Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SELASA malam pekan lalu, sebuah keluarga Suriah menembus dinginnya udara malam Kota Jisr al-Shoughour. Bersama dua anak, masing-masing berusia lima dan empat tahun, mereka mencoba kabur ke arah perbatasan Turki-Suriah menggunakan sepeda motor. Belum sampai keluar dari Jisr al-Shoughour, sepeda motor mereka tertembak pasukan pemerintah pro-Presiden Bashar al-Assad di Jembatan Abyad.
Mereka terlempar ke arah kiri jembatan karena terkena tembakan senjata berat, ujar salah seorang sukarelawan dari kelompok oposisi Local Coordination Committees of Syria, Rabu pekan lalu. Beberapa saksi menyatakan hal yang sama, tapi menolak memberitahukan identitas keluarga malang itu demi keamanan anggota keluarga yang mereka tinggalkan.
Malam itu pecah pertempuran antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Suriah di Jisr al-Shoughour. Pasukan yang setia kepada Presiden Assad menembaki permukiman warga dengan alasan mempersempit ruang gerak pemberontak yang ingin menjatuhkan pemerintah berkuasa. Memang daerah itu dikenal sebagai salah satu kantong pemberontak.
Melihat perkembangan ini, warga pun berbondong-bondong kabur ke perbatasan Turki-Suriah barat laut. Pasukan pemerintah merusak rumah dan gedung. Mereka bahkan membunuh binatang, merusak pohon, dan membakar ladang pertanian, kata Mohammad Hesnawi, 26 tahun, warga yang mengungsi dari Jisr al-Shoughour. Sudah seminggu ini sekitar 8.000 pengungsi Suriah memenuhi Kota Samandaq, Provinsi Hatay, di perbatasan Turki.
Sebagian pengungsi Jisr al-Shoughour bergerak ke perbatasan Irak-Suriah, ke wilayah Al-Boukamal, Irak. Pengungsi di wilayah ini menghadapi ketakutan yang lebih besar setiap hari. Wilayah yang lebih dekat Jisr Al-Shoughour ini sudah dikepung pasukan pro-Bashar al-Assad.
Kesulitan yang mereka hadapi juga datang dari warga lokal tempat mereka mengungsi. Di pengungsian Samandaq, Provinsi Hatay, pengungsi Sunni tidak diizinkan bercampur baur dengan masyarakat umum. Akibatnya, banyak pengungsi Sunni berpisah dengan keluarganya saat tiba di Hatay.
Kota Samandaq sudah lama dihuni kaum Alawi. Suku ini memiliki hubungan erat dengan kelompok Syiah di Suriah. Mereka memprotes keras kedatangan pengungsi Sunni tanpa mempedulikan kondisi di Suriah. Beberapa pihak menduga suku Alawi memiliki hubungan erat dengan pemerintah Bashar al-Assad. Mereka (rezim Assad) memberikan senjata kepada Alawi dan mengarahkan mereka untuk membakar serta menjarah kelompok Sunni, ujar Nasr Abdullah, salah seorang pengungsi Sunni, yang kabur ke wilayah Hatay.
Sejak Ahad dua pekan lalu, gelombang pengungsi semakin besar. Seribu pengungsi setiap hari datang ke wilayah ini. Aktivis kemanusiaan Suriah menyatakan, sejak Maret, sudah 1.400 warga tewas dalam bentrokan antara pemberontak dan pasukan keamanan pro-Presiden Bashar al-Assad.
Banyaknya warga Suriah yang mengungsi ke Turki membuat Presiden Bashar al-Assad mengutus salah satu pejabatnya, Hassan Turkmani, melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, Rabu pekan lalu. Secepatnya mereka harus kembali. Kami akan mempersiapkan segalanya agar mereka kembali dan memulai segalanya dari awal, kata Turkmani sebelum menemui Erdogan di Ankara. Sebelumnya, Turki pernah memperingatkan negara tetangganya itu agar menghentikan tindakan represifnya. Turki bahkan menyebut aksi itu sebagai kekejaman.
Erdogan, yang memiliki hubungan dekat dengan Assad, secara tegas mengatakan, setelah pemilu di Turki rampung, dia akan berbicara dengan Assad dalam cara yang berbeda. Erdogan menyatakan rasa muaknya atas penindasan yang dilakukan Assad terhadap rakyat Suriah.
Cheta Nilawaty (AP, Independent.co.uk, Guardian.co.uk, Al-Jazeera)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo