu," ujar sumber TEMPO tersebut. Para pengedar tiket palsu itu, katanya, biasanya beroperasi di daerah North Sydney. Dugaan bahwa tiket itu berasal dari Indonesia, katanya, belum tentu benar. "Sebab, ada yang mengatakan, tiket palsu itu berasal dari daerah China Town di Sydney juga," katanya. "Karena daerah itu termasuk rawan kejahatan," ia menambahkan. Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Sydney, Sukendar Marta, membenarkan pula bahwa ada pelajar Indonesia yang terlibat pemalsuan tiket. "Dan yang membuat aib itu kebanyakan dari daerah China Town," katanya kepada TEMPO lewat telepon internasional. Gatot Triyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus