Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalimantan Tengah Ajun Komisaris Besar Erlan Munaji, mengatakan, polisi masih melakukan investigasi kasus penembakan warga Bangkal, Seruyan, Kalimanatan Tengah. Tim investigasi itu didatangkan dari Markas Besar Kepolisian RI atau Mabes Polri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Intinya untuk menyikapi masalah ini sudah turun tim gabungan dari Mabes Polri," kata Erlan saat dihubungi, Senin malam, 9 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Investigasi itu sudah berlangsung sejak siang. Juga ada temuan yang sudah direkomendasi untuk penyelidikan ke Polda. "Kemudian pemeriksaan persenonel-personel yang terlibat," ujar dia.
Sebelumnya, Gijik dan Taufik, warga Bangkal, terkena tembakan ketika berunjuk rasa. Tembakan itu diduga berasal dari aparat kepolisian yang mengamankan massa di tengah unjuk rasa. Protes warga Bangkal dilakukan guna menuntut PT HMBP 1 (Best Agro International Group) mengembalikan tanah warga di luar hak guna usaha (HGU) perusahaan. Aksi itu berlangsung sejak 16 September 2023.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Tariu Borneo Bangkule Rajakng, Amandus Yonatan, mengatakan awalnya Taufik yang kena tembakan. Melihat punggung Taufik bersimbah darah, Gijik cepat-cepat berlari menolong Taufik. Saat itu juga Gijik juga kena tembakan belakang menembus dada.
"Taufik tertembak di punggung, sampai saat ini kritis dan dirawat di rumah sakit. Satunya Gijik, 35 tahun, meninggal dunia di TKP," kata Amandus, melalui sambungan telepon, Ahad, 8 Oktober 2023.
Dalam pengamanan aksi tersebut melibatkan 500 personil gabungan anggota Kepolisian Resor Seruyan, anggota Polda, serta TNI. "Untuk pemeriksaan anggota TNI, akan dilibatkan Danpom," kata dia.
Erlan menjelaskan penambahan personel dilakukan karena eskalasi protes meningkat. Sebab itu, dari 200 anggota, dikirim hingga mencapai 500 polisi ke lokasi. Dia mengaku penembakan itu terjadi karena sebelumnya dihalau gas air mata, peluru hampa, tapi suasana protes terus meningkat.
"Kami di sana kan bukan melakukan pengamanan, tapi spontanitas karena ada oknum-oknum yang melakukan (perlawanan) secara massal di kebun sawit itu," ujar Erlan.