Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Komandan Pesawat Tempur Kapal Induk Amerika: Serangan Houthi Seperti Perang Dunia II

Skuadron pesawat tempur armada USS Dwight D. Eisenhower telah melumpuhkan serangan drone dan rudal Houthi di Laut Merah.

14 Juli 2024 | 05.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pesawat tempur F/A-18E Super Hornet, yang tergabung dalam Skuadron Tempur 83 "Rampagers", bersiap untuk operasi penerbangan di atas kapal induk Amerika Serikat USS Dwight D. Eisenhower di Laut Merah, 19 April 2024. Armada Eisenhower dikerahkan ke wilayah ini untuk mendukung keamanan dan stabilitas maritim di kawasan Timur Tengah. US Navy Photo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Komandan skuadron pesawat tempur dalam armada kapal induk Amerika Serikat USS Dwight D. Eisenhower menggambarkan serangan milisi Houthi di Yaman seperti serangan dalam Perang Dunia II. Sembilan skuadron itu kini sudah kembali ke Pangkalan Angkatan Laut Oceana, Virginia, Amerika pada Jumat, 12 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Armada Eisenhower dikerahkan untuk mengamankan kawasan Laut Merah dan sekitarnya sejak 14 Oktober 2023, tujuh hari setelah Hamas menyerang Israel dan dibalas Israel dengan membumihanguskan Gaza. Sebagai respons atas serangan Israel, milisi Houthi di Yaman menyerang kapal-kapal dagang dan militer Amerika, Inggris, dan Israel di perairan dekat Yaman, termasuk di Laut Merah dan Teluk Aden.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Armada Eisenhower terdiri dari kapal induk kelas Nimitz USS Eisenhower; kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Laboon dan USS Gravely; didukung kapal pengangkut pesawat terbang Italia ITS Cavour; ITS Alpino, fregat kelas Carlo Bergamini; serta FS Forbin, fregat kelas Horizon.

Armada Eisenhower bertugas selama delapan bulan lebih. Selama berpatroli di kawasan itu, mereka harus menghadapi berbagai serangan Houthi, yang menembakkan rudal balistik dan rudal jelajah anti-kapal ke kapal dagang dan kapal Angkatan Laut Amerika.

Menurut Kapten Marvin Scott, komandan Carrier Air Wing-3, skuadron pesawat tempur USS Eisenhower, pesawat-pesawatnya harus bersiaga terus-menerus terhadap “amunisi satu arah” yang dikirim Houthi, seperti drone berteknologi rendah dan rudal jelajah yang ditembakkan dari pantai.

“Itu adalah sesuatu yang belum pernah kami hadapi, bagi sebuah armada kapal induk yang melakukan pertempuran begitu dekat semacam itu, sejak Perang Dunia II,” kata Scott. “Ini merupakan perkembangan yang konstan ketika mereka mulai melakukan eskalasi, ketika mereka mulai menembaki pasukan Amerika pada tanggal 31 Desember 2023. Dan kemudian ketika mereka mengerahkan kekuatan mereka untuk menyerang pada tanggal 19 Januari 2024,” katanya, seperti dikutip Usni News, media independen United States Naval Institute.

“Kami merespons dengan tepat, dengan paksa untuk menurunkan kemampuan mereka, menghancurkan metode mereka untuk berperang, yang, pada dasarnya, adalah serangan drone, rudal balistik anti-kapal, dan rudal jelajah anti-kapal satu arah,” ujar Scott. “Itulah yang kami sasar agar mereka berhenti menyasar kapal dagang dan Laut Merah.”

Pandangan serupa juga disampaikan Benjamin Orloff, komandan Skuadron Tempur 83, yang dijuluki “Rampagers” (Pengamuk), skuadron pesawat tempur F/A-18E Super Hornet. Orloff mengatakan bahwa selama tujuh dari delapan bulan bertugas bersama USS Eisenhower, skuadronnya menghadapi serangan udara dan laut Houthi dalam jarak dekat. Dengan alasan keamanan operasional, dia tidak mengatakan seberapa dekat jarak itu.

“Pertempuran itu sangat dekat, pertempuran yang belum pernah kami alami, dalam hal kapal induk, sejak Perang Dunia II,” kata Orloff, seperti dikutip Usni News. “Hal ini membutuhkan kolaborasi yang luar biasa, inovasi yang luar biasa, kecerdikan di seluruh wilayah peperangan ditambah kelompok kerja, komandan, dan integrasi dengan staf pendukung kami di sini...”

Scott dan Orloff mengatakan bahwa pengalaman mereka melawan Houthi akan memperkuat posisi kapal induk dalam peperangan laut modern. Para pengkritik telah lama berpendapat bahwa kapal perang terapung berukuran besar seperti kapal induk adalah sasaran empuk bagi rudal anti-kapal. Pertempuran di lepas pantai Yaman menunjukkan bahwa skuadron pesawat tempur kapal induk adalah senjata yang ideal di laut. “Kelompok penyerang kapal induk adalah jawaban terhadap masalah-masalah seperti ini,” kata Scott.

Armada kapal induk USS Theodore Roosevelt kini telah tiba di Laut Merah sebagai pengganti Armada Eisenhower. Namun, Houthi tetap melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi perairan Yaman yang dianggap berhubungan dengan Israel.

Houthi mengaku telah menyerang kapal kargo Chrysalis di Laut Merah baru-baru ini. Ini serangan kedua terhadap kapal itu setelah serangan di Selat Bab al-Mandab. Serangan dilakukan dengan menggunakan drone dan rudal. Kelompok milisi Syiah itu menyatakan bahwa serangan tetap akan dilakukan kecuali agresi militer Israel di Jalur Gaza berhenti.

Bagaimana Houthi Menguasai Yaman? Baca selengkapnya: Houthi dan Jalan Buntu Yaman

 

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus