Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Tiga buronan wanita

3 tahanan wanita fatimah, 45, hanifah, 35, kamaliah, 62 lolos dari tahanan. mereka tahanan pengedar narkotik kelas berat. syarifuddin komandan piket merasa diguna-guna dan menyangkal menerima sogokan.(krim)

4 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG bisa kabur dari rumah tahanan ternyata bukan hanya para narapidana lelaki. Setidaknya ini yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kutacane, Aceh Tenggara, belum lama ini. Tiga tahanan wanita enak saja melenggang di depan mata petugas di siang hari bolong, yang tentu saja langsung dinyatakan buron. Bagai orang linglung Syafruddin, komandan piket hari itu, akhir Agustus, mengijinkan begitu saja Fatimah, 45, pergi berbelanja. Bukan hanya Fatimah. Sekitar 15 menit kemudian Hanifah, rekannya, ikut-ikutan minta permisi. Kali ini bukan mau ke pasar di seberang LP, tapi mau menjenguk adiknya yang baru saja melahirkan. Untuk Hanifah pun, aneh, Syafruddin percaya begitu saja. Bahkan, ketika wanita 35 tahun in, mengajak Kamaliah, 62, yang juga temannya, petugas jaga itu sama sekali tidak melarang. Satu jam kemudian baru muncul kepanikan. Ya, satu jam. Ketiga cewek yang tergolong berat hukumannya di LP itu tak kembali ke tahanan. Repotnya lagi, Syafruddin bukannya buru-buru melapor ke atasan perihal kaburnya ketiga tahanan itu. Ia malah duduk sebingungan. Jamalin, anak buahnya, tidak pula punya inisiatif. Maka, kepala LP, Darul Amin, baru mendengar kabar itu setelah 10 jam berselang. Sekali lagi, 10 jam kemudian. Untunglah, Darul Amin tak cuma bengong. Meski terlambat, ia tidak begitu saja menyerah. Pihak kepolisian yang dihubungi segera mengadakan pemeriksaan di sepanjang jalan yang diperkirakan menjadi jalur perjalanan ketiga buronan. Namun, hingga awal pekan ini tiga wanita itu tetap raib. Muncullah dugaan, mereka dijemput oleh komplotan yang sudah lama menyiapkan pelarian itu. "Saya seperti orang yang kena guna-guna," tutur Syafruddin, 35. Di depan tim Kanwil Departemen Kehakiman Aceh yang mengusut kasus ini, komandan piket itu mengakui, kala itu ia "rasanya seperti baru bangun tidur saja." Ia menyangkal keras telah menerima sogokan. Darul Amin, kepala LP Kutacane, tidak habis pikir, ada napi yang bisa kabur dengan cara seperti itu -- di depan mata petugas. Padahal, seminggu sebelum peristiwa itu terjadi, sehubungan dengan imbauan Menteri Kehakiman, Darul sudah memberikan peringatan kepada 22 staf LP untuk tak memberikan izin kepada para napi keluar dari kompleks LP dengan alasan apa pun. Imbauan Menteri kepada LP-LP adalah agar untuk para tahanan pengedar narkotik dan ganja diberikan penjagaan yang lebih. Di LP Kutacane dari 66 penghuni LP, 75 persen masuk ke balik jeruji karena terlibat narkotik. Sebenarnya ini bukan pertama kali LP kutacane kebobolan. Maret lalu dua orang napi berhasil lolos. Di saat orang enak-enak tidur pada dinihari, dengan mudah Abu Bakar Aman Kartini, 33, dibantu seorang napi yang dihukum karena membunuh meloncati dinding LP setinggi 4 meter. "Rupanya, keduanya turun ke luar kompleks LP dengan bantuan kain sarung, pada saat petugas tertidur," kata sebuah sumber. Seharusnya pelarian Abu Bakar membuat pihak LP jadi waspada. Sebab, si Abu punya hubungan dekat dengan beberapa tahanan yang lain. Misalnya dengan Fatimah itu. Abu Bakar, ketika ditangkap, April tahun lalu, di Hotel Aceh Tengah, Medan, kedapatan membawa bungkusan kado yang ternyata berisi 10 kg ganja kerng. "Barang" itu sudah dipres mirip batu bata. Sedianya kado itu hendak diserahkan ke Fatimah yang memang sudah menunggu dan siap terbang ke Jakarta. Ganja itu sendiri, menurut pengakuan Fatimah, akan dijual ke Mak Kaleh. Oleh Pengadilan Negeri Kutacane, Abu Bakar divonis 15 tahun penjara. Fatimah mendapat 10 tahun, dan Mak Kaleh hanya kena 3 bulan. Akan halnya Hanifah dan Kamaliah yang menyusul jadi buron setelah Fatimah -- juga dikenal sebagai pedagang ganja. Keduanya tertangkap di perbatasan Sumatera-Aceh karena menyimpan 4 kg ganja di dalam tasnya pada Februari lalu. Pelarian ketiga napi wanita itu menurut sebuah sumber tampaknya sudah lama direncanakan. Bukan hanya di sekitar LP saja, tapi sampai ke penjemputannya pun sudah berlangsung rapi. Sebab, Kamaliah, seorang nenek yang jalannya sudah mulai mbungkuk, yang baginya tentu bukan perkara mudah untuk menghilang begitu saja, bisa gampang dilacak seandainya tak di jemput. Dan jangan anggap enteng pengedar ganja, kata sumber di LP Kutacane. Dari situlah biasanya bermula para pengedar narkotik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus