SEPINTAS kelihatan mirip potongan tangan boneka yang sudah
lusuh, berwarna kuning kehitaman, menggeletak begitu saja di
rerumputan di tepi sebuah kolam ikan di Desa Sekejati, Kabupaten
Bandung. Orang yang lalu-lalang di jalan desa dekat kolam itu
pun tak ambil peduli. Sampai pagi, Minggu 8 Mei, Mimin, 24
tahun, sopir truk yang setiap hari melintas di sana, tertarik.
"Saya curiga melihat tangan boneka kok sebesar tangan manusia,"
katanya kemudian. Selain itu, dari tepi kolam membersit bau yang
kurang enak.
Mimin lalu membolak-baliknya benda itu. Ternyata sepotong tangan
manusia yang sudah membusuk. Dengan menahan kaget, dia
beritahukan hal itu kepada Iskandar, pegawai terminal angkutan
kota, yang kebetulan lewat di tempat itu. Mereka berdua kemudian
menemukan yang lain, sepotong betis terbungkus kertas koran,
tersuruk di rumput tak jauh dari tempat semula.
Polisi pun segera dilapori. Hari itu juga dengan dipimpin Capa
Suhaya, komandan polisi di Sektor Buahbatu, penduduk
beramai-ramai mengudak-aduk 3 kolam ikan seluas 300 meter
persegi itu. Akhirnya, setelah air kolam dikuras atas permintaan
Oman, 45 tahun, pemiliknya, dijumpai potongan ketiga,
berbentuk paha manusia. Rupanya dua hari sebelumnya, Oman yang
tinggal sekitar 1 km dari kolam ikannya itu, menemukan sepotong
benda mirip paha babi di tepi kolam. "Saya lemparkan ke tengah
kolam supaya dimakan ikan," kata Oman. Baru setelah ribut-ribut,
ditemukannya potongan tubuh manusia di sana, dia teringat "paha
babi" itu.
Kolam yang terletak di tepi jalan desa yang menghubungkan Jalan
Buahbatu dengan Jalan Soekarno-Hatta, di tepi tenggara Kota
Bandung itu, memang kelihatan sangat kotor, tak terurus.
Apalagi jalan itu, meski dilintasi kendaraan angkutan kota,
sampai sekarang belum beraspal dan belum bernama. "Saya biarkan
saja orang kampung sering membuang bangkai ayam di kolam, karena
ikan mas jadi gemuk," ujar Oman yang mengunjungi kolamnya dua
tiga kali seminggu.
Dengan modal 3 potongan tubuh manusia yang sudah membusuk itu
polisi memang tak dapat mengungkapkan apa-apa. Oman, misalnya,
setelah diperiksa, "ternyata tak punya hubungan dengan peristiwa
itu," kata Capa Suhaya. Polisi pun cuma bisa menduga-duga, bahwa
itu suatu peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh seorang
"prof". "Karena si pelaku pintar menghilangkan jejak," cerita
komandan polisi itu.
Misalnya, meskipun kolam dan sekitarnya sudah dirazia, bagian
tubuh lainnya seperti kepala atau tubuh -- tak juga ditemukan.
Sehingga ditaksir sengaja dibuang terpisah di tempat lain.
Potongan betis kanan dan tangan kiri, yang ditemukan itu pun
sudah dipangkas -- artinya tanpa jari tangan maupun jari kaki.
"Padahal dari sidik jarilah kami biasanya bisa memulai
pengusutan," kata Suhaya kesal. Celakanya lagi, meski sudah
diumumkan lewat RT dan RW di seluruh Kecamatan Buahbatu,
sampai minggu lalu tak satu pun penduduk yang melapor
kehilangan sanak famili.
Tiga hari berselang, di tepi jalan 10 m dari kolam tadi,
ditemukan sebuah tas tangan wanita warna cokelat. Tapi dari tas
kosong yang nampaknya masih baru itu, tak ditemukan petunjuk apa
pun. Sehingga terlalu cepat untuk menghubungkannya dengan apa
yang ditemukan di kolam ikan. "Tunggu sajalah hasil pemeriksaan
dokter," ujar Suhaya.
Ternyata dokter di RS Hasan Sadikin sama dengan polisi: belum
menemukan apa-apa. Sepotong tangan kiri sepanjang 40 cm, dan
sepotong paha kanan panjang 30 cm, sampai sekarang cuma jadi
pengisi lemari pendingin di rumah sakit itu. Jenis kelamin
korban saja pun belum bisa ditentukan. "Habis daging itu cuma
sepotong-sepotong, mana kulitnya sudah pada melepuh," ujar
seorang dokter yang turut memeriksa.
Paling yang bisa diketahui, dari ukuran panjang tulang tangan,
korban berusia 20 tahun sampai 30 tahun, sudah dewasa, dan
meninggal lima atau enam hari sebelum potongan mayatnya
ditemukan. Dari bekas irisan tulang, yang tampak licin, diduga
korban dipotong-potong dengan pisau atau golok yang sangat
tajam. "Saya menduga pelakunya sudah biasa melakukan perbuatan
serupa," kata dokter yang menolak disebutkan namanya itu.
Masih terlalu pagi untuk menduga-duga. Yang jelas, sudah
beberapa kali ditemukan mayat terpotong-potong, dan semuanya
tetap diliputi misteri. Misalnya, daging cincang yang ditemukan
orang di Jalan Sudirman, Jakarta, (1981) itu sampai sekarang
kasusnya belum juga bisa dibikin jelas. Padahal yang ini
petunjuknya lebih jelas, paling tidak daging yang tercincang 13
itu, masih bisa disatukan. Itulah misteri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini