PUSAT persaingan antara negara-negara super dewasa ini berputar
di'sekitar Tanduk Afrika. Bahkan di kawasan itulah kita
menyaksikan kompetisi dan persekutuan paling aneh di dunia ini
sejak berakhirnya Perang Dunia II di pertengahan tahun-tahun
40an.
Salah satu dari keanehan utama Perang Ogaden -- demikianlah
akhirakhir ini perang tersebut mcndapat namanya -- adalah baku
hantamnya dua negara Afrika, Somalia dan Ethiopia, sedangkan
kedua-duanya menyatakan diri sebagai penganut Marxisme. Ini sama
keadaannya dengan Uni Soviet yang bertengkar dengan Cina.
Yang lebih mencengangkan adalah kekuatan-kekuatan yang berdiri
di belakang permusuhan itu. Di punggung Ehtiopia berdirilah Uni
Soviet, Libia, Kuba, Yaman Selatan dan Jerman Timur. Dan juga
Israel. Sedangkan di belakang Somalia adalah para 'pengipas"
yang terdiri dari Mesir, Arab Saudi Jerman Barat dan Iran.
Akhir-akhir ini pendukung Somalia bertambah dengan tampilnya
negara super Amerika Serikat. Ini diakibatkan oleh persetujuan
Carter buat menjual senjata kcpada Mesir untuk melindungi Sadat
dari kemungkinan diserang bersama oleh Gaddafi dan Mengistu.
Hanya kesamaan kepentinganlah yang menempatkan Brezhnev-Castro
dan Begin berada dalam suatu front. Uni Soviet berputar haluan
secara kilat dari menyokong Somalia dan menyeberang ke Ethiopia.
Demikian cepatnya pergantian langkah ini sehingga Jenderal
Grigory Grigoryevich Barisov yang tadinya mengepalai missi
militer Uni Soviet di Mogadishu secara tergesa-gesa mengepak
kopornya dan berangkat ke Addis Ababa. Sekarang ia mendapatkan
dirinya di antara para "penasehat militer" Uni Soviet dan Kuba
dan memberi petunjuk orang Ethiopia dalam melawan orang-orang
yang beberapa bulan yang lewat pernah mendapat nasihatnya.
Sudah Tak Memihak
Salah satu negeri yang secara langsung berkepentingan dalam
konflik Tanduk Afrika adalah Sudan. Tapi sampai saat ini negara
itu belum bisa menentukan sikapnya dengan tegas. Mula-mula
Ghafar Numeiry berada dalam kubu Somalia/Mesir. Tetapi setelah
ia berbaikan dengan Sadiq el Mahdi yang dijagoi oleh Gaddafi dan
punya tradisi bermusuhan dengan Mesir, akhirnya Numeiry memilih
sikap tak memihak.
Yaman Selatan merupakan contoh lain dari pihak yang ragu.
Mulanya ia menyatakan diri sebagai negara Marxis yang tak ingin
melibatkan diri dalam konflik. Di bawah pengaruh uang Arab
Saudi, Kuwait, serta pendekatan dengan Mesir ia berubah haluan
dan berpihak kepada Somalia. Sekarang ia kembali jadi Marxis dan
wilayahnya merupakan jalan angkutan senjata dan amunisi Uni
Soviet yang mau dikirim ke Ethiopia. Dahulu Yaman Selatan
merupakan pangkalan persinggahan pesawat-pesawat pengangkut Uni
Soviet yang membawa senjata untuk Somalia. Sekarang nampaknya
kedudukan Yaman Selatan telah digantikan oleh Libia yang lebih
punya uang, lebih besar dan lebih komplit fasilitasnya. Masih
dalam pertanyaan apakah negeri kecil ini akan berputar haluan
lain.
Israel lain lagi. Dayan menempuh risiko untuk memberi bantuan
senjata kepada satu-satunya negara Laut Merah yang bukan Arab.
