DIBANDING dengan pemimpin lainnya di dunia Barat, Pierre Elliot
Trudeau sudah terlama -- 11 tahun -- menjabat kepala
pemerintahan. Masih banyak orang Kanada menyukainya, tapi lebih
banyak lagi yang menginginkan perobahan. Hasil pemilihan umum
Kanada pekan lalu menetapkan Joe Clark sebagai pengganti
Trudeau, 59 tahun.
"Joe Siapa?" Pertanyaan itu meluas di Kanada sendiri sampai
belum lama ini. Orangnya masih muda, mendekati usia 4 tahun,
masih dianggap magang dalam dunia politik. Trudeau sendiri
pernah, ketika diberitahu siapa yang harus ditandinginya dalam
pemilu, mengatakan, "Saya kira dia sudah cukup bijak semuda
itu."
Clark menjadi Perdana Menteri termuda di Kanada. Ayahnya seorang
penerbit koran kota kecil. Joe sendiri pernah menjadi wartawan
sebelum menjadi dosen di Alberta, tempat kelahirannya. Pribadi
dan latarbelakangnya sangat berbeda dengan Trudeau yang
flamboyan dan memikat hati dan berasal dari keluarga kaya.
Sudah Bosan.
Saingan Trudeau lainnya yang agak berarti dalam pemilu adalah Ed
Broadbent, 43 tahun, yang memimpin New Democratic Party (NDP).
Broadbent berhaluan kiri. Suratkabar Toronto Star, yang terkenal
liberal, membikin kejutan dengan mendukung Broadbent hanya
karena sudah bosan dengan aman Trudeau.
Kampanye pemilu Kanada itu ramai dengan slogan "Boleh siapa
saja, asalkan jangan Trudeau." Slogan itu mewakili hasrat mereka
yang menghendaki perobahan. Tapi untuk mendukung Broadbent,
seperti yang dianjurkan Toronto Star itu, demikian banyak reaksi
pembacanya, "sudah keterlaluan."
Sebagai alternatif terkuat, Clark dan Progressive Conservatives
yang dipimpinnya memenangkan 134 kursi dari semua 282 yang
diperebutkan dalam parlemen. Partai Liberal yang dipimpin
Trudeau mendapat 116 kursi, sedang Broadbent dan NDP-nya
memperoleh 26 kursi. Sisanya 6 kursi lagi untuk Social Credit
Party (SCP).
Walaupun merebut kursi terbanyak, Clark dan PC-nya masih belum
mencapai mayoritas. Namun Clark sudah terjamin menjadi Perdana
Menteri dengan pemerintahan minoritas. Agak goyang posisinya,
tentu saja, jika pihak oposisi bergabung menentangnya dalam
parlemen. Ini suatu problim bagi Clark. Diduga ia akan mendekati
SCP, partai orang Kanada berbahasa Perancis yang berhaluan kanan
dan ingin mempertahankan Quebec dalam kesatuan Kanada.
Problimnya kedua ialah soal Quebec yang penduduknya berbahasa
Perancis. Rene Levesque, yang memimpin pemerintahan propinsi
itu, menginginkan Quebec menjadi negara terpisah. Clark, seperti
Trudeau, menentang gerakan separatis itu.
Kemenangan partai Clark terutama sekali karena suara dari banyak
pendukung Liberal berbahasa Inggeris yang mencari perobahan
tadi. Juga pesan Clark menarik bagi kelas menengah. Bagi
Konservatif (PC), pemerintahannya akan menjadi pertama sejak
1963.
Kekalahan Trudeau semula dikira karena isterinya yang suka
pesiar. Ternyata tidak. Margaret, sang isteri, menulisbuku
Beyond Reason yang muncul daI am suratkabar Kanada secara
bersambung selama kampanye pemilu. Buku ini menjadi laris
sekali. Publik ternyata malah bersimpati pada Trudeau karenanya.
Selama hari-hari terakhir kampanye soal Margaret umumnya
dianggap soal pribadi.
Trudeau membuat soal kesatuan nasional menjadi hal pokok dalam
kampanyenya. Tapi publik lebih tertarik pada soal roti dan
mentega, soal ekonomi dan biaya hidup, apalagi kurs mata-uang
Kanada spang merosot. Ketika Trudeau mengimbau supaya jangan
diabaikan 4 juta orang Kanada yang cuma berbahasa Perancis,
banyak terdengar sorakan: "Suruh mereka belajar bahasa
Inggeris."
Hal kesatuan nasional itu dari Trudeau menjadi ejekan, terutama
karena tidak satu pun propinsi -- yang 10 jumIdhnya itu --
dikuasai partai Liberal. Banyak orang di bagian Englis Canada
memandangnya tokoh angkuