Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font color=#FF9900>Sebuah Masjid </font>di Titik Nol

Rencana pembangunan gedung Pusat Kegiatan Islam di New York oleh Dewan Kota membuat sikap Partai Demokrat terbelah. Warga menggugat rencana Dewan Kota.

23 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI taman Balai Kota Columbus, Ohio, mereka berbincang tentang perkembangan ekonomi Amerika, Rabu pekan lalu. Diskusi antara warga Columbus dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama itu berlangsung mengasyikkan—sampai akhirnya seorang wartawan mengajukan pertanyaan di pengujung acara. Adakah, tanya si wartawan, Presiden menyesal menyatakan dukungan atas pembangunan masjid di Manhattan, New York.

”Saya tak menyesal,” ujar Obama. ”Mereka punya hak yang sama melaksanakan kewajiban keyakinan mereka.” Pertama kali diungkapkan pada acara buka bersama para pemuka muslim di New York, inilah kedua kalinya Obama menegaskan dukungannya atas pembangunan gedung 13 lantai bergaya Cordoba—yang dikenal sebagai Rumah Cordoba atau Park 51, yang bakal jadi Pusat Kegiatan Islam—termasuk rencana pembangunan masjid yang kini kontroversial.

”Mereka punya hak seperti warga negara lain, dengan keyakinan yang lain,” kata Obama kemudian. Sebelum itu, Sekretariat Gedung Putih sempat meralat pernyataan spontan Obama tersebut. ”Presiden tidak mengurus soal kebijakan tingkat lokal (New York),” kata Robert Gibbs, juru bicara Presiden. Bukan apa-apa, setelah ucapan dalam buka puasa bersama itu, Presiden langsung menjadi sasaran kecaman politikus Senat dan Kongres, terutama dari Partai Republik. Kandidat Gubernur New York, Rick A. Lazio, menyatakan Obama tak mau mendengarkan warga New York. ”Dengan lebih dari seratus masjid di New York, ini bukan soal keyakinan, melainkan soal keamanan.”

Bukan hanya itu, surat pembaca di situs koran-koran ternama Amerika, seperti Washington Post, sampai-sampai menanggapi, ”Kalau Islam mau membangun masjid di ground zero, berarti sinagoge (tempat ibadah Yahudi) juga boleh dibangun di Mekah.”

l l l

Sinar laser itu membentuk dua gedung yang seolah-olah menempel ke bumi. Gedung yang ditiru adalah World Trade Center, yang ditabrak pesawat dalam peristiwa 11 September 2001. Keduanya hancur saat itu juga, menelan korban jiwa hingga lebih dari 3.000 orang. Kini setiap warga New York bisa mengenang tempat itu, juga gedungnya.

Tanah luas yang berjarak dua blok ke arah utara dari tempat yang dikenal sebagai titik nol (ground zero) itu kini menjadi kontroversi lantaran Wali Kota New York Michael Bloomberg akan membangun Rumah Cordoba atau Park 51 di atasnya. Sejauh ini, Dewan Kota sudah menyetujui pembangunan itu dengan izin yang dikeluarkan bulan lalu. ”Semua agama sama, memiliki kesempatan melaksanakan kegiatan ibadahnya di Amerika,” ujar Bloomberg.

Tapi ramainya penolakan warga New York lantas membuat pembangunan senilai US$ 100 juta itu harus ditunda. Dalam berbagai survei, termasuk oleh CNN, 70 persen masyarakat New York dan sekitarnya menolak pembangunan kompleks itu. Mereka, termasuk keluarga korban tragedi 11 September, menganggap rencana itu menyakitkan hati.

Kini Bloomberg, yang berasal dari Partai Demokrat, seperti menunggu dukungan dari elite politik Demokrat. Tapi sikap partai berlambang keledai itu terpecah. Masing-masing melihat peluang politiknya. Nancy Pelosi, Ketua DPR, menilai pembangunan itu bisa dilakukan dan, ”Silakan dikaji oleh pembuat kebijakan kota.” Pelosi menilai, ini semata adalah bagaimana pendekatan yang dilakukan pemerintah kota.

Apa yang dikatakan Pelosi tentu saja tidak mudah dijalankan. Sebab, dari sinilah orang akan menyimpulkan sikap para politikus Demokrat terhadap peristiwa yang memicu perang melawan teror terhadap negeri-negeri di Asia Tengah dan Timur Tengah itu.

Maka Ketua Senat, juga dedengkot Partai Demokrat, Harry Reid, menempuh jalan berbeda. Ia menilai keputusan Bloomberg gegabah. Sambil mengutip Konstitusi Amerika yang menjamin kebebasan beragama, Reid cari aman dengan berkata, ”Memang sebaiknya dibangun di tempat lain.”

Wajar Reid begitu hati-hati. Pada November, dia akan bertarung dengan Sharon Angle, kandidat Senat dari Nevada, yang berasal dari Republik. Kursi sebagai politikus Senat sedang diamankannya. Nevada, negara bagian di pantai timur Amerika, sebetulnya belum jelas betul pro atau kontra terhadap kebijakan Bloomberg itu. Ya, ucapan para politikus saat ini akan menjadi beban atau justru modal segar dalam merebut atau mempertahankan kursi di Senat atau DPR.

Reid tak sendirian. Miliarder Jeff Greene, yang ingin masuk parlemen lewat Florida, sudah menentang pembangunan. Pernyataan politiknya adalah lawan dari sikap politikus Kendrick B. Meek, lawannya di Florida. ”Akal sehat dan penghormatan untuk mereka yang tewas sangat sensitif. Mestinya ini alasan tepat buat mendirikan gedung itu di tempat lain.”

Tapi sikap Reid dan Greene merupakan minoritas di Partai Demokrat. Sebab, lebih banyak yang mendukung pembangunan Pusat Kegiatan Islam di Rumah Cordoba itu. Politikus DPR dari New York, Jerrold Nadler, menilai pembangunan itu sesuai dengan Amendemen Pertama Konstitusi Amerika, yaitu soal kebebasan beragama. ”Saya ini wakil Lower Manhattan dan Ground Zero. Tak ada urusan pemerintah memutuskan boleh atau tidak pembangunan gereja atau masjid di dekat Titik Nol.”

Keith Ellison, wakil dari Minnesota, menilai politikus DPR tak seharusnya hanya mementingkan partai dan kemenangan. Dia tak mengira kasus ini membuat mereka jadi terpecah. ”Bila ini dilarang, artinya dunia Islam memang bertanggung jawab atas tragedi tersebut, padahal itu perbuatan Al-Qaidah,” ujar muslim pertama yang terpilih jadi anggota Kongres itu. Keduanya juga menghadapi pemilu November nanti, tapi yakin menang atas para politikus Republik.

Pertentangan para politikus di media massa menjadi santapan yang lebih menarik ketimbang rencana warga melancarkan gugatan hukum terhadap proyek pembangunan gedung itu. Rencana ini sudah digagas tiga pekan lalu, tapi belum terealisasi. Warga masih terumbang-ambing dengan ide para politikus yang pro dan kontra.

Pusat Hukum dan Keadilan Amerika di Washington, yang tak ingin ada keributan karena agama di Amerika, menantang Komisi Pelestarian Landmark New York memutuskan tak memberikan izin pembangunan tersebut. Alasannya, gedung itu adalah arsitektur asli Kota New York yang menjadi penanda kota pusat ekonomi Abang Sam. Gedung itu bergaya Italia dan dibangun pada 1857.

”Persoalan ini tak ada hubungannya dengan kebebasan beragama,” kata pengacara lembaga itu, Brett Joshpe. ”Rencana itu tak tepat karena gedung mudah terbakar dan tak pantas secara arsitektur.”

Gugatan hukum itu menilai gedung sering dipakai banyak kegiatan dalam sejarahnya, seperti sebagai pabrik rakitan dan toko eceran. ”Ini simbol, ikon penghubung kapitalisme Amerika dengan pencarian untuk melestarikan kebebasan kita.” Inilah upaya hukum terakhir yang bisa dilakukan warga untuk menentang proyek Rumah Cordoba.

Berdasarkan Undang-Undang Daerah Kota New York, sekelompok warga memang bisa menggugat lembaga negara—bila ada bukti ketidakberesan yang menentang aturan dan tidak pasti.

Meski demikian, pendukung pembangunan ini juga tak kalah banyak, malah high-profile dengan banyak elemen penting di dalamnya. Termasuk perwakilan berbagai keyakinan di New York, Wali Kota, serta lembaga yang dibentuk korban dan keluarga korban tragedi 11 September, ”Keluarga 11 September untuk Perdamaian Masa Depan”.

Dukungan Obama saat buka puasa membuat hasil survei bergeser, meski kurang signifikan. Penentang pembangunan gedung Pusat Kegiatan Islam telah menurun sepuluh persen. Dan inilah faktor Obama bagi rakyat Amerika.

Yophiandi (Huffington Post, Washington Post, AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus