Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekolah Adat Hadir di Upacara Hardiknas di Kantor Kemendikbduristek

Sebanyak 21 anak dari tiga sekolah adat yang menjadi peserta upacara.

2 Mei 2023 | 21.30 WIB

Sekolah Adat Hadir di Upacara Hardiknas di Kantor Kemendikbduristek
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO NASIONAL - Untuk pertama kalinya, anak-anak yang bersekolah di sekolah adat ikut hadir di upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sebanyak 21 anak dari tiga sekolah adat yang menjadi peserta upacara berasal dari Sumba Barat, Banyuwangi, Jawa Timur, dan Jambi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Mendikbduristek Nadiem Anwar Makarim akhirnya dapat bersua kembali dengan Menalang, anak Rimba atau suku Anak Dalam dari Jambi. Sebelumnya, Menalang sempat bertemu saat Nadiem melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, pada September 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Usai upacara, Menalang dan temannya yang berasal dari Sekolah Adat Kedundung Muda dan Sungoi Terap di Jambi, sempat berinteraksi dengan Nadiem. Mereka menunjukkan permainan tradisional khas suku Anak Dalam, yaitu Pasung Rotan. Permainan ini dimainkan dengan membuat berbagai simpul menggunakan rotan dan tali rafia. Permainan ini bermanfaat untuk mengasah kreativitas anak. 

Selain sekolah adat dari Jambi, anak-anak sekolah adat lain juga menunjukkan permainan tradisional dari daerahnya masing-masing. Anak-anak dari Sekolah Adat Pesinauan Osing dari Banyuwangi, Jawa Timur, menunjukkan keterampilan bermain egrang batok dan egrang bambu, sebuah permainan tradisional dari suku Osing Banyuwangi.

Sementara itu, anak-anak sekolah adat dari Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni Sokola Sumba, menampilkan permainan Adu “Kajji” atau gasing tradisional dari suku Sumba, NTT. Anak-anak peserta program KILA (Kita Cinta Lagu Anak Indonesia) mengiringi dengan lagu selama permainan tradisional itu ditampilkan.

 Semarak budaya tampak kental dalam upacara peringatan Hardiknas 2023. Selain penampilan dari anak-anak sekolah adat dan KILA, hadir juga penampilan Tari Massal Ja’i Bajawa dan Gemu Famire oleh seniman NTT, Nyong Franco, dan teman-teman seniman lain dari Flores. Tari Massal Ja’i Bajawa merupakan tarian adat dari Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT.

Nadiem menyampaikan terima kasih kepada semua penggerak transformasi pendidikan di seluruh Nusantara atas komitmen dan kerja kerasnya. "Mari kita jaga semangat ini untuk membawa Indonesia melompat ke masa depan dengan Merdeka Belajar," kata dia.

Kemendikbudristek terus berupaya memberikan layanan pendidikan kepada semua anak bangsa, termasuk untuk anak-anak masyarakat adat. Pendirian sekolah adat bertujuan menyediakan sarana belajar budaya yang vital dan berkelanjutan, sehingga menjadi tempat mengembangkan kemampuan dan kapasitas pelaku/pengelola pemajuan kebudayaan, baik perseorangan, lembaga, maupun organisasi kemasyarakatan di bidang kebudayaan. Upaya ini merupakan wadah mengoptimalkan ruang-ruang publik menjadi ruang interaksi budaya.

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi mengatakan bahwa kehadiran perwakilan sekolah adat dalam upacara Hardiknas 2023 menjadi harapan tampilnya kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

“Pembelajaran yang dijalankan di sekolah adat sebagai salah satu pendidikan alternatif bagi masyarakat adat pada kenyataannya sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang sudah luncurkan Kemendikbudristek sejak 3 tahun yang lalu,” ujarnya.

Sjamsul menuturkan, berdasarkan data yang telah dihimpun Kemendikbudristek pada tahun 2023, jumlah sekolah adat yang telah dibina mencapai 118 sekolah adat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

“Dukungan yang sudah kami berikan bagi sekolah adat antara lain penyusunan kurikulum kontekstual bagi sekolah adat, bekerja sama dengan Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek,” kata dia.

Kehadiran sekolah adat juga direspons dengan baik oleh anak-anak masyarakat adat. Ditemui usai upacara peringatan Hardiknas 2023 di Kantor Kemendikbudristek, Herman, anak sekolah adat Sokola Sumba, menceritakan kesenangannya bisa bersekolah di sekolah adat.

Di Sokola Sumba, ia mendapatkan pelajaran menganyam dan menenun. Herman baru bergabung di Sokola Sumba sejak 2019. Sebelumnya, ia sempat mengenyam pendidikan formal hingga kelas 2 SMP. Ia mengaku jarang masuk sekolah karena kehidupan sehari-harinya tidak fokus hanya pada sekolah, melainkan membantu pekerjaan orang tua. “Kami ini juga kerja di sawah, di kebun,” tutur anak lelaki berusia 17 tahun itu. 

 Sokola Sumba terletak di Kampung Adat Sodan, Desa Laboya Dete, Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, NTT. Di sekolah adat ini, kata Herman, anak-anak belajar menganyam dengan membawa daun pandan sendiri atau bisa memperoleh bahannya dari guru. “Saya senang bersekolah di sekolah adat. Kami ingin belajar supaya pintar, jadi kami ikut belajar sama pak guru,” ujar Herman yang bercita-cita menjadi petani itu.

Sementara itu, anak Sekolah Adat Pesinauan Osing, Banyuwangi, Jawa Timur, Shoula Nisa Lailatus Syiam menjalani dua jenis pendidikan sekaligus, yakni pendidikan formal di SMK dan sekolah adat. Nisa kini menjadi siswi kelas X di SMKN 1 Banyuwangi.

Alasan Nisa masuk Sekolah Adat Pesinauan Osing karena ingin mengetahui lebih dalam tentang adat yang ada di desa Kemiren, sebuah desa adat di Banyuwangi. “Sangat menyenangkan. Sama guru diajarin membuat keterampilan baru. Misalnya seperti yang dikasih ke Pak Menteri tadi. Itu kerajinan tas dari daun kelapa, khas desa Kemiren, namanya Wayut. Nama Wayut bisa dijabarkan dengan kata warisan buyut,” tuturnya.

Menariknya, Nisa ternyata juga menjadi guru di Sekolah Adat Pesinauan Osing. Nisa mengajarkan tari tradisional kepada anak-anak sekolah adat itu. Hal ini selaras dengan jurusannya di SMK, yakni Seni Tari.

Pada Senin hingga Jumat, Nisa biasanya bersekolah di SMKN 1 Banyuwangi, lalu pergi ke sekolah adat pada hari Ahad atau hari libur lain. “Kalau di sekolah adat, saya sebagai mentor tari. Saya ajarkan anak-anak mulai dari olah tubuh, lalu olah rasa,” ujarnya.

Terkait pembelajaran yang menyenangkan, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menuturkan bahwa proses belajar yang menyenangkan dan memerdekakan akan melahirkan pembelajar sepanjang hayat dengan Profil Pelajar Pancasila, yang berujung pada lahirnya generasi baru SDM unggul yang siap membangun Indonesia. “Berkat gotong royong yang semakin erat, gerakan Merdeka Belajar membawa kita semakin dekat dengan cita-cita Ki Hadjar Dewantara,” kata dia. (*)

 

 

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus