Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan siswa MAN 2 Kota Bekasi menggelar aksi damai tuntut kepala sekolah mundur dari jabatannya karena dinilai tidak transparans dalam pengelolaan dana sekolah. Aksi tersebut digelar di sela kegiatan apel upacara pagi pada Senin, 17 Februari 2025 sekitar pukul 07.00 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam aksi tersebut, para siswa membentangkan spanduk berisi tuntutan mereka. Salah satu isi spanduk mereka di antaranya ‘Minta dipilih minta didengar, sudah terpilih gak mau mendengar #antikritik’.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu siswa MAN 2 Kota Bekasi berinisial J, mengatakan aksi tersebut ditujukan untuk kepala sekolah mereka bernama Nina Indriana. "Aksi ini sebagai bentuk protes kami agar sekolah transparan mengelola anggaran dan memperbaikan fasilitas," kata J saat dikonfirmasi.
J mengatakan, selama menjabat Nina dinilai tidak transparan dalam pengelolaan dana sekolah. Hal itu terlihat dari buruknya fasilitas sekolah dan kurang optimalnya dukungan untuk kegiatan 15 ekstrakulikuler siswa.
“Kamar mandi pun pintunya itu enggak ada kuncinya, kerannya pada copot, gayung hilang-hilangan terus sampai toilet duduk itu yang buat tutupannya itu patah jadi enggak berguna,” tuturnya.
Sementara untuk kegiatan ekstrakulikuler, beberapa siswa harus mengeluarkan biaya sendiri untuk memberikan upah kepada pembina atau pelatih. "Kegiatan ekstrakulikuler tidak dibiayai, bahkan gaji pembina per bulan tidak dikeluarkan sama sekali," ujar J.
J mengatakan tindakan tersebut dinilai tidak wajar, sebab selama ini siswa dibebankan untuk membayar SPP sebesar Rp250 ribu setiap bulannya.
Meskipun diakuinya, sejak Nina Indriana menjabat ada sejumlah fasilitas yang telah ditambahkan di sekolahnya, seperti perbaikan fasilitas kamar mandi atau toilet, fasilitas fingerprint, dan kamera CCTV. Namun, hal itu pun dinilai tak memiliki nilai manfaat untuk para siswa. “Pihak siswa itu tidak merasakan manfaat dari situ,” ucapnya.
Selain soal fasilitas dan kegiatan ekstrakulikuler, siswa khususnya kelas 12 juga mengeluhkan soal rencana kegiatan wisuda mereka yang hingga saat ini belum ada kejelasan. Padahal kata J, sejumlah siswa kelas 12 telah membayar uang sebesar Rp 1,4 juta untuk kegiatan wisuda.
“Acara wisuda mereka (kelas 12) itu tidak ada kejelasan, alias digantung oleh sekolah, padahal sudah mengajukan proposal berulang ulang kali dan juga sudah menuruti perintah sekolah untuk mengeluarkan biaya kurang lebih 1,4 jutaan,” kata J.
Atas segala persoalan ini, ratusan siswa MAN 2 Kota Bekasi meminta Nina Indriana untuk mundur dari jabatan sebagai kepala sekolah. "Kami minta Ibu Nina turun (jabatan) atau ganti kepala sekolah," tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bekasi, Nina Indriana, mengatakan bahwa pengelolaan anggaran sekolah telah dimanfaatkan untuk perbaikan fasilitas dan gedung sekolah yang rusak, serta menambah fasilitas sekolah. “2023 itu sudah ada perbaikan, semua kelas AC, pemasangan gardu listrik, instalasi listrik, dan perbaikan-perbaikan gedung yang rusak. 2024 ini, pengadaan kamar mandi siswa-siswi, pemasangan CCTV seluruh kelas,” kata Nina saat ditemui wartawan, Selasa, 18 Februari 2025.
Hanya saja Nina mengaku bahwa masih terdapat beberapa gedung sekolah yang bocor. Namun rencana perbaikan telah diproses oleh pihaknya. “Inspirasi dari anak-anak untuk segera memperbaiki yang bocor-bocor, karena itu tuntutannya, beberapa titik-titik yang bocor. Jadi yang area sana ini, rencana kita itu di 2025 untuk perbaikan-perbaikannya,” jelasnya.
Adapun terkait anggaran ekstrakulikuler, Nina memastikan bahwa pihaknya telah membayar upah pelatih hingga November 2024 sebesar Rp 4,8 juta per pelatih. Seluruh data disertai bukti terkait pengeluaran anggaran ekstrakulikuler tersimpan rapi oleh bendahara sekolah.
Hanya saja, Nina mengatakan pihak sekolah memang tidak mampu mengakomodir seluruh kegiatan ekstrakulikuler. Sehingga beberapa kegiatan lomba ekstrakulikuler tidak dapat difasilitasi oleh sekolah.
“Kalau Rp 6 juta dikurangi Rp 4,8 juta (upah pelatih) berarti masih ada 1,2 juta itu kita alokasikan untuk kegiatan lomba-lomba. Nah mungkin tidak semua kegiatan lomba itu (terakomodir sekolah),” kata Nina.
Pilihan Editor: Prajurit TNI AL Ingin Minta Maaf, Anak Bos Rental Mobil: Setelah Perkara Selesai, Baru Boleh Minta Maaf