Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, mengatakan perampokan dan penjarahan yang dilakukan sekelompok remaja di toko baju Fernando, di Depok, terjadi karena ikut-ikutan.
"Konformitas maksudnya mereka hanya ikut-ikutan atau solider antarkawan," kata Adrianus saat dihubungi Tempo, Ahad, 25 Desember 2017.
Perampokan dan penjarahan itu terekam kamera CCTV di toko Fashion Fernando di Jalan Sentosa, Sukmajaya, Kota Depok, Minggu dinihari kemarin. Tidak sampai 24 jam, 26 pelaku telah diringkus polisi. Dari jumlah pelaku yang sudah ditangkap, tiga di antaranya adalah perempuan.
Baca: Perampokan Terekam CCTV di Depok, Ada 3 Perempuan dari 26 Pelaku
Menurut Adrianus, penjarahan yang dilakukan tersebut dapat juga dijelaskan melalui perspektif psikologi kelompok. Di mana, kata dia, anak-anak sekolah yang sedang libur, dan mereka mengisi waktu luang dengan berkeliling menggunakan motor.
Menurut dia, penjarahan itu dilakukan dengan konformitas tinggi antaranak muda. Anak muda yang tidak berani maupun yang tidak mau, akhirnya akan ikut terlibat. "Hal-hal yang tidak berani mereka lakukan saat sendiri menjadi berani dilakukan saat ramai-ramai. Termasuk menjarah," ucapnya.
Menurut Adrianus, remaja tanggung yang melakukan tindak kriminal tersebut saat sudah ketahuan dan ditangkap, bisa dipastikan alasan mereka karena ikut-ikutan. "Perhatikan ketika sudah ketahuan dan ditangkap, justifikasinya amat sederhana perihal mengapa berbuat tersebut," ucapnya.
Kriminolog lain, Ferdinand Andi Lolo, mengatakan para remaja yang melakukan penjarahan toko baju di Depok, terjadi karena mengambil keuntungan dari lengahnya penjagaan di lokasi kejadian. Selain itu, mereka mengambil keuntungan dari tidak ketatnya penjagaan di lokasi.
"Ya. Salah satu faktor peluang adalah kurangnya pengawasan atau penjagaan," ucapnya.
Selain itu, konsentrasi aparat terpecah dengan pengamanan situasional. Ditambah, remaja yang menjarah toko baju tersebut, menjadi berani karena berada dalam kelompok besar. Sehingga, nilai-nilai sosial di masyarakat, seperti tanggung jawab dengan membayar barang yang dibeli, menjadi tidak berlaku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Mereka ingin menunjukkan dominasi dengan mengandalkan jumlah dan senjata tajam serta memanfaatkan ketakutan dan kekagetan penjaga toko dan pengunjung," demikian Ferdinand soal kasus perampokan dan penjarahan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini