Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

TPNPB-OPM Sebut Pembunuhan Glen Malcolm Conning Ganggu Rencana Pembebasan Pilot Susi Air

TPNPB-OPM menyatakan pembunuhan Glen menganggu rencana pembebasan pilot Susi Air Philips yang seharusnya dilakukan bulan depan.

8 Agustus 2024 | 19.42 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembebasan pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens terhambat setelah pembunuhan pilot Selandia Baru Glen Malcolm Conning di Distrik Alama, Mimika, Papua Tengah, Senin, 5 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengatakan pembunuhan Glen menganggu rencana pembebasan pilot Susi Air Philips yang seharusnya dilakukan bulan depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau tidak (karena kejadian ini), kami bisa bekerja cepat buat proposal untuk membebaskan pilot sesegeranya secara terbuka, pilot yang kami tahan,” ujar Sebby kepada Tempo, Kamis, 8 Agustus 2024.

Sebby menepis tuduhan aparat keamanan yang mengatakan Glen Malcolm Conning dibunuh oleh pasukan OPM. Ia mengklaim tidak ada pasukan TPNPB-OPM yang beroperasi di Distrik Alama. Bahkan, kata dia, TPNPB-OPM tidak memiliki pos operasi di sana. 

“Di wilayah itu terus terang saja tidak ada pasukan TPNPB-OPM dari kami komando nasional. Dan wilayah-wilayah Alama sampai Banti Dua, Tembagapura, itu wilayah pelayanan Freeport,” ujarnya.

Sebby curiga tuduhan terhadap OPM membunuh Glen bertujuan memojokkan pihaknya. Sebab, pembunuhan ini terjadi tidak lama setelah OPM mengumumkan akan membebaskan Philip.

Pernyataan Sebby berbeda dari keterangan awalnya. Sebelumnya, Sebby mengatakan pilot asal Selandia Baru itu ditengarai sebagai mata-mata. "Kami anggap dia mata-mata untuk memantau pertahanan TPNPB di Mimika," ujar Sebby saat dihubungi pada Senin, 5 Agustus 2024.

Dia mengungkapkan, Distrik Alama merupakan wilayah konflik bersenjata. Ia menegaskan, kelompoknya juga telah melarang pesawat, pembangunan, dan aktivitas lain masuk ke wilayah tersebut.

Larangan tersebut untuk menghindari militer Indonesia memasok logistik dan pasukan di wilayah tersebut. "Tapi karena kepala batu (keras kepala), ya itu risiko tanggung sendiri," ujarnya. 

Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Humas Operasi Damai Cartenz 2024, Komisaris Besar Polisi Bayu Suseno, membantah klaim Sebby Sambom yang menolak pembunuhan dilakukan OPM. Menurut dia, Sebby tidak memiliki pengetahuan dasar perihal hukum humaniter. "KKB sering melakukan pembenaran atas kejahatan mereka," katanya lewat keterangan tertulis pada Kamis, 8 Agustus 2024.

Bayu menepis tudingan Sebby, karena pihak Satgas Damai Cartenz telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara, dan pemeriksaan saksi di lapangan udara Distrik Alama. "KKB justru menuduh pemerintah dan pihak militer sebagai pelaku pembunuhan pilot tersebut," ucap Suseno.

Menurut Bayu, sudah banyak warga sipil yang dibunuh oleh KKB, mulai dari warga pendatang hingga orang asli papua (OAP) yang bekerja sebagai tenaga kesehatan, guru, tukang ojek. "Yang terakhir adalah pilot asal Selandia Baru tersebut," ujar perwira menengah Polri itu.

Saat dikonfirmasi Tempo, Kepala Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Polisi Faizal Ramadhani, mengatakan belum memastikan siapa kelompok yang membunuh Glen. “Masih dalam penyelidikan,” kata Faizal. 

Advist Khoirunikma dan Novali Panji Nugroho berkontribusi atas penulisan artikel ini.

Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus