SUASANA di semenanjung Korea pekan lalu tiba-tiba menarik
perhatian. Tentara Korea Selatan dan Amerika Serikat hilir mudik
dengan senjata di tangan. Sementara tank dan helikopter
menderu- deru melindungi gerakan mereka.
Di laut, kapal induk USS Duluth milik Amerika Serikat tak kalah
sibuk melakukan operasi penapuan ranjau.
Menyerbukah tentara Korea Utara ke negeri Selatan?
Bukan. Suasana peran itu cuma merupakan latihan militer
gabungan antara pasukan Korea Selatan dan Amerika Serikat
dalam rangka menguji kesiapan tempur prajurit kedua negeri.
Latihan ini diikuti oleh 200 wartawan. Salim Said dari TEMPO
adalah salah seorang dari mereka. Berikut ini laporannya
yang langsung dikirim dari Pohang, Korea Selatan:
Dari penampilan perlengkapan perang mutakhir dalam latihan
yang diberi nama Team Spirit 1978 itu yang menarik adalah
kehadiran USS Duluth. Kapal yang tergabung dalam Armada VH
Amerika Serikat ini panjangnya cuma 190 meter. Awaknya 490
orang. Tapi sanggup memuat 900 tentara dengan peralatan lengkap
berikut 15 tank ampibi. "Amerika Serikat cuma punya enam kapal
jenis ini, kata Letnan Komander Ward, perwira senior di kapal
itu. "USS Duluth adalah yang terbaru."
Ward menambahkan bahwa selain pada bagian atas USS Duluth
tersedia lapangan untuk pendaratan helikopter bagian bawahnya
bisa dipergunakan buat docking.
Kemampuan operasi USS Duluth tak perlu diragukan. Ia
diperlengkapi dengan berbagai jenis helikopter. Antara lain
jenis RH 53 D. "Heli terbesar yang ada di dunia bebas," kata
seorang perwira USS Duluth. Menurut dia, helikopter yang punya
daya angkut 37 orang ini dirancang sedemikian rupa untuk
menolong kecelakaan di laut.
Selain jenis RH 53 D, kapal USS Duluth mempunyai skwadron
helikopter penyapu ranjau yang diberi nama HM 12. Para
perwiranya terdiri dari pasukan yang telah berpengalaman dalam
operasi penyapuan ranjau di Haiphong, Vietnam dan di Terusan
Suez, Mesir. Untuk tugas tersebut, skwadron helikopter
dibimbing dengan komputer dari ruang operasi.
Ada Juga Nasi
Kehidupan di kapal itu sendiri pun tak kalah menarik. Setiap
golongan pangkat mempunyai kamar makan dan tukang masak yang
berlainan. Di ruang makan tamtama, para prajurit antri bagaikan
di kafetaria. Makanan tersedia dalam jumlah tak terbatas.
Minumnya susu atau minuman kaleng lainnya. Dan es krim untuk
habis makan.
Di sini juga disediakan nasi. Karena ada 60 awak kapal yang
berasal dari Pilipina beberapa orang di antaranya ada yang belum
mendapat surat kewarga-negaraan Amerika Serikat. "Selain itu ada
juga keturunan Cina, Jepang, Muangthai, Korea, Hawaii, Amerika
Latin, dan Negro," cerita Sersan Wilson, seorang keturunan
Pilipina yang mengaku bergaji seribu dolar AS.
Mereka semua di sana hadir untuk melawan cemas, bagaimana
keadaan di Korea Selatan sepeninggal AS dalam menghadapi
ancaman dari Utara nanti? Dari Gedung Putih telah diambil
keputusan untuk meninggalkan sejumlah peralatan militer Amerika
Serikat di sana. Menurut catatan, peralatan itu bernilai
sekitar 800 juta dolar AS 1 dolar AS nilai tukarnya 420
rupiah. Di samping akan disediakan pula sejumlah dana untuk
melatih personil tentara Korea Selatan.
Cukup kuatkah alasan Amerika Serikat menarik personil tentara
dari Korea Selatan dengan hanya mengandalkan pada peralatan
militer yang ditinggalkan untuk melindungi sekutunya? Di depan
komite hubungan internasional Senat, 22 Februari lalu Menteri
Pertahanan Amerika Serikat, Harold Brown menerangkan peta bumi
politik dan ekonom Korea Selatan dewasa ini sebagai salah satu
unsur pencepatan penarikan militer mereka. "Lima belas tahun
terakhir ini Korea Selatan telah mengalami perkembangan ekonomi
yang melampaui kemajuan Korea Utara. Di samping Korea Selatan
dan Asia sendiri sudah berubah," kata Brown.
Dua hari kemudian Morton Abramowitz, pembantu utama Brown,
memperjelas keterangan di muka sub komite persenjataan senat. Ia
menyebut adanya keinginan RRC pada stabilitas regional dan
perbaikan hubungan mereka dengan Amerika Serikat. Sehingga,
"tidak perlu lagi Amerika Serikat terus berperan seperti ketika
ada ketegangan antara RRC dan kita mengenai Korea Selatan," kata
Ahramowitz.
Skandal
Di Korea Selatan, keinginan Amerika Serikat untuk menarik diri
itu tak kurang menimbulkan dag-dig-dug. Pemerintah Korea Selatan
tak kurang sibuk melakukan lobby dengan Kongres Amerika Serikat.
Salah satu ekses dari lobby itu adalah terjadinya skandal Park
Tong Sun, seorang pedagang besar Korea Selatan yang dituduh
terlibat dalam penyogokan anggota Kongres Ameriha Serikat.
Bahkan Dubes Korea Selatan diWashington dirembet-rembetkan pula
dalam kasus ini.
Ketegangan antara Seoul dan Washington tak terelakkan. Untunglah
ketegangan itu dapat diatasi dengan munculnya Park Tong Sun di
depan komisi penyelidikan kongres dan kunjungan Menlu Korea
Selatan, Park Tong Jin ke Gedung Putih, pekan lampau.
Jepang yang berada hanya puluhan mil dari semenanjung Korea juga
beraada dalam posisi yang sulit oleh rencana penarikan mundur AS
tersebut. Sebuah sumber di Seoul menyebutkan bahwa barisan bela
diri Jepang kini telah menempatkan sejumlah pesawat tempurnya di
pulau terutara Jepang "untuk menghadapi segala kemungkinan yang
tidak terduga." Bahkan pada tanggal 8 Maret yang lalu, Perdana
Menteri Fukuda telah berbicara mengenai mungkinnya Jepang
mempersenjatai dirinya dengan senjata nuklir.
Keadaan baru seperti ini rupanya kemudian menjadi bahan
pemikiran juga bagi Washington. Keinginan Carter untuk
"mengurangi kemungkinan keterlibatan militer Amerika di daratan
Asia" kini menjadi bahan pembicaraan. Tapi keputusan Washington
untuk tetap mempertahankan pasukan udaranya di Korea Selatan,
serta kesibukan melakukan operasi bersama--yang juga meliputi
kekuatan darat--jelas bahwa Amerika akhirnya mengubah rencana
semula untuk sama sekali keluar dari Asia.
Mungkin karena perubahan itulah maka Korea Selatan dengan ikhlas
bersiap-siap melepas pasukan darat Amerika--lebih dari 30 ribu
orang--yang telah hampir 30 tahun menjaga negeri ini.
Pasukan-pasukan yang didatangkan untuk mengikuti latihan "Team
Spirit 1978" di mana-mana mendapat sambutan hangat dari
penduduk. Bungabunga dipersembahkan oleh para gadis di berbagai
kota, dan senyum bersembulan dari balik udar Korea yang kini
berkisar di sekitar O derajat Celcius.
Tapi di balik senyum itu, orang Korea Selatan tidak tinggal
diam. Sementara menanti penyerahan dari peralatan militer
peninggalan pasukan darat Amerika, kini mereka telah memulai
membuat sendiri sejumlah senjata bagi keperluan sendiri. Dengan
industri baja di kota Pohang (di bagian selatan semenanjung)
sejak tahun 1976 Korea Selatan telah membuat sendiri senapan M16
serta meriam ukuran 105 mm dan 155 mm. Sebuah sumber menyebutkan
bahwa Seoul kini sedang melakukan pembicaraan dengan Hughes
Aircraft untuk memproduksi helikopter M-5OO. Dan dengan sebuah
perusahaan multinasional sedang dibicarakan rencana pembuatan
tank.
Lantas, apakah hubungan latihan gabungan Team Spirit 1978 ini
dengan penarikan militer darat AS? Agaknya cuma untuk
membuktikan pada 'lawan' bahwa AS bisa setiap saat hadir
melindungi sekutunya. Sekalipun tidak mangkal di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini