Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Peperangan antara Somalia dengan Etiopia melibat banyak negara. Keduanya menyatakan diri penganut marxisme. persengketaan wilayah & rivalitas perseorangan diwujudkan dengan kekerasan. (ln)

18 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PUSAT persaingan antara negara-negara super dewasa ini berputar di'sekitar Tanduk Afrika. Bahkan di kawasan itulah kita menyaksikan kompetisi dan persekutuan paling aneh di dunia ini sejak berakhirnya Perang Dunia II di pertengahan tahun-tahun 40an. Salah satu dari keanehan utama Perang Ogaden -- demikianlah akhirakhir ini perang tersebut mcndapat namanya -- adalah baku hantamnya dua negara Afrika, Somalia dan Ethiopia, sedangkan kedua-duanya menyatakan diri sebagai penganut Marxisme. Ini sama keadaannya dengan Uni Soviet yang bertengkar dengan Cina. Yang lebih mencengangkan adalah kekuatan-kekuatan yang berdiri di belakang permusuhan itu. Di punggung Ehtiopia berdirilah Uni Soviet, Libia, Kuba, Yaman Selatan dan Jerman Timur. Dan juga Israel. Sedangkan di belakang Somalia adalah para 'pengipas" yang terdiri dari Mesir, Arab Saudi Jerman Barat dan Iran. Akhir-akhir ini pendukung Somalia bertambah dengan tampilnya negara super Amerika Serikat. Ini diakibatkan oleh persetujuan Carter buat menjual senjata kcpada Mesir untuk melindungi Sadat dari kemungkinan diserang bersama oleh Gaddafi dan Mengistu. Hanya kesamaan kepentinganlah yang menempatkan Brezhnev-Castro dan Begin berada dalam suatu front. Uni Soviet berputar haluan secara kilat dari menyokong Somalia dan menyeberang ke Ethiopia. Demikian cepatnya pergantian langkah ini sehingga Jenderal Grigory Grigoryevich Barisov yang tadinya mengepalai missi militer Uni Soviet di Mogadishu secara tergesa-gesa mengepak kopornya dan berangkat ke Addis Ababa. Sekarang ia mendapatkan dirinya di antara para "penasehat militer" Uni Soviet dan Kuba dan memberi petunjuk orang Ethiopia dalam melawan orang-orang yang beberapa bulan yang lewat pernah mendapat nasihatnya. Sudah Tak Memihak Salah satu negeri yang secara langsung berkepentingan dalam konflik Tanduk Afrika adalah Sudan. Tapi sampai saat ini negara itu belum bisa menentukan sikapnya dengan tegas. Mula-mula Ghafar Numeiry berada dalam kubu Somalia/Mesir. Tetapi setelah ia berbaikan dengan Sadiq el Mahdi yang dijagoi oleh Gaddafi dan punya tradisi bermusuhan dengan Mesir, akhirnya Numeiry memilih sikap tak memihak. Yaman Selatan merupakan contoh lain dari pihak yang ragu. Mulanya ia menyatakan diri sebagai negara Marxis yang tak ingin melibatkan diri dalam konflik. Di bawah pengaruh uang Arab Saudi, Kuwait, serta pendekatan dengan Mesir ia berubah haluan dan berpihak kepada Somalia. Sekarang ia kembali jadi Marxis dan wilayahnya merupakan jalan angkutan senjata dan amunisi Uni Soviet yang mau dikirim ke Ethiopia. Dahulu Yaman Selatan merupakan pangkalan persinggahan pesawat-pesawat pengangkut Uni Soviet yang membawa senjata untuk Somalia. Sekarang nampaknya kedudukan Yaman Selatan telah digantikan oleh Libia yang lebih punya uang, lebih besar dan lebih komplit fasilitasnya. Masih dalam pertanyaan apakah negeri kecil ini akan berputar haluan lain. Israel lain lagi. Dayan menempuh risiko untuk memberi bantuan senjata kepada satu-satunya negara Laut Merah yang bukan Arab. Padahal, sekali Ethiopia jatuh secara menyeluruh ke haribaan Moskow, tertutuplah jalan bagi Israel untuk menuju Samudera Hindia. Tidakkah ini karena Washington meminjam tangan Tel Aviv, karena hubungannya dengan Addis Ababa akhir-akhir ini bertambah dingin? Mereka Juga Cemas Dibandingkan dengan persekutuan rapuh di antara para penyokong Ethiopia, motifasi di kalangan para penyokong Somalia nampaknya lebih kuat dan lebih homogen. Namun itu tidak seluruhnya begitu. Pada dasarnya mereka sangat cemas dengan perkembangan keadaan di Tanduk Afrika. Tapi baik Arab Saudi maupun Iran yang secara langsung berkepentingan tidak bisa berbuat banyak. Sedangkan Amerika masih agak ragu karena selalu dibayang-bayangi mimpi buruk Vietnam. Ini menyebabkan Carter melangkah dengan hati-hati. Lain sekali dcngan Uni Soviet yang lebih pasti dalam menentukan kebijaksanaannya. Tambahan lagi Moskow punya Kuba yang bisa menggantikannya campur tangan secara langsung. Sedangkan Jerman Barat dan negara-negara NATO lain melakukan kegiatan pro Somalia berdasar isyarat dari Washington. Akibat dari ini semua, Mesirlah yang harus lebih aktif dalam menjagoi Somalia. Sekarang Kairo merupakan pusat semua kegiatan mendukung Somalia--baik militer, politik maupun ekonomi. Dalam waktu setahun belakangan ini lebih dari 50 orang ahli Afrika dari Amerika telah berkumpul dan bermarkas di Kairo. Di kota ini pulalah suatu koordinasi jaringan intelijen antara Amerika dengan sekutu-sekutu lainnya dibentuk. Pcranan Mesir sebagai stasiun pembekal senjata buat Somalia ini jelas sekali dengan terjadinya insiden Mesir-Kenya baru-baru ini. Sehllah kapal pengangkut senjata dari Mesir ditahan di Kenya dan Kairo langsung membalas dengan mensita dua kapal terbang Kenya. Saling Pengertian Kejadian itu segera diselesaikan dengan perantaraan perwakilan Amerika di Nairobi. Tapi sekali lagi ini menunjukkan percikan peperangan yang merambat ke negara-negara Afrika lain. Kenya sebenarnya punya kecurigaan mendalam akan gerak-gerik Uni Soviet di benua hitam itu. Jadi cukup masuk akal apabila ia berada di pihak Somalia. Tetapi Somalia punya klaim atas sejumput wilayah Kenya. Ini menyebabkan pemerintah Yomo Kenyatta tak mengambil sikap netral saja. Ketika tawar-menawar mengenai penglepasan pesawat-pesawat tersebut sedang berlangsung, Kenya menuntut pernyataan tertulis Somalia untuk melepaskan klaim itu. Sebelumnya Arab Saudi pun pernah mendesak Presiden Siad Barre dari Somalia agar sudi meninggalkan cita-citanya untuk mendirikan "Somalia Raya". Sekarang, katanya, sudah mulai terpupuk saling pengertian antara Siad Barrc dengan Yomo Kenytia. Perang di Tanduk Afrika telah membelah dunia Arab tepat di tengah. Di wilayah inilah persaingan baru dan lama antar bangsa Arab, persengketaan wilayah dan rivalitas perseorangan diwujudkan dengan kekerasan. Di sanalah tempat ditakutkannya pertentangan antar Arab akan memuncak dan beralih jadi pertikaian senjata. Dan kelihatannya memang sedang menjurus ke arah itu. Barangkali di sanalah Begin dapat mengalihkan perhatian dunia Arab dari usaha-usahanya untuk memperluas wilayah Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus