SECARA fisik, ia adalah lelaki ideal. Bertubuh atletis, tinggi 160 cm. Dan bapak dua anak-anak ini dikenal lurus perangainya. Maka, banyak yang tak percaya sewaktu belum lama ini, pria tadi, seorang guru SD di Cianjur, Jawa Barat, ditangkap polisi. Ia dituduh melakukan tindakan tak senonoh terhadap 20-an murid lelaki, yang duduk di kelas V dan VI. Menurut tuduhan, Pak Guru berusia 35 ini memperdaya korban dengan cara yang konvensional. Korban diajak bertandang ke rumah ketika istri dan kedua anaknya sedang pergi. Kemudian korban disodori album berisi foto porno. Tiba-tiba Pak Guru menutup semua pintu dan jendela rumahnya. Lantas, si anak lelaki itu disuruh memerankan salah satu adegan seperti dalam foto, dan pasangannya, siapa lagi, bila bukan Pak Guru sendiri. Karena diancam tak akan naik kelas, apa boleh buat, terjadilah. Menurut penyidikan polisi, ada pula korban yang dipaksa menenggak minuman keras lebih dulu. "Kami sebenarnya tak suka, tapi karena dipaksa dan takut kepada Pak Guru, minuman itu terpaksa kami minum," tutur seorang korban, bekas murid tersangka yang kini sudah di bangku SMP. Yang lebih seru adalah cerita seorang bekas murid yang lain, yang kini telah duduk di SMA. Saat itu ia masih di kelas V SD, diundang Pak Guru karena akan diberi pelajaran tambahan. Wah, pelajaran itu, ternyata, disuruh mengintip selagi, maaf, Pak Guru sedang melakukan adegan ranjang dengan istrinya. Setelah selesai, Pak Guru menemuinya dan menyuruh dia menjadi "istri" dan menirukan adegan seperti yang barusan ia intip. Kurang jelas bagaimana sampai istri Pak Guru tidak tahu, atau bagaimana reaksi istri itu. Selama bertahun-tahun, kebobrokan ini tetap terpendam rapat, karena korban umumnya lebih memilih diam ketimbang bikin ramai-ramai. Baru-baru ini sajalah, karena orangtua dan semua kakak Didi (nama samaran), 11, merasa heran melihat anak yang biasanya lincah dan periang itu berubah menjadi pemurung dan tak doyan makan. Setelah dibujuk-bujuk, barulah dia mengaku bahwa telah dimesumi Pak Guru lewat belakang. Perkara ini segera saja dilaporkan kepada polisi. Dan ternyata, ada lima orang anak yang ikut mengaku pernah dimesumi. Tapi, berdasar cerita bisik-bisik, jumlah korban sebenarnya jauh lebih banyak. Pihak keluarga Didi setidaknya mencatat nama 20 anak yang mempunyai indikasi kuat telah menjadi korban, tapi malu buka kartu. "Dia sudah mengakui semua perbuatannya," kata Kapolres Cianjur, Letkol Y. Mulyana, kepada Aji Abdul Gofar dari TEMPO, pekan lalu. Kini, berkas perkara sudah dilimpahkan ke kejaksaan. Tersangka, menurut Mulyana, telah membodohi murid-muridnya paling tidak sejak enam tahun lalu. Tersangka mengaku mempunyai kelainan seks semenjak ia menjadi guru sebelas tahun lalu. Dan kelainan ini rupanya, hanya dirasakan oleh dia seorang. Istrinya selama ini menganggap suaminya normal saja. Kejadian di Cianjur ini mirip dengan yang terbongkar di Surabaya, April lalu. Ketika itu, sekitar 20 anak lelaki di Kampung Patemon, Kecamatan Tandes, dilahap dari belakang oleh seorang tabib bernama Badrun, 36, yang juga tinggal di daerah itu. Untuk mengunci mulut korban, terlebih dulu mereka yang mau diajak kencan diajak nonton film horor. Nah, usai digarap, anak-anak itu ditakut-takuti bakal mati tercabik-cabik seperti korban dalam film horor. Tapi, Badrun juga menjanjikan hadiah menarik, berupa sepeda mini, bagi anak yang sudah dimesumi sampai 30 kali. Beda Pak Guru dan Badrun, yang pertama agaknya biseks, yang kedua memang homo. Yang pertama masih akan diadili, yang kedua sudah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini