Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Sejumlah Upaya Kapolsek Pesanggrahan Beri Efek Jera Para Pelaku Tawuran

Kapolsek Pesanggrahan mengusulkan pencabutan KJP terhadap pelajar yang terlibat tawuran. Salah satu cara menekan aksi tawuran.

9 April 2025 | 09.26 WIB

Kapolsek Pesanggrahan Ajun Komisaris Polisi Seala Syah Alam di Polsek Pesanggrahan, Jakarta, 7 April 2025. Tempo/Muh Raihan Muzakki
Perbesar
Kapolsek Pesanggrahan Ajun Komisaris Polisi Seala Syah Alam di Polsek Pesanggrahan, Jakarta, 7 April 2025. Tempo/Muh Raihan Muzakki

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Pesanggrahan Ajun Komisaris Polisi atau AKP Seala Syah Alam membeberkan upayanya untuk memberi efek jera terhadap para pelaku tawuran di wilayahnya. Ia menyebut cara ini dengan menandatangani perjanjian antara anak, orang tua hingga pihak sekolah, untuk mencabut Kartu Jakarta Pintar (KJP) bila anaknya kembali terlibat tawuran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kami sama-sama menandatangani deklarasi, dan itu orang tuanya tanda tangan, anaknya tanda tangan, sekolahnya juga tanda tangan. Kalau sampai itu terjadi, KJP cabut," kata Seala saat ditemui di ruangannya, Jakarta Selatan, pada Senin, 7 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, pencabutan KJP merupakan ide yang diusung olehnya. Dengan cara ini, ucap Seala, angka tawuran di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, akan turun drastis.

"Jadi instruksi KJP cabut itu yang mungkin tidak terlalu menggelegar, di sini saya gelorakan, KJP cabut. Itulah yang mungkin pada akhirnya tingkat tawuran bisa dikatakan turun drastis bahkan tidak ada," ucap dia.

Seala membeberkan warga di Pesanggraha turut berinisiatif untuk mencegah terjadinya tawuran. Dia mengatakan upaya ini dengan membubarkan dan memberikan informasi terjadinya tawuran kepada pihak kepolisian.

"Warga membubarkan. Karena warga-warga di Pesanggrahan saat ini sangat luar biasa. Kecintaan mereka, sayang mereka terhadap Polri. Karena bagi mereka, keselamatan diri mereka juga menjadi prioritas utama," tutur Seala.

Dia menyebut pihaknya telah melakukan kerja sama dengan warga di Pesanggrahan. Seala mengatakan upaya tersebut untuk saling berkoordinasi agar tawuran di wilayah itu tidak terjadi lagi.

"Kami sama-sama sepakat bahwa ketika terjadi tawuran, tidak ada lagi seremonial yang anaknya didatangi orang tua, cium tangan, dan itu akan terulang lagi," ucap dia.

Seala menyatakan hingga saat ini dirinya masih memprioritaskan untuk mencegah tawuran di daerah Pesanggrahan. Dia mengatakan tawuran masih kerap terjadi di wilayah itu.

"Terkait tawuran yang dilakukan remaja itu menjadi salah satu konsentrasi saya. Saya merasa tawuran remaja ini adalah dinamika, tren, pergeseran moral," kata Seala.

Menurut dia, perkelahian antara dua kelompok atau lebih tersebut terjadi untuk mengadu kekuatan satu sama lain. Seala mengatakan kejadian ini bermula dua kelompok atau lebih itu berjanjian di media sosial untuk melangsungkan tawuran.

"Janjian untuk adu kekuatan, oh saya grup kuat nih, saya geng motor yang kuat, atau saya ada di komplotan yang kuat nih, janjian via Medsos untuk lakukan tawuran," ucap dia.

Seala menyatakan bahwa perbuatan tawuran merupakan tindakan yang fatal. Sebab, ucap dia, mereka harus menentukan pilihan yaitu sebagai pelaku atau menjadi korban tawuran.

"Dengan menggunakan penggaris besi, terus dibuat seperti samurai, mereka main serang-serangan, mereka kan tidak tahu, itu bisa membuat luka yang fatal," tutur Seala.

M. Raihan Muzzaki

Bergabung dengan Tempo pada 2024 setelah lulus dari Jurusan Sastra Inggris Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus