Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penembakan massal terjadi di Lewiston, Maine, Amerika Serikat terjadi pada Rabu malam, 25 Oktober 2023. Peristiwa tersebut menyebabkan sedikitnya 22 orang tewas dan 50 hingga 60 luka-luka. Lewiston merupakan bagian dari Androscoggin County dan sekitar 56 kilometer sebelah utara kota terbesar Maine, Portland.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat Medis Central Maine di Lewiston mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pihaknya "bereaksi terhadap korban massal, peristiwa penembakan massal" dan berkoordinasi dengan rumah sakit setempat untuk menerima pasien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi Negara Bagian Maine dan sheriff daerah sebelumnya melaporkan ada penembak aktif pada Rabu malam tetapi tidak memberikan rincian.
"Ada seorang penembak aktif di Lewiston," kata polisi negara bagian Maine di platform media sosial X. "Kami meminta orang-orang untuk berlindung di tempat. Harap tetap berada di dalam rumah Anda dengan pintu terkunci. Penegakan hukum saat ini sedang menyelidiki di beberapa lokasi."
Polisi negara bagian dan lokal mengidentifikasi Robert R. Card, 40 tahun, yang dilaporkan telah dimasukkan ke fasilitas kesehatan mental selama musim panas, sebagai orang yang diduga menjadi penembak.
Polisi mengunggah di Facebook foto-foto seorang pria berjanggut dengan hoodie coklat dan celana jins di salah satu tempat kejadian perkara, memegang senjata semi-otomatis dalam posisi menembak.
Penembakan massal kerap terjadi di Maine dengan jumlah korban jiwa antara 16 dan 29 sejak 2012, menurut Kepolisian Negara Bagian Maine. Jumlah penembakan di AS yang melibatkan empat orang atau lebih telah meningkat sejak pandemi COVID-19 dimulai pada tahun 2020, dengan 647 kasus terjadi pada tahun 2022 dan 679 kasus diperkirakan terjadi pada tahun 2023, berdasarkan tren pada bulan Juli, menurut data dari Arsip Kekerasan Senjata.
Penembakan massal modern paling mematikan di AS yang pernah tercatat adalah pembantaian 58 orang oleh seorang pria bersenjata yang menembaki festival musik country Las Vegas dari sebuah hotel bertingkat tinggi pada tahun 2017.
Dilansir dari laman VOA, data menunjukkan tingginya angka pembunuhan massal pada 2019, yaitu 45 insiden. Sementara jumlah orang yang tewas dalam tragedi semacam itu mencapai rekor tertinggi pada 2017, yaitu 230 orang. Pada tahun itu juga terjadi insiden penembakan massal yang paling banyak menelan korban jiwa dalam sejarah Amerika, yaitu ketika seorang laki-laki berusia 64 tahun memuntahkan lebih dari 1.000 peluru dari kamar hotelnya di lantai 32 Mandalay Bay Hotel ke arah kerumunan penonton konser di Las Vegas Strip, menewaskan 60 orang dan melukai lebih dari 867 orang.
Amerika mencapai rekor kecepatan pembunuhan massal pada 2023.Hingga akhir April ini, duka dan kengerian akibat insiden penembakan terjadi setiap minggu. Tujuh belas pembunuhan massal dalam 111 hari ini telah merenggut 88 nyawa. Dalam setiap insiden itu, pelaku menggunakan senjata api.
Peristiwa penembakan brutal terjadi pula dalam kurun waktu yang sama seperti tahun 2023 ini hanya pernah terjadi pada tahun 2009. Terdapat tiga siswa dan tiga guru sekolah dasar di Nashville, Tennessee. Mereka ditembak mati pada 27 Maret lalu, ketika seorang pelaku melepaskan sedikitnya 152 butir peluru.
Kemudian, tujuh pekerja di Half Moon Bay, California Utara tewas ditembak pada 24 Januari. Hal tersebut terjadi akibat adanya dendam di tempat kerja. Tiga hari sebelum insiden itu, 11 orang meregang nyawa di lantai dansa saat perayaan Tahun Baru Imlek di Los Angeles, pada 21 Januari.
MUTIARA ROUDHATUL JANNAH | SUCI SEKARWATI I YUDONO YANUAR I SITA PLANASARI