Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga gang sempit di Jalan Sumbersari, Malang, mengenal pria berkumis itu sebagai pemuda yang baik. Sejak menempati kamar kos bertarif Rp 150 ribu per bulan, awal Mei lalu, ia menunjukkan perangai sopan dan rajin. Ia tak segan membersihkan dapur rumah induk dan sesekali menggosok lantai kamar mandi.
Di kala senggang, ia suka berolahraga ringan di dalam kamar. Jika keluar rumah, dia kerap terlihat jalan bersama Ahmadi, teman yang baru dikenalnya di perempatan kampus Universitas Islam Malang, pertengahan Mei lalu. Ahmadi adalah alumnus Universitas Islam Malang yang tinggal di Desa Kebon Agung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Kepada Ahmadi, pria berkumis itu mengaku bernama Yudist, datang dari Flores, Nusa Tenggara Timur, untuk mendaftar sebagai mahasiswa S-2 di Universitas Islam Malang. Yu-dist juga meminta tolong kepada Ahmadi untuk dicarikan kontrakan.
Ahmadi sama sekali tak tahu kawan barunya itu adalah Suud Rusli, bekas prajurit TNI AL berpangkat kopral dua yang sudah dijatuhi hukuman mati. Dua tahun lalu, Suud terlibat dalam pembunuhan Direktur Utama PT Aneka Sakti Bakti (Asaba) Boediharto Angsono dan pengawalnya, Sersan Dua Edy Siyep, dari Kopassus.
Suud bersama Letnan Dua Marinir Syam Ahmad Sanusi menembak Budiharto atas permintaan Gunawan Santosa, bekas menantu Budiharto. Awal Februari lalu, Pengadilan Militer II-08 Jakarta telah memutuskan hukuman mati kepada keduanya. Belakangan, Suud dan Syam kabur dari tahanan Polisi Militer di Pangkalan Utama Angkatan Laut II, Jalan Bungur Raya, Jakarta Pusat.
Selasa pekan lalu, pelarian Suud akhirnya terhenti. Ketika itu Suud dan Ahmadi baru pulang dari alun-alun Kota Malang. Begitu tiba di kampung mereka berpisah. Ahmadi pergi ke tempat fotokopi, Suud menuju Toko Kisi. "Rencananya dia akan membeli Tip-ex," kata Ahmadi.
Belum sempat Heru, si pemilik toko, melayani permintaan Suud, tiba-tiba dua pria berpakaian sipilbelakangan diketahui sebagai petugas Polisi Militer TNI ALmencengkeram dua tangan Suud. Mereka berkata tegas, "Kamu kami tahan." Suud pun langsung digelandang ke luar toko.
Di emperan toko, Suud berusaha melepaskan diri. Saat itulah muncul dua petugas lain. Mendadak terdengar tembakan sebanyak tiga kali. Kemudian terlihat darah segar mengucur dari kaki Suud.
Hari itu juga, Suud dibawa ke Rumah Sakit Syaiful Anwar, Malang. Dari sana ia dipindahkan lagi ke Rumah Sakit TNI AL dr Ramelan, Surabaya. Sehari kemudian, Suud langsung dikirim ke Jakarta. Dia kini mendapat perawatan di Rumah Sakit TNI AL Mintoharjo, Jakarta Pusat.
Tertangkapnya Suud membuat Ahmadi ikut terkena getahnya. Sehari setelah penangkapan Suud, ia diperiksa sebagai saksi di Pangkalan Angkatan Laut Malang. "Ia dianggap mengetahui banyak informasi soal Suud," kata Kepala Seksi Penyelidikan Kriminal dan Pengamanan Fisik Detasemen Polisi Militer Pangkalan Angkatan Laut Malang, Kapten Sungkono.
Menurut Sungkono, pengintaian terhadap Suud telah dilakukan tim Polisi Militer Pangkalan Angkatan Laut Malang sejak 25 Mei. Mereka bekerja sama dengan tim dari Jakarta yang dipimpin Mayor Ananta.
Tim mencurigai Suud berada di Malang lantaran dia kelahiran Nusa Tenggara Timur. "Basis mahasiswa NTT berada di sekitar kampus Institut Teknologi Nasional, Malang," kata Kapten Sungkono. Sayang, Sungkono enggan menceritakan proses pengintaian dan penangkapan secara lebih terperinci.
Suud dikenal sebagai anggota marinir dengan kemampuan khusus. Ia memiliki keterampilan survival serta cepat beradaptasi dengan lingkungan. Dia juga menguasai berbagai jenis bela diri. Menurut sumber Tempo di Angkatan Laut, keberadaan Suud secara pasti diketahui berdasarkan pelacakan pembicaraannya melalui telepon genggam. "Nomor telepon seluler Suud terlacak saat dia menghubungi seorang wanita," bisik sumber itu.
Namun, informasi berbeda disampaikan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf. Menurut dia, keberadaan Suud diketahui setelah seseorang dari Malang memberi informasi ke Polisi Militer Angkatan Laut.
Berbekal informasi itu, dikirimlah dua tim dari Jakarta sebanyak delapan orang untuk melacak Suud. Tim tersebut setiap hari mengintai tempat kos dan rumah-rumah sewaan di kota berhawa sejuk itu. Setelah keberadaan Suud diketahui secara pasti, digelarlah operasi penangkapan.
Suud kini masih dalam pengawasan ketat dan belum bisa dimintai keterangan. Setelah sembuh, rencananya dia akan dijebloskan ke rumah tahanan militer, bukan lagi sel Polisi Militer Angkatan Laut yang kondisi keamanannya kurang layak.
Setelah Suud, giliran berikut adalah Syam Ahmad. Polisi Militer Angkatan Laut berjanji akan segera menangkap dan sudah mengetahui lokasi persembunyian bekas perwira itu.
Nurlis E. Meuko, Eni Saeni, Maria Ulfah (Jkt), dan Bibin Bintariadi (Malang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo