TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian menelusuri motif keempat korban yang merupakan satu keluarga bunuh diri di Apartemen Teluk Intan Tower Topas Penjaringan Jakarta Utara pada Sabtu, 9 Maret 2024. "Kami belum menentukan motif yang membuat satu keluarga ini melakukan bunuh diri," kata Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya di Jakarta, Sabtu, 9 Maret 2024.
Ia mengatakan polisi saat ini melakukan penyelidikan dengan memeriksa para saksi seperti petugas keamanan, keluarga korban, dan lainnya. Polisi juga memeriksa identitas kendaraan dan tentunya membuka handphone milik korban. "Kami akan coba hubungi orang terdekat dari korban untuk menelusuri motif kejadian ini," kata dia.
Sebelumnya satu keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anaknya tewas usai melompat dari lantai rooftop Apartemen Teluk Intan Tower Topas Penjaringan Jakarta Utara pada Sabtu sore. "Keempat korban diduga melompat dari rooftop apartemen tersebut," kata Agus.
Ia mengatakan keempat korban itu adalah pria EA (50), perempuan berinisial AIL, dan dua anak remaja laki-laki berinisial JWA (13) dan remaja wanita berinisial JL (16). Menurut dia, keempat jasad korban ditemukan petugas keamanan yang berjaga di lobi apartemen. Petugas itu mendengar ada suara dentuman keras dan langsung menghampiri dan melihat empat mayat yang terlentang dan melapor ke polisi.
Jasad empat orang jatuh dari gedung 21 lantai telah di bawa dari titik mereka menghembuskan napas terakhir. Tersisa garis polisi. Apartemen Teluk Intan yang riuh sore itu, mendadak sunyi.
Di depan Apartemen Teluk Intan, pukul 01.35 WIB, hanya sunyi menumpuk di area gedung ini. "Kok, sepi ya malam ini?" kata Anwar, anggota sekuriti yang bertugas mengatur lalu lintas kendaraan di depan apartemen, Jalan Inspeksi Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad dinihari, 10 Maret 2024.
Tempat parkir hanya bertandang berbagai warna dan merek mobil. Ratusan meter di seberang sana, deru mobil, sepeda motor, bersahutan. "Kalau di sini memang sepi. Kalau di sana ramai karena ada Indomaret," kata Rafli, seorang anggota sekuriti lain, menunjuk gerbang kawasan apartemen.
Beberapa jam lalu. Kematian sekeluarga, suami-istri dan dua anak: laki-laki dan perempuan baru saja diangkut. Tubuh mereka dipungut—tak bernyawa—dan diboyong ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusomo, Jakarta Pusat.
Di kawasan Teluk Intan terpacak dua apartemen, Tower Topaz dan Tower Saphire. Kematian sekeluarga, EA, 50 tahun, AEL (52), JWA, dan JL (15), terjadi depan gedung Topaz. Sekitar delapan meter dari pintu masuk menara itu.
Titik keempat orang yang jatuh dari rooftop Topaz, gedung 21 lantai, kini dipalang garis polisi. Pita kuning-hitam itu melingkar di tengah jalan area parkir mobil. Kepala Kepolisian Sektor Penjaringan, Jakarta Utara, Komisaris Polisi Agus Ady Wijaya, mengatakan empat orang itu semula datang ke gedung ini menumpang mobil silver Grand Max.
Agus bilang, setelah turun dari mobil sekeluarga itu melawati pintu masuk. Naik lift, dan keluar di lantai 21. Setelah tiba area ini, keempat orang itu keluar. Mereka berjalan melewati tangga darurat menuju anjungan Topaz.
Di sebuah teras Indomaret di Tower Saphire, lima pria seusia 35-40 tahun, menceritakan peristiwa tragis itu. Ada yang menyaksikan empat orang itu masih tergeletak di titik mereka jatuh. Luka di tubuh perempuan dewasa, menurut mereka, tampak lebih parah. Juga tubuh seorang pria dewasa.
Mereka juga menceritakan ujung gedung itu setinggi dada. Dalam cerita mereka, terdapat empat kursi tepat dari di tempat korban jatuh. "Ada empat kursi di situ," kata seorang pria. Mereka menduga empat kursi itu dipakai untuk korban ini berpijak untuk naik ke ujung bangunan.
Dalam keterangannya, Agus tak menyebut ada empat kursi di situ. Dia hanya mengatakan empat korban ini saling mengikat tangan sebelum tubuh mereka tergeletak di tanah tak bernyawa. Agus mengatakan polisi belum dapat menyimpulkan mengapa keempat orang ini jatuh dari bangunan itu dengan mengikat tangan.
"Kami belum menemukan persesuaian dari keterangan saksi, bukti, dan petunjuk yang lain," tutur dia. Dia menjelaskan, keempat orang ini sebelumnya menempati bilik di apartemen itu. Sejak dua tahun lalu mereka meninggalkan apartemen. Dan baru pertama berkunjung lalu bunuh diri.
Seorang pria yang mengaku bernama Arif, mengatakan kenal keluarga ini. Mereka tinggal di lantai 16, dan bersebelahan dengan bilik korban. Perkenalan Arif dan keluarga korban sekitar 2017. Arif mengaku mendengar keluarga ini mau pindah ke Solo, Jawa Tengah.
"Saat itu suaminya sudah pulang. Tinggal anak dan istrinya," tutur Arif, 48 tahun. Pria yang mengaku bekerja sebagai pengusaha sarang burung walet itu sempat memberi keluarga itu duit Rp 3 juta. Dia menyebutkan uang itu ia kasih tanpa keluarga ini minta. "Saya tahu mereka lagi susah. Perempuannya mau nangis."
Arif mengaku selama tinggal bertetangga dengan keluarga itu, tak pernah ia mendengar keributan dari bilik tersebut. "Cuma saya pernah lihat barang-barang di dalam rumah berantakan," ujar dia.
Polisi belum menerangkan penyebab empat orang ini jatuh dari anjungan apartemen. Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Gidion Arif Setyawan tak menjawab indikasi dugaan "campur tangan" orang lain atau murni bunuh diri atas tewasnya empat sekeluarga itu. Gidion hanya membaca pesan yang dikirim Tempo ke nomor WhatsApp-nya.
Menjelang pagi, hanya satu-dua penghuni apartemen ini keluar masuk. Hawa di area gedung Topaz nyaris hening. Hanya di kejauhan deru mobil saling memburu. Muncul seorang perempuan yang mengaku wartawan di salah satu televisi swasta.
"Boleh tanya? Tempat orang meninggal itu di mana?" tanya seorang perempuan. Tak lama ia disambut Anwar dan Rafli, yang muncul dari pintu Topaz yang lengang.
--
Jangan remehkan depresi. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri:
Dinas Kesehatan Jakarta menyediakan psikolog GRATIS bagi warga yang ingin melakukan konsultasi kesehatan jiwa. Terdapat 23 lokasi konsultasi gratis di 23 Puskesmas Jakarta dengan BPJS. Bisa konsultasi online melalui laman https://sahabatjiwa-dinkes.jakarta.go.id dan bisa dijadwalkan konsultasi lanjutan dengan psikolog di Puskesmas apabila diperlukan.
Selain Dinkes DKI, Anda juga dapat menghubungi lembaga berikut untuk berkonsultasi:
Yayasan Pulih: (021) 78842580.
Hotline Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan: (021) 500454
LSM Jangan Bunuh Diri: (021) 9696 9293