Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Gabungan Pencari Fakta atau TGPF Intan Jaya yang dibentuk oleh Menko Polhukam Mahfud Md telah menyelesaikan pengumpulan data dan informasi lapangan di Papua. Tim pun bertolak kembali ke Jakarta pada Senin, 12 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua TGPF Intan Jaya Benny Mamoto mengatakan tim telah melakukan olah TKP, bertemu saksi-saksi di TKP, dan mewawancarai hingga sekitar 25 saksi. "Kini kami siap kembali ke Jakarta untuk meneruskan sisa waktu tugas yang tinggal beberapa hari,” ujar Benny Mamoto lewat keterangan tertulis, Senin, 12 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menekankan setelah kejadian penembakan kepada TGPF, tim tetap meneruskan kerja di Sugata Intan Jaya. Para saksi dihadirkan di satu tempat, kemudian anggota TGPF mewawancarai dan mendata.
Menurut Benny, TGPF Intan Jaya bukan pro justicia. Tim bekerja dengan cara yang lebih luas ketimbang penyelidikan yang diatur di KUHAP. "Untuk memperoleh informasi, kami mendatangi, dibantu tokoh agama dan tokoh lokal,” kata Benny.
Benny menjelaskan proses yang dilakukan tim akhirnya bisa membuat keluarga korban mengizinkan dilakukan autopsi dan berkenan menandatangani BAP. Sehingga proses penyelidikan penegak hukum yang selama ini terhambat karena penolakan keluarga korban menandatangani BAP akhirnya bisa berjalan.
Sedangkan Tim TGPF di Jayapura yang berada di bawah Wakil Ketua TGPF Sugeng Purnomo juga telah kembali ke Jakarta. Selama di Jayapura tim berhasil mengumpulkan informasi, antara lain dari kalangan tokoh setempat seperti mantan Bupati Paniai, Naftali Yogim, yang berperan membentuk Kabupaten Intan Jaya.
Kalangan gereja antara lain, Pendeta Petrus Bonyandone, beberapa LSM dan pegiat HAM di Jayapura, jajaran pemerintah provinsi, kejaksaan, TNI, dan kepolisian Papua. Benny menuturkan investigasi di lapangan berjalan lancar karena TGPF Intan Jaya terdiri dari berbagai elemen yang sangat solid, seperti perwakilan tokoh masyarakat, perwakilan akademisi, perwakilan gereja, serta perwakilan Polri, TNI dan BIN.
Tokoh-tokoh yang terlibat antara lain Pendeta Henok Bagau dari Intan Jaya, Jhony Nelson Simanjuntak dari PGI, Taha Alhamid, Makarim Wibisono, Constan Karna, Michael Menufandu, I Dewa Gede Palguna, Apolo Safanpo, Bambang Purwoko, Samuel Tabuni, Edwin Partogi, Jaleswari Pramodhawardani, dan perwakilan dari Polri, TNI dan BIN.
Terkait penghadangan dan penembakan kepada tim, Benny menyebut, sebagian besar anggota tim tidak dididik militer atau kepolisian. "Kami tentu shock, tetapi kami tidak larut, tidak gentar dengan cara-cara seperti itu. Kami tetap bekerja karena kami ada target, waktu kami pendek 14 hari,” ujarnya.
Benny yang juga Ketua Komisi Kepolisian Nasional berterima kasih kepada Gubernur, Pangdam, Kapolda, Danrem, Dandim, Bupati, serta seluruh jajaran dan satgas di sana, karena dukungan bantuan dan pengamanan ekstra ketat, semua berjalan dengan baik.
DEWI NURITA