Padahal, sekali Ethiopia jatuh secara menyeluruh ke haribaan
Moskow, tertutuplah jalan bagi Israel untuk menuju Samudera
Hindia. Tidakkah ini karena Washington meminjam tangan Tel Aviv,
karena hubungannya dengan Addis Ababa akhir-akhir ini bertambah
dingin?
Mereka Juga Cemas
Dibandingkan dengan persekutuan rapuh di antara para penyokong
Ethiopia, motifasi di kalangan para penyokong Somalia nampaknya
lebih kuat dan lebih homogen. Namun itu tidak seluruhnya begitu.
Pada dasarnya mereka sangat cemas dengan perkembangan keadaan di
Tanduk Afrika. Tapi baik Arab Saudi maupun Iran yang secara
langsung berkepentingan tidak bisa berbuat banyak. Sedangkan
Amerika masih agak ragu karena selalu dibayang-bayangi mimpi
buruk Vietnam. Ini menyebabkan Carter melangkah dengan
hati-hati.
Lain sekali dcngan Uni Soviet yang lebih pasti dalam menentukan
kebijaksanaannya. Tambahan lagi Moskow punya Kuba yang bisa
menggantikannya campur tangan secara langsung. Sedangkan Jerman
Barat dan negara-negara NATO lain melakukan kegiatan pro Somalia
berdasar isyarat dari Washington.
Akibat dari ini semua, Mesirlah yang harus lebih aktif dalam
menjagoi Somalia. Sekarang Kairo merupakan pusat semua kegiatan
mendukung Somalia--baik militer, politik maupun ekonomi. Dalam
waktu setahun belakangan ini lebih dari 50 orang ahli Afrika
dari Amerika telah berkumpul dan bermarkas di Kairo. Di kota ini
pulalah suatu koordinasi jaringan intelijen antara Amerika
dengan sekutu-sekutu lainnya dibentuk.
Pcranan Mesir sebagai stasiun pembekal senjata buat Somalia ini
jelas sekali dengan terjadinya insiden Mesir-Kenya baru-baru
ini. Sehllah kapal pengangkut senjata dari Mesir ditahan di
Kenya dan Kairo langsung membalas dengan mensita dua kapal
terbang Kenya.
Saling Pengertian
Kejadian itu segera diselesaikan dengan perantaraan perwakilan
Amerika di Nairobi. Tapi sekali lagi ini menunjukkan percikan
peperangan yang merambat ke negara-negara Afrika lain. Kenya
sebenarnya punya kecurigaan mendalam akan gerak-gerik Uni Soviet
di benua hitam itu. Jadi cukup masuk akal apabila ia berada di
pihak Somalia. Tetapi Somalia punya klaim atas sejumput wilayah
Kenya. Ini menyebabkan pemerintah Yomo Kenyatta tak mengambil
sikap netral saja.
Ketika tawar-menawar mengenai penglepasan pesawat-pesawat
tersebut sedang berlangsung, Kenya menuntut pernyataan tertulis
Somalia untuk melepaskan klaim itu. Sebelumnya Arab Saudi pun
pernah mendesak Presiden Siad Barre dari Somalia agar sudi
meninggalkan cita-citanya untuk mendirikan "Somalia Raya".
Sekarang, katanya, sudah mulai terpupuk saling pengertian antara
Siad Barrc dengan Yomo Kenytia.
Perang di Tanduk Afrika telah membelah dunia Arab tepat di
tengah. Di wilayah inilah persaingan baru dan lama antar bangsa
Arab, persengketaan wilayah dan rivalitas perseorangan
diwujudkan dengan kekerasan. Di sanalah tempat ditakutkannya
pertentangan antar Arab akan memuncak dan beralih jadi
pertikaian senjata. Dan kelihatannya memang sedang menjurus ke
arah itu. Barangkali di sanalah Begin dapat mengalihkan
perhatian dunia Arab dari usaha-usahanya untuk memperluas
wilayah Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini