Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Naiknya si paket emas

Ruhdy lontoh terpilih sebagai ketua ikadin cabang jakarta pada musda yang berlangsung di gedung dewan pers. pemilihan pengurus berlangsung seru dan masih ada pertarungan kelompok. akan ada konsolidasi.

25 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"DEMOKRASI" ala advokat, Sabtu pekan lalu, kembali terjadi, kendati dalam skala kecil, di Gedung Dewan Pers, Jakarta. Cabang terbesar wadah tunggal advokat, Ikadin Jakarta dengan sekitar 400 anggota -- dari 800 anggota seluruh Indonesia -- menyelenggarakan musyawarah daerah (musda) untuk pemilihan ketua baru. Di arena itu bertarung bekas ketua lama, Rusdi Nurima dengan calon-calon lain, Rudhy A. Lontoh, Sudjono (pengacara Dewi Soekarno), dan Barnabas Bangur. Uniknya pesta demokrasi advokat, seperti juga di Munas 1985 lalu, tak mengenal pengurus "titipan dari atas". Entah karena itu pula hampir di setiap pemilihan pengurus, baik di tingkat nasional maupun daerah, suasana pemilihan sangat pana antara calon-calon yang bertarung. Apalagi sebelum pemilihan, para calon telah berkampanye di kubu masing-masing -- selain menampilkan program -- juga ramai dengan bisik-bisik tentang kejelekan calon lawan. Seperti diduga, musda yang dihadiri sekitar 250 advokat itu -- dari sekitar 80 pengacara di seluruh Indonesia -- penuh adegan tarik urat. Di musda itu hadir pula para sesepuh Ikadin, seperti Ketua Umum DPP Ikadin Harjono Tjitrosoebono, S. Tasrief, dan Yap Thiam Hien. Layaknya advokat hampir semua soal. dari soal tata tertib, penampilan, sampai pertanggungjawaban sang ketua lama. Rusdi Nurima, tak luput dari cercaan dan interupsi para anggota. Tak jarang para anggota berebut kesempatan bicara, sehingga kadang-kadang ketua sidang, bekas Hakim Agung Kaboel Arifin (kini menjadi pengacara), dan peserta bicara bersamaan. Untungnya, selain adegan dorong-mendorong antaranggota yang berbeda kubu, di musda itu tak sampai terjadi baku-hantam fisik seperti di munas advokat yang lalu. Setelah bertengkar -- eh, bermusyawarah -- sehari penuh, Rudhy Lontoh menang mutlak, 83 suara dari 182 pemilih sebagian peserta sudah pulang duluan. Saingan kuatnya, Sudjono, dan sang ketua lama, Rusdi Nurima, memperoleh 56 dan 28 suara. Sementara itu, Barnabas Bangur hanya mendapatkan 14 suara. Selain Rudhy, kelompok mereka -- yang juga dikenal dengan kelompok Yan Apul (salah seorang ketua DPP Ikadin) -- meraih pula kemenangan untuk kedudukan ketua dewan kehormatan dan dewan penasihat, yaitu Hasan Basyari, dan Iskandar J.R. Sebelum pemilihan, tiga serangkai itu memang menyebarkan selebaran dengan foto Rudhy, Iskandar, Hasan, dan menyebut diri mereka sebagai "Paket Emas". Di munas advokat lalu, sebenarnya Rusdi Nurima juga dikenal sebagai kelompok Yan Apul. Bahkan dalam pertarungan memperebutkan calon ketua umum Ikadin antara Yan dan Harjono, Rusdi tergolong "ujung tombak" kelompoknya. Kendati Yan gagal meraih kursi ketua umum Ikadin, toh, dengan mulus Rusdi bisa merebut kursi cabang Jakarta. Entah kenapa, belakangan, Yan menarik dukungannya terhadap Rusdi, dan menampilkan jago barunya, Rudhy Lontoh. Terbukti dalam beberapa kali kampanye Rudhy, termasuk di Libra Room, Hilotn Hotel, Kamis pekan lalu, Yan berada di pihak Rudhy. Akibatnya, Rusdi terpaksa menyerahkan jabatannya kepada Rudhy, bekas teman sekamar dan sekampusnya di FH Universitas Paharyangan, Bandung. Melihat hasil musda itu banyak yang menduga bahwa Yan akan menumbangkan si tokoh tua Ikadin, Harjono Tjitrosubono, di munas November mendatang dari kursi ketua umum. Apalagi kubu Harjono kini tak lagi diperkuat Adnan Buyung Nasution, pengacara kawakan, yang kini bermukim di Belanda. Di munas advokat lalu, Buyung beperan besar memenangkan Harjono. Pada musda itu calon Harjono, Sudjono dengan mudah ditumbangkan calon Yan, Rudhy. Rudhy, 45 tahun -- yang kini memiliki kantor pengacara yang cukup besar bersama Denny Kailimang -- berencana akan melakukan konsolidasi para anggota. Sebab, "Peleburan selama ini belum sempurna. Masih ada kesan kelompok Peradin dan non-Peradin," ujar Rudhy. Salah satu caranya, katanya, akan sering menyelenggarakan pertemuan informal. "Jika sesama anggota saling kenal, punya rasa memiliki organisasi, pertentangan yang selama ini terjadi 'kan bisa diperkecil, sehingga menjadi wadah tunggal dan diakui pemerintah," katanya. Apa mungkin?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus