Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berkerudung selendang merah hati, Sarah Shourd tampak gembira meniti tangga jet pribadi yang baru saja menerbangkan dia dari Iran. Begitu kakinya menyentuh landasan bandar udara internasional Muscat, dia langsung memeluk ibunya, Nora, yang telah menanti di tangga pesawat mewah itu bersama beberapa diplomat Amerika Serikat.
Setelah 13 bulan mendekam di penjara Evin, Teheran, Selasa pekan lalu guru bahasa Inggris asal Amerika ini bebas. ”Saya sangat senang dan terharu,” katanya kepada para wartawan yang telah menunggu. Dari Oman, dia bersama ibu dan pamannya melanjutkan perjalanan ke Arab Saudi, lalu Amerika.
Shourd, 32 tahun, bersama tunangannya, Shane Bauer, dan sahabat mereka, Josh Fatta, ditangkap tentara perbatasan Iran akhir Juli tahun lalu di Pegunungan Kurdistan. Mereka dituduh sengaja melintas ke Iran tanpa izin untuk aksi mata mata.
Sebenarnya Presiden Ahmadinejad meminta kejaksaan Iran membebaskan Shourd yang sakit di penjara pada Lebaran lalu. Tapi kejaksaan menolak. Alasannya, pemeriksaan terhadap Shourd belum selesai. Belakangan mereka setuju membebaskan Shourd asal membayar uang jaminan US$ 500 ribu.
Uang tersebut akhirnya disetor melalui Bank Mali, milik pemerintah Iran, cabang Oman. Tapi keluarga Shourd menolak mengatakan sumber uang jaminan itu. Banyak yang menduga duit itu berasal dari pemerintah Oman.
Memang, Oman ada di balik bebasnya Shourd. Itu sebabnya, dalam konferensi persnya di Muscat, Shourd menyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan masyarakat Oman serta pengacara Masoud Shafii. ”Selamanya negara Anda akan selalu terhubung dengan helaan napas kebebasan saya,” ujarnya.
Di New York, Ahad dua pekan lalu, Shourd kembali menggelar konferensi pers. Dia bercerita, sebelum ditangkap, dia dan Bauer bekerja di Damaskus, Suriah. Shourd mengajar bahasa Inggris untuk warga Irak, Suriah, dan pengungsi Palestina. Bauer adalah wartawan lepas untuk berita internasional. Fatta, teman mereka berdua, seorang guru lingkungan. Fatta mengunjungi mereka di Suriah untuk berlibur.
Mereka ditangkap saat pesiar di obyek wisata air terjun Ahmed Awa, Kurdistan. Shourd mengaku tak pernah melanggar batas wilayah Iran. Kalaupun iya, menurut dia, itu pasti tanpa sengaja, soalnya tidak ada tanda batas wilayah Iran Irak di sana.
”Saya merasa hanya bebas sepertiga bagian,” kata Shourd, memohon agar tunangan dan sahabatnya juga segera dibebaskan.
Pernyataan yang dibuat pada saat Ahmadinejad berada di New York untuk mengikuti sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa itu tak mengubah Iran. Jaksa Abbas Jafari Dowlata badi menegaskan berkas perkara Shourd dan kedua kawannya sudah hampir selesai. Tuduhannya apa lagi kalau bukan mata mata, dengan hukuman maksimal penjara 10 tahun. ”Peralatan yang mereka bawa terlalu canggih untuk pendaki biasa,” katanya beralasan.
Dowlatabadi memberikan ancang ancang, paling lama dua bulan lagi ketiganya diajukan ke pengadilan. Pengadilan atas Shourd mungkin berlangsung secara in absentia.
Sarah dan ketiga temannya bukan orang Amerika pertama yang ditangkap pemerintah Iran dengan tuduhan menjadi mata mata. Pada 2007, misalnya, mereka menangkap Haleh Esfandiari, peneliti Amerika keturunan Iran, sepulang menengok ibunya. ”Mereka pikir Amerika dan pemerintahan lain ingin menguatkan gerakan untuk mengubah rezim,” kata Esfandiari dalam sebuah wawancara dengan radio Iran.
Menyusul Esfandiari, pada 2009, warga Iran yang bekerja untuk International Research & Exchanges Board dan tinggal di Amerika, Silva Harotonian, juga ditangkap. Dia dijebloskan ke penjara Evin.
Sebelum Shourd, Mei tahun lalu, Iran melepas Roxana Saberi. Wartawan Amerika berbapak Iran ibu Jepang ini bebas setelah pengadilan gagal membuktikan keterlibatannya dalam spionase.
Yang nahas, sosiolog Amerika keturunan Iran, Kian Tajbakhsh, dituduh mata mata Amerika. Dia divonis 12 tahun penjara, Oktober lalu.
Dalam wawancara degan televisi ABC, Ahmadinejad mengatakan Shourd dibebaskan semata mata atas pertimbangan kemanusiaan. ”Itu menunjukkan bahwa Iran siap berunding dalam kesetaraan,” ujarnya.
Philipus Parera (The Guardian, The New York Times, The Muslim Observer)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo