Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI Tarlabasi Boulevard, di jantung Kota Istanbul, sehari menjelang pemungutan suara, sebuah papan kampanye raksasa berdiri. Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, rambutnya tampak memutih perak, matanya menatap para pejalan kaki, berseru, Pilihlah saya.
Poster itu juga memaparkan sejumlah janji: kota tersebut akan mendapat bandara ketiganya, juga jembatan ketiga untuk menyeberangi Bosporus. Semua dikemas dalam proyek gila-gilaan Erdogan, termasuk pembangunan megakanal yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Marmara.
Sehari kemudian, janji-janji proyek mega itu terbukti menjadi salah satu kunci kemenangannya. Partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), mengantongi hampir 50 persen suara pemilih. Partai oposisi, Partai Republik Rakyat (CHP), meraup 26 persen suara dan Partai Gerakan Nasionalis (MHP) mendapat 13 persen. Masing-masing memperoleh 326, 135, dan 54 kursi di parlemen. Ini merupakan kemenangannya yang istimewa, tiga kali berturut-turut.
Di sebuah pojok, tak jauh dari poster raksasa itu, Hasan Keke mengakui megajanji sosok yang sering disapa dengan sebutan Papa Tayyip oleh para pengusungnya itulah yang menjadi alasan dukungannya. Menurut tukang potong rambut ini, sejak Papa Tayyip memimpin negeri pada 2003, kehidupannya terus membaik.
Ia kini merasa lebih kaya dibanding sebelum Erdogan berkuasa pada 2002. Pada waktu lalu, ia tak pernah mampu naik pesawat. Kini saya mampu naik pesawat untuk pulang kampung di Kayseri, dan hanya dengan 35 lira Turki, katanya, bangga. Hidup lebih mudah. Harga-harga tak lagi terus melambung. Ia mengaku tak menaikkan ongkos potong rambut selama empat tahun terakhir.
Banyak warga Turki sepakat dengan Hasan Keke. Pemerintah Partai Keadilan dan Pembangunan melakukan kerja bagus. Sebelum partai itu berkuasa, inflasi mencapai 138 persen akibat ambruknya ekonomi. Kini angka inflasi sekitar 7 persen. Turki juga menjadi negara keenam terkuat ekonominya di antara semua negara Eropa. Pertumbuhan ekonomi negeri ini hampir 9 persen.
Rakyat tak lagi kekurangan listrik. Reformasi pelayanan kesehatan membuat harga obat menjadi lebih murah dan akses ke rumah sakit lebih gampang. Buku sekolah juga dibagikan gratis.
Reformasi hukum yang dilakukan pun menyenangkan rakyat. Sebelum 2004, seorang pemerkosa bisa mendapat pengurangan hukuman, misalnya jika dia setuju menikahi si korban. Selain itu, Erdogan menjaga stabilitas politik dengan mengukuhkan pemerintahan sipil dan menempatkan militer pada posisi sebenarnya. Bukan sebagai penguasa.
Kemenangan Partai Keadilan itu juga ditopang oleh isu-isu belakangan yang menimpa oposisi, seperti terkuaknya skandal seks beberapa politikus oposisi, Partai Gerakan Nasionalis. Sekitar 10 petinggi senior partai tersebut mundur sebagai dampaknya. Juga oposisi yang tak memiliki agenda jelas, lebih hanya mengkritik Partai Keadilan dan Erdogan.
Meski demikian, kemenangan Partai Keadilan tersebut sebenarnya tidak seperti yang diharapkan Erdogan dan kawan-kawan. Meski perolehan suara meningkat, perolehan kursi menurun dibanding pada pemilu 2007. Apalagi Erdogan harus menelan kekecewaan karena partainya gagal memperoleh dua pertiga kursi di parlemen untuk memuluskan keinginannya mengamendemen Konstitusi 1982.
Erdogan ingin mengimplementasikan sistem presidensial, kata seorang profesor jurusan hubungan internasional Universitas Bilgi kepada The Guardian. Ini pertama kalinya perdana menteri memilih semua kandidat Partai Keadilan dan Pembangunan, untuk memastikan kesetiaan mereka terhadap partai. Berdasarkan peraturan, pada pemilu mendatang Erdogan tak bisa lagi berlaga.
Meski begitu banyak yang mendukung, partai yang dipimpin Erdogan ini memang kian banyak mendapat kritik. Dia bisa jadi telah menjadi Ataturk (Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki sekuler) baru, kata Cengiz Aktar, profesor studi Uni Eropa pada Universitas Bahcesehir di Istanbul.
Menurut dia, pada awal pemerintahannya, Erdogan masih berada pada jalur yang benar. Tapi, pada 2004, dia berhenti mereformasi. Saya mendukung politik stabilitas negara, kata ahli penyakit kulit Bahar Forta. Tapi saya juga melihat kekuasaan yang mereka genggamnyaris seperti sistem partai tunggaljelas membuka jalan untuk menjadi rezim otokratik.
Stabilitas politik diperoleh dengan melakukan banyak pembungkaman. Hingga saat ini, sekitar 60 jurnalis berada di penjara dengan beragam alasan, di antaranya akibat kerja mereka yang dinilai terlalu kritis dan mengancam pemerintah. Ada pula yang dituduh membantu terorisme atau terlibat dalam upaya penggulingan pemerintah.
Penguasa juga masih terus menahan orang-orang yang dianggap mengancam penguasa, terutama mereka yang dianggap kemalis (pendukung Kemal Ataturk).
Februari lalu, pemerintah mengumumkan penangkapan 40 orang dari kalangan militer dengan tuduhan terlibat dalam upaya kudeta pada 2003. Setelah itu, makin banyak orang militer masuk tahanan hingga akhirnya angkanya menjadi sekitar 200 orang, lima di antaranya merupakan jenderal aktif.
Belum lagi pembungkaman terhadap orang-orang Kurdi, yang masih terus berjuang untuk kesederajatan. Warga Kurdi, yang berjumlah sekitar 14 juta, yang berarti sekitar seperlima penduduk Turki, hingga kini tidak dibolehkan menggunakan bahasa Kurdi dalam forum resmi, termasuk di sekolah. Ankara juga belum menyelesaikan konflik berdarah antara tentara Turki dan kelompok separatis Partai Pekerja Kurdi pada 1984, yang dinyatakan menewaskan sekitar 45 ribu orang.
Apalagi, dalam kampanye lalu, sikap Erdogan disuarakan dengan gamblang bahwa ia lebih nasionalistis dan mengalienasi warga Kurdi. Warga Kurdi hingga kini masih memperjuangkan otonomi lebih luas. Bahkan ada yang ingin merdeka, sehingga kerap bertentangan dengan penguasa.
Kami tak mengharapkan kanal, jembatan, atau bandara, kata warga Kurdi, Suleyman Demir. Yang kami inginkan hanya perdamaian dan diakhirinya pertumpahan darah di kawasan tenggara.
Yang pasti, pemerintah Erdogan masih menghadapi tantangan berat, sekalipun hampir separuh warga memberikan suara dukungannya. Selain masalah Kurdi dan kemalis yang harus ditangani dengan baik, pemerintah Erdogan harus meningkatkan atau setidaknya mempertahankan ekonomi negerinya. Angka pengangguran yang masih tinggi, sekitar 12 persen, harus diturunkan. Erdogan menilai megaproyek yang ia tawarkan adalah salah satu solusi untuk masalah pengangguran ini.
Selain itu, masalah keanggotaan Uni Eropa banyak dipertanyakan kejelasannya. Belakangan, pemerintah Erdogan terlihat tak begitu antusias berupaya bergabung dengan Uni Eropa. Bahkan sebagian rakyat juga mulai mempertanyakan manfaatnya mengingat banyak masalah ekonomi melanda Uni Eropa belakangan ini. Meski demikian, Erdogan berencana menyediakan satu kursi menteri urusan Uni Eropa ini.
Kebijakan zero problem with neighbors (nol masalah dengan tetangga) juga akan menjadi tantangan tersendiri. Saat ini, tetangga-tetangga Turki, meski tak berbatasan langsung, tengah dilanda tuntutan reformasi. Apalagi tetangga terdekatnya, Suriah, juga tengah bermasalah. Bahkan ribuan warga Suriah telah menyeberangi perbatasan dan mengungsi ke tanah Turki akibat tindakan keras rezim Damaskus dalam menekan kelompok penentang.
Terakhir, dan yang menjadi prioritas bagi Erdogan, adalah amendemen konstitusi. Erdogan berjanji akan melakukan kompromi dengan oposisi. Tugas kami mengundang mereka (oposisi) untuk berkompromi dan menyumbang, kata Erdogan. Tapi tantangan publik masih keras.
Purwani Diyah Prabandari (Todays Zaman, Huriyet, BBC, NYT)
Perolehan Suara Partai Keadilan & Pembangunan
Pemilu 2002:
Pemilu 2007:
Pemilu 2011:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo