Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Penutupan PARQ Ubud di Gianyar yang Dikenal Sebagai Kampung Rusia, Adakah Kampung WNA Lainnya ?

Yang terbaru, pemerintah setempat menutup PARQ Ubud di Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali yang dikenal sebagai Kampung Rusia.

4 Februari 2025 | 23.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Parq Ubud, Bali. Dok.Parq Ubud

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak beberapa tahun terakhir, populasi turis-turis asing dari berbagai penjuru dunia kian meningkat dan membuat Pulau Dewata mulai dicap overtourism. Hal ini pun membawa dampak buruk, pasalnya tak sedikit bule-bule yang membuat ulah dan merugikan Bali. Adapun yang terbaru kasus penutupan PARQ Ubud di Tegallalang, Kabupaten Gianyar yang dikenal sebagai "Kampung Rusia". Lantas apakah ada "Kampung Turis" lainnya di Bali?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Antara, Kementerian Pariwisata menyatakan bahwa penutupan Kampung Rusia di Bali merupakan bentuk tegas dari pemerintah untuk menegakkan hukum kepada Warga Negara Asing (WNA) yang abai terhadap aturan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami terus melakukan koordinasi dengan Pemda setempat guna memperlancar penertiban Kampung Rusia di Bali. Hal ini juga menjadi perhatian khusus, karena bagaimanapun Bali merupakan salah satu pintu utama kedatangan wisatawan mancanegara di Indonesia,” kata Deputi Pengembangan Pariwisata dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto, saat dihubungi pada Jumat, 31 Januari 2025.

Menanggapi tindak lanjut terhadap penutupan Parq di Ubud, Hariyanto mengatakan bahwa sebelumnya wilayah yang terkenal dengan sebutan "Kampung Rusia" di Jalan Sriwedari, Tegallalang,  Kabupaten Gianyar, Bali itu mendapat banyak respons kurang baik dari warga setempat.

Hal tersebut terbukti dengan adanya temuan pemerintah daerah setempat yang menyimpulkan adanya dugaan tindak pidana alih fungsi lahan pertanian dan sawah yang dilindungi. Sehingga harus diproses sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

Mengenal Parq Ubud yang Disebut Kampung Rusia
Sebelumnya, pada Senin, 20 Januari lalu Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui Satpol PP menutup dan membubarkan Parq Ubud yang disebut-sebut sebagai Kampung Rusia. Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah Bali pun telah menetapkan Direktur PT Parq Ubud Partners berinisial AF (53) sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan dan sawah dilindungi di Ubud, Bali pada Jumat, 24 Januari 2025.

Bangunan tersebut dinilai melanggar Pasal 19 ayat 3 pada Perda Gianyar Nomor 15 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, juga Perda Gianyar Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Risiko.

Dilansir dari laman resminya, PARQ Ubud dikenal sebagai “Kampung Rusia” ini adalah tempat usaha yang terdiri dari apartemen, spa dan pijat, rumah panas, tempat hiburan, pusat kebugaran, herbology, tiga kolam renang, serta berbagai toko. Sejak berdiri pada Mei 2020, tempat usaha ini berkembang pesat dari yang awalnya hanya sebuah kafe menjadi hotel dengan 100 kamar. Keberadaan PARQ Ubud yang mayoritas dihuni oleh warga negara asing, khususnya Rusia, menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat lokal.

PARQ Ubud menawarkan hal yang disukai oleh para turis asing. Dengan keinginan yang sama, komunitas para WNA, khususnya Rusia yang berada di sana mewujudkan gagasan tentang kota masa depan, tempat setiap orang dapat hidup bersama orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama.

Selain itu, PARQ Ubud memiliki desain interior yang ditemukan di pasar barang antic di Surabaya dan Jakarta. Bahkan, beberapa di antara barang antik tersebut ada yang berusia lebih dari 100 tahun dan ditata menjadi modern.

Kampung Turis Lainnya di Bali 
Bali telah lama menjadi tujuan para wisatawan mancanegara untuk dikunjungi, baik untuk berlibur selama beberapa hari hingga menjadi memilih untuk tinggal lebih lama. Selain di Ubud, sebenarnya ada beberapa lokasi lain di Bali yang juga disebut-sebut sebagai "Kampung Turis" karena dipadati dan didominasi oleh turis-turis asing meski tak separah yang ada di Tegallalang, Gianyar. Adapun lokasi itu ialah Canggu dan Kuta yang sama-sama berada di Kabupaten Badung, Bali. 

Seperti yang diketahui, Kabupaten Badung memang dikenal sebagai daerah yang bergantung pada sektor pariwisata. Canggu memang terkenal dengan pantainya yang indah dan ombaknya yang besar sehingga disukai wisatawan mancanegara untuk melakukan surfing dan juga telah menjadi surganya bagi digital nomad. Maka tak heran jika wilayah ini sangat didominasi oleh turis-turis asing. 

Hal ini pun juga diakui oleh para pejabat di Bali, misalnya Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika pada bulan April 2024 mengusulkan pihak Desa Adat di Canggu, Kabupaten Badung, Bali agar turut serta mengelola atau memanfaatkan aset Pemerintah Provinsi Bali di desa setempat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut laporan Antara, Mantan Gubernur Bali dua periode itu melihat perkembangan Canggu yang telah menjadi 'kampung turis' belakangan ini dengan begitu pesat. 

Selain pantai dan beach club yang sangat ramah untuk turis, Canggu juga terkenal dengan tempat-tempat yang biasa disinggahi oleh turis. Salah satunya adalah pasar minggu yang selalu menarik perhatian turis yang dikenal sebagai La Brisa Sunday Market. 
Sesuai namanya, pasar ini hanya buka setiap hari Minggu dari pukul 10 pagi hingga 4 sore di Kawasan La Brisa yang beralamat di Jl. Pantai Batu Mejan, Canggu, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung.

Pasar Minggu ini  menawarkan berbagai macam makanan, minuman, fesyen, kecantikan, dan barang-barang kesehatan. Keunikan tempat ini pun viral di media sosial terutama TikTok dan selalu didominasi oleh pengunjung bule. 

Namun, pesatnya perkembangan pariwisata di Canggu dengan berbagai tempat yang sangat ramah turis juga menimbulkan hal-hal yang dinilai dapat mengancam masyarakat lokal itu sendiri.

Salah satunya adalah munculnya nama New Mockba dalam pencarian peta digital di kawasan Canggu, Kabupaten Badung pada 2024 lalu. Hal ini diungkapkan melalui akun Instagram @bixfeedsmedia, di mana Wanda menyatakan bahwa nama daerah tersebut diambil dari bahasa Rusia yang merujuk pada Canggu.

Meskipun tampak sebagai lelucon, kemunculan nama ini memicu kemarahan di kalangan warganet akibat tindakan semena-mena yang dilakukan oleh sejumlah warga negara asing (WNA) Rusia. Selain itu, mereka juga sering terlibat dalam perilaku ugal-ugalan di jalan, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa jika "New Mockba" dibiarkan berkembang, bukan tidak mungkin WNA akan membentuk komunitas tersendiri yang dapat mengabaikan keberadaan warga lokal Bali.

Tak jauh dari Canggu, jauh sebelum lokasi-lokasi wisata lain di Bali mulai meraih popularitas, Kuta adalah daerah yang selalu menjadi prioritas untuk dikunjungi bagi para wisatawan mancanegara. 

Sejak puluhan tahun lalu, nama Kuta telah mendunia dengan daya tarik utamanya terletak pada Pantai Kuta yang memiliki bentangan pantai pasir putih bersih dengan ombak yang sangat cocok untuk surfing. Di sisi pantai terdapat banyak jasa penyewaan papan selancar dan juga menawarkan kursus untuk berselancar. Mengenai harga sewa papan selancar sangat bervariasi, dan usahakanlah untuk menawar terlebih dahulu.

Selain daya tarik pantai, objek wisata Kuta menawarkan begitu banyak pilihan tempat menginap, tersedia dari hotel murah sampai hotel mewah yang lokasinya berdekatan dengan pantai Kuta. Selain kemudahan mencari hotel, mencari tempat makan di sekitar objek wisata Kuta juga sangat mudah. Salah satu bagian Kuta yang turut melegenda adalah Jalan Poppies atau yang lebih dikenal sebagai Poppies Lane di Kuta yang disebut-sebut sebagai 'kampung turis' atau kampung backpacker.

Tak berhenti di sana, kawasan wisata Kuta Bali di malam hari juga jauh lebih gemerlap karena berubah menjadi pusat hiburan malam seperti diskotik dan night club. Maka tak heran jika Kuta menjadi salah satu tempat yang sangat sibuk karena hampir 24 jam tak mengenal istirahat. Meski pada akhirnya, wisata Kuta mulai meredup akibat Pandemi Covid-19.

Selain itu, baik Kuta maupun Canggu juga mengalami berbagai permasalahan yang hingga kini belum menemukan solusinya seperti macet yang semakin parah, banjir, sampah, dan tentunya oknum-oknum bule yang makin banyak melakukan tindakan melanggar hukum dan merugikan masyarakat setempat. 

Melinda Kusuma Ningrum, Haura Hamidah, Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 
Pilihan editor: 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus