Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menciptakan Ruang Aman dalam Era Digital

Menciptakan ruang aman dalam ekspresi perempuan di era digital memerlukan pemahaman literasi digital yang mendalam dan perilaku yang bertanggung jawab

31 Agustus 2023 | 18.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – Kehadiran media sosial dan teknologi digital telah mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Bagi perempuan, ekspresi diri di dunia digital dapat menjadi tantangan tersendiri. Menghadapi penghakiman dan penilaian, penting untuk menciptakan ruang aman di mana perempuan bisa merasa bebas berbicara tentang pengalaman pribadi mereka. Namun, ruang ini juga harus ditempuh dengan hati-hati, mengingat pentingnya literasi digital dan perilaku yang bertanggung jawab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu diutarakan oleh Mithra Tarigan, Editor Cantika yang juga aktif merangkai konten di media sosial, "Jangan semua lah isi dapur dikasih tahu di media sosial,” kata dia dalam diskusi Siberkreasi dengan tema “Ruang Digital = Rumah Kaum Milenials. Yuuk Berkreasi Positif” melalui kanal Youtube Tempodotco dan Literasi Digital Kominfo pada Selasa, 29 Agustus 2023. Kegiatan itu dibuka oleh sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia berharap, para perempuan dapat bijak dalam berbagi informasi pribadi. Ruang digital bukan hanya tentang berekspresi, tetapi juga tentang melindungi privasi dan menghindari potensi penyebaran informasi yang tidak perlu atau bahkan merugikan.

Menciptakan ruang aman dalam ekspresi perempuan di era digital memerlukan pemahaman literasi digital yang mendalam dan perilaku yang bertanggung jawab. Melalui pemahaman yang bijak tentang apa yang harus dibagikan dan bagaimana cara berinteraksi secara positif di dunia digital, kita dapat menjaga lingkungan online yang inklusif dan saling mendukung.

Menyadari betapa pentingnya literasi digital, Dewan Pengarah Siberkreasi & Content Creator, Yosi Mokalu menyatakan, "literasi digital bukan sekadar memahami teknologi, tapi juga memiliki sikap kritis dan bertanggung jawab." Literasi digital melibatkan kemampuan untuk memilah informasi yang benar dari yang palsu, serta kemampuan untuk berpartisipasi secara positif di dunia digital. Ini juga berbicara tentang menghindari penyebaran informasi yang tidak diverifikasi, yang dapat merugikan baik individu maupun masyarakat luas.

Dalam era di mana opini dan pembelaan dapat mengemuka dengan cepat di media sosial, perlu untuk lebih berpikir kritis tentang dampak dari setiap tindakan kita. Seperti yang ditekankan oleh Yosi, "Berpikir kritis dan bertanggung jawab adalah ujung dari literasi digital yang ingin diwujudkan dalam masyarakat." Menurutnya, menimbang baik-buruk tujuan di balik setiap unggahan adalah tindakan yang bijaksana. Apakah itu hanya untuk kesenangan pribadi, ataukah ada implikasi lebih besar yang perlu dipertimbangkan.

Dalam perjalanan kita menuju ekspresi diri yang bebas dan bertanggung jawab di ruang digital, penting untuk mengingat bahwa media sosial bukan hanya panggung untuk tampil, tetapi juga platform di mana kita berinteraksi dengan berbagai opini dan pandangan. "Mendapat perhatian dari sosial media itu sangat mungkin. Makanya, orang-orang yang kurang perhatian di rumah, bisa mencari perhatian di dunia maya. “Oleh karena itu, dalam mengekspresikan diri, penting untuk menjaga sikap yang kritis, bertanggung jawab, dan menghormati pandangan orang lain,” kata Yosi.

Peran Positif Anak Muda dalam Dunia Digital: Literasi Digital dan Konten Bermakna

Di era digital yang melanda anak muda saat ini, terlihat jelas betapa besar peran mereka dalam dunia online. Dari persentase yang signifikan, sekitar 60 hingga 70 persen dari mereka terlibat dalam dunia digital, terutama di media sosial. Fakta ini membuka peluang untuk peran penting mereka dalam membentuk konten positif yang memberikan dampak nyata, terutama dalam konteks politik yang semakin terfokus.

"Ketika kita membicarakan konten positif, penting untuk memahami bahwa 'positif' memiliki makna yang berbeda-beda untuk setiap orang,” kata Yosi. Perspektif ini menggarisbawahi bahwa apa yang dianggap positif oleh satu individu mungkin tidak selalu dianggap sama oleh orang lain. Meskipun begitu, kita perlu memandang konten positif sebagai sesuatu yang memberikan manfaat kepada banyak orang, menghasilkan dampak yang dirasakan bersama.

Menurut Yosi, menjadikan anak-anak muda sebagai agen perubahan di dunia digital memerlukan beberapa langkah penting. "Identitas dan inisiatif berperan penting dalam menggerakkan anak-anak muda untuk berpartisipasi dengan kontribusi positif." Dengan memahami siapa mereka dan apa yang ingin mereka capai, anak-anak muda dapat merasa lebih bersemangat untuk berkontribusi dengan konten yang memberikan manfaat nyata bagi banyak orang.

Bukan hanya tentang konten yang menarik perhatian, tetapi juga tentang menginspirasi perubahan positif. Yosi membawa contoh tokoh seperti Ria Ricis dan Mbok Sarinah, yang membuktikan bahwa jumlah pengikut bukanlah ukuran keberhasilan. Dengan satu juta pengikut atau hanya satu, yang penting adalah bagaimana dampak positif dari konten mereka mampu mempengaruhi. Inisiatif seperti ini tidak boleh dianggap remeh, karena dari sini bisa tumbuh benih perubahan yang mendasar.

Sementara itu isu politik mendominasi banyak diskusi di dunia digital, terutama dengan anak muda yang sekarang menjadi pemilih mayoritas. Namun, tantangan muncul ketika isu-isu ini terkadang digoreng dengan cara yang merugikan. Pertanyaan muncul: Bagaimana anak-anak muda ini dapat membangun konten yang positif dan berkontribusi untuk mencegah adanya penyebaran informasi yang tidak akurat atau merugikan?

Namun, tantangan tetap ada. Mithra pun memberikan pandangan, "Sistem penghargaan dan apresiasi perlu diperkuat." Anak-anak muda yang berinvestasi waktu dan usaha untuk menghasilkan konten positif perlu mendapatkan pengakuan atas kontribusi mereka. Ini akan memotivasi mereka untuk terus membangun konten yang memberikan dampak positif.”

Peran anak-anak muda dalam dunia digital adalah tentang memberikan kontribusi nyata yang menginspirasi, membawa perubahan, dan membangun dampak positif. Literasi digital tetap menjadi fondasi, memastikan mereka dapat menilai informasi dengan bijak dan berinteraksi secara bertanggung jawab di dunia online. Dengan langkah-langkah ini, mereka dapat membentuk dunia digital yang lebih baik, yang memberikan manfaat kepada banyak orang dan mendorong perubahan yang positif bagi masyarakat secara keseluruhan. (*)


Prodik Digital

Prodik Digital

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus