Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sepotong Lengan Di Kolam Oman

Diketemukannya anggota tubuh yang terpotong-potong di kolam ikan yang terletak di tepi jalan desa, dekat jl. soekarno-hatta (bandung). jenis korban maupun pelakunya belum diketahui. (krim)

21 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPINTAS kelihatan mirip potongan tangan boneka yang sudah lusuh, berwarna kuning kehitaman, menggeletak begitu saja di rerumputan di tepi sebuah kolam ikan di Desa Sekejati, Kabupaten Bandung. Orang yang lalu-lalang di jalan desa dekat kolam itu pun tak ambil peduli. Sampai pagi, Minggu 8 Mei, Mimin, 24 tahun, sopir truk yang setiap hari melintas di sana, tertarik. "Saya curiga melihat tangan boneka kok sebesar tangan manusia," katanya kemudian. Selain itu, dari tepi kolam membersit bau yang kurang enak. Mimin lalu membolak-baliknya benda itu. Ternyata sepotong tangan manusia yang sudah membusuk. Dengan menahan kaget, dia beritahukan hal itu kepada Iskandar, pegawai terminal angkutan kota, yang kebetulan lewat di tempat itu. Mereka berdua kemudian menemukan yang lain, sepotong betis terbungkus kertas koran, tersuruk di rumput tak jauh dari tempat semula. Polisi pun segera dilapori. Hari itu juga dengan dipimpin Capa Suhaya, komandan polisi di Sektor Buahbatu, penduduk beramai-ramai mengudak-aduk 3 kolam ikan seluas 300 meter persegi itu. Akhirnya, setelah air kolam dikuras atas permintaan Oman, 45 tahun, pemiliknya, dijumpai potongan ketiga, berbentuk paha manusia. Rupanya dua hari sebelumnya, Oman yang tinggal sekitar 1 km dari kolam ikannya itu, menemukan sepotong benda mirip paha babi di tepi kolam. "Saya lemparkan ke tengah kolam supaya dimakan ikan," kata Oman. Baru setelah ribut-ribut, ditemukannya potongan tubuh manusia di sana, dia teringat "paha babi" itu. Kolam yang terletak di tepi jalan desa yang menghubungkan Jalan Buahbatu dengan Jalan Soekarno-Hatta, di tepi tenggara Kota Bandung itu, memang kelihatan sangat kotor, tak terurus. Apalagi jalan itu, meski dilintasi kendaraan angkutan kota, sampai sekarang belum beraspal dan belum bernama. "Saya biarkan saja orang kampung sering membuang bangkai ayam di kolam, karena ikan mas jadi gemuk," ujar Oman yang mengunjungi kolamnya dua tiga kali seminggu. Dengan modal 3 potongan tubuh manusia yang sudah membusuk itu polisi memang tak dapat mengungkapkan apa-apa. Oman, misalnya, setelah diperiksa, "ternyata tak punya hubungan dengan peristiwa itu," kata Capa Suhaya. Polisi pun cuma bisa menduga-duga, bahwa itu suatu peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh seorang "prof". "Karena si pelaku pintar menghilangkan jejak," cerita komandan polisi itu. Misalnya, meskipun kolam dan sekitarnya sudah dirazia, bagian tubuh lainnya seperti kepala atau tubuh -- tak juga ditemukan. Sehingga ditaksir sengaja dibuang terpisah di tempat lain. Potongan betis kanan dan tangan kiri, yang ditemukan itu pun sudah dipangkas -- artinya tanpa jari tangan maupun jari kaki. "Padahal dari sidik jarilah kami biasanya bisa memulai pengusutan," kata Suhaya kesal. Celakanya lagi, meski sudah diumumkan lewat RT dan RW di seluruh Kecamatan Buahbatu, sampai minggu lalu tak satu pun penduduk yang melapor kehilangan sanak famili. Tiga hari berselang, di tepi jalan 10 m dari kolam tadi, ditemukan sebuah tas tangan wanita warna cokelat. Tapi dari tas kosong yang nampaknya masih baru itu, tak ditemukan petunjuk apa pun. Sehingga terlalu cepat untuk menghubungkannya dengan apa yang ditemukan di kolam ikan. "Tunggu sajalah hasil pemeriksaan dokter," ujar Suhaya. Ternyata dokter di RS Hasan Sadikin sama dengan polisi: belum menemukan apa-apa. Sepotong tangan kiri sepanjang 40 cm, dan sepotong paha kanan panjang 30 cm, sampai sekarang cuma jadi pengisi lemari pendingin di rumah sakit itu. Jenis kelamin korban saja pun belum bisa ditentukan. "Habis daging itu cuma sepotong-sepotong, mana kulitnya sudah pada melepuh," ujar seorang dokter yang turut memeriksa. Paling yang bisa diketahui, dari ukuran panjang tulang tangan, korban berusia 20 tahun sampai 30 tahun, sudah dewasa, dan meninggal lima atau enam hari sebelum potongan mayatnya ditemukan. Dari bekas irisan tulang, yang tampak licin, diduga korban dipotong-potong dengan pisau atau golok yang sangat tajam. "Saya menduga pelakunya sudah biasa melakukan perbuatan serupa," kata dokter yang menolak disebutkan namanya itu. Masih terlalu pagi untuk menduga-duga. Yang jelas, sudah beberapa kali ditemukan mayat terpotong-potong, dan semuanya tetap diliputi misteri. Misalnya, daging cincang yang ditemukan orang di Jalan Sudirman, Jakarta, (1981) itu sampai sekarang kasusnya belum juga bisa dibikin jelas. Padahal yang ini petunjuknya lebih jelas, paling tidak daging yang tercincang 13 itu, masih bisa disatukan. Itulah misteri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus