Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"siapa joe" dialah pm baru

Joe clark dari partai progresive conservatives telah menang dalam pemilu. ia akan menggantikan pierre elliot trudeau dari partai liberal sebagai pm. kanada. (ln)

2 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIBANDING dengan pemimpin lainnya di dunia Barat, Pierre Elliot Trudeau sudah terlama -- 11 tahun -- menjabat kepala pemerintahan. Masih banyak orang Kanada menyukainya, tapi lebih banyak lagi yang menginginkan perobahan. Hasil pemilihan umum Kanada pekan lalu menetapkan Joe Clark sebagai pengganti Trudeau, 59 tahun. "Joe Siapa?" Pertanyaan itu meluas di Kanada sendiri sampai belum lama ini. Orangnya masih muda, mendekati usia 4 tahun, masih dianggap magang dalam dunia politik. Trudeau sendiri pernah, ketika diberitahu siapa yang harus ditandinginya dalam pemilu, mengatakan, "Saya kira dia sudah cukup bijak semuda itu." Clark menjadi Perdana Menteri termuda di Kanada. Ayahnya seorang penerbit koran kota kecil. Joe sendiri pernah menjadi wartawan sebelum menjadi dosen di Alberta, tempat kelahirannya. Pribadi dan latarbelakangnya sangat berbeda dengan Trudeau yang flamboyan dan memikat hati dan berasal dari keluarga kaya. Sudah Bosan. Saingan Trudeau lainnya yang agak berarti dalam pemilu adalah Ed Broadbent, 43 tahun, yang memimpin New Democratic Party (NDP). Broadbent berhaluan kiri. Suratkabar Toronto Star, yang terkenal liberal, membikin kejutan dengan mendukung Broadbent hanya karena sudah bosan dengan aman Trudeau. Kampanye pemilu Kanada itu ramai dengan slogan "Boleh siapa saja, asalkan jangan Trudeau." Slogan itu mewakili hasrat mereka yang menghendaki perobahan. Tapi untuk mendukung Broadbent, seperti yang dianjurkan Toronto Star itu, demikian banyak reaksi pembacanya, "sudah keterlaluan." Sebagai alternatif terkuat, Clark dan Progressive Conservatives yang dipimpinnya memenangkan 134 kursi dari semua 282 yang diperebutkan dalam parlemen. Partai Liberal yang dipimpin Trudeau mendapat 116 kursi, sedang Broadbent dan NDP-nya memperoleh 26 kursi. Sisanya 6 kursi lagi untuk Social Credit Party (SCP). Walaupun merebut kursi terbanyak, Clark dan PC-nya masih belum mencapai mayoritas. Namun Clark sudah terjamin menjadi Perdana Menteri dengan pemerintahan minoritas. Agak goyang posisinya, tentu saja, jika pihak oposisi bergabung menentangnya dalam parlemen. Ini suatu problim bagi Clark. Diduga ia akan mendekati SCP, partai orang Kanada berbahasa Perancis yang berhaluan kanan dan ingin mempertahankan Quebec dalam kesatuan Kanada. Problimnya kedua ialah soal Quebec yang penduduknya berbahasa Perancis. Rene Levesque, yang memimpin pemerintahan propinsi itu, menginginkan Quebec menjadi negara terpisah. Clark, seperti Trudeau, menentang gerakan separatis itu. Kemenangan partai Clark terutama sekali karena suara dari banyak pendukung Liberal berbahasa Inggeris yang mencari perobahan tadi. Juga pesan Clark menarik bagi kelas menengah. Bagi Konservatif (PC), pemerintahannya akan menjadi pertama sejak 1963. Kekalahan Trudeau semula dikira karena isterinya yang suka pesiar. Ternyata tidak. Margaret, sang isteri, menulisbuku Beyond Reason yang muncul daI am suratkabar Kanada secara bersambung selama kampanye pemilu. Buku ini menjadi laris sekali. Publik ternyata malah bersimpati pada Trudeau karenanya. Selama hari-hari terakhir kampanye soal Margaret umumnya dianggap soal pribadi. Trudeau membuat soal kesatuan nasional menjadi hal pokok dalam kampanyenya. Tapi publik lebih tertarik pada soal roti dan mentega, soal ekonomi dan biaya hidup, apalagi kurs mata-uang Kanada spang merosot. Ketika Trudeau mengimbau supaya jangan diabaikan 4 juta orang Kanada yang cuma berbahasa Perancis, banyak terdengar sorakan: "Suruh mereka belajar bahasa Inggeris." Hal kesatuan nasional itu dari Trudeau menjadi ejekan, terutama karena tidak satu pun propinsi -- yang 10 jumIdhnya itu -- dikuasai partai Liberal. Banyak orang di bagian Englis Canada memandangnya tokoh angkuh. Namun Trudeau menerima kekalahannya dengan lapang dada. "Saya kira saya akan menjadi pemimpin oposisi yang sangat baik," katanya. Ketika menerima berita kekalahan suaminya, Margaret mengatakan ia akan segera kembali mendampingi Pierre. "Ia orang paling hebat yang pernah saya kenal," kata sang isteri dari disko Studio 54 di New York, tempat dia menari dan bersuka-ria. Tahun 1968, waktu Trudeau mulai memegang pemerintahan, publik menjulukinya lucky Perre, orang yang beruntung. Kini ia disebut poor Pierre, orang yan malang. Entahlah jika Margaret kemali ia akan lucky. Pernah dalam kampanye dua kali pemilu sebelumnya sang iteri aktif menambah kekuatan bagi Trudeau. Terakhir ini, Margaret absen. Sang isteri tadinya jengkel karena Pierre terllu sibuk. Sebagai pemimpin oposisi, Pierre belum pasti akan bersantai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus