Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=2 color=#FF9900>AMERIKA SERIKAT</font><br />Menyengat di Hari Tragis

Seorang pendeta menyerukan pembakaran Quran pada 11 September. Reaksi keras bermunculan di Amerika dan negeri lain. Di Facebook, pengikut pendeta itu terus bertambah.

23 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPINTAS lalu, pendeta berambut-berkumis putih tebal ini seperti penginjil biasa. Suaranya tegas, sambil sesekali mengutip Injil, dengan aksen Negara Bagian Missouri yang kental. Tak banyak yang mempedulikan dirinya, sampai akhirnya ia mengumumkan gagasannya yang di mata banyak orang tak masuk akal.

”Pada 11 September 2010, pukul 06.00-09.00, kita akan membakar Al-Quran untuk mengenang korban 11 September dan untuk berdiri melawan kejahatan Islam. Islam itu dari setan!” katanya. Pendeta Terry Jones, 58 tahun, pemimpin Gereja Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, Amerika Serikat, menyerukan hal itu kepada semua gereja di dunia.

Terry Jones memang tak sedang melucu. Ide yang terilhami dari halaman Facebook berjudul ”Everybody Draw Muhammad Day” ini bergulir semakin serius. Kabarnya, ia telah meluncurkan video ”cara membakar dan mengapa kita membakar kitab itu”. Tak ayal lagi, kata-katanya yang ditampilkan di sebuah halaman Facebook akhir Juli lalu itu pun cepat menyengat orang banyak di Amerika dan belahan lain dunia.

Protes dan kemarahan tidak hanya muncul dari kalangan muslim. Umat Kristen sendiri mengecam keras tindakan Pendeta Jones. Sebuah papan bertulisan ”Islam is of the Devil” yang terpancang di depan Gereja Dove World Outreach Center dirobohkan—meski papan itu selalu tegak kembali keesokan harinya. Bahkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menganggapnya upaya memicu perang antaragama. ”Pembakaran Al-Quran bukan kebebasan berekspresi. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak-hak 1,3 miliar muslim, baik Sunni maupun Syiah,” demikian pernyataan badan PBB itu.

Pendeta Jones menampik semua tudingan yang menilai dia telah menebarkan kebencian. ”Justru kami menebarkan kebenaran. Kebenaran itu cinta dan harapan keselamatan,” katanya. Meski menuai kecaman dari berbagai pihak, upaya Pendeta Jones tersebut tak sia-sia. Seminggu setelah kata-katanya muncul di Facebook, pengikutnya bertambah ratusan orang.

Keberadaan Gereja Dove World Outreach Center pimpinan Pendeta Jones selama ini memang cukup meresahkan masyarakat Kota Gainesville. Gereja Dove World Outreach Center berdiri di sebuah ruang tamu milik Pendeta Donald O Northrup di daerah Gainesville, Florida, pada September 1986. Misi awal gereja ini adalah pelayanan bagi seluruh kalangan umat: kaya, miskin, muda, dan tua; konsep total sebuah gereja yang merupakan ekspresi dari kepenuhan Yesus Kristus; sebuah gereja yang ingin menjadi ”rumah sakit” rohani untuk memulihkan dan menyembuhkan orang-orang sakit.

Di bawah kepemimpinan Pendeta Donald O Northrup, perkembangan jemaat gereja ini cukup pesat, dari 300 menjadi 2.200 anggota. Ketika Pendeta Jones memimpin, banyak aspek gereja berubah. Ia bertekad mengubah Gereja Dove World Outreach Center dari sebuah gereja lokal menjadi gereja apostolik dengan visi dunia. Tujuannya adalah membangun kerajaan Allah dan mempersiapkan generasi berikutnya dalam menyebarkan Injil.

Apa pun, yang terang seruan Jones terus mengundang reaksi. Dr Diaa Rashwan, ahli gerakan Islam dari Pusat Studi Politik dan Strategis Al-Ahram, Mesir, menyatakan bahwa seruan pembakaran kitab umat Islam merupakan preseden yang sangat berbahaya yang telah melampaui semua logika dan kepekaan.

”Jika terjadi, ini krisis yang serius di dunia Islam. Bayangkan apa yang terjadi dengan kartun Denmark, bayangkan apa yang terjadi jika Al-Quran dibakar,” katanya. Menurut Rashwan, tidak ada hubungan antara serangan 11 September dan Al-Quran. Sebuah logika yang tak masuk akal jika kitab suci menjadi tempat pertanggungjawaban atas kejahatan kemanusiaan.

”Dalam hal ini, kita bisa menyalahkan kitab suci bagi jutaan kematian sepanjang sejarah. Misalnya, Gereja Protestan atas nama Hitler bisa bertanggung jawab atas 70 juta orang yang tewas dalam Perang Dunia II,” katanya.

Suryani Ika Sari (USA Today, Guardian.co.uk, Examiner.com, Doveworld.org, Al-Arabiya News Channel)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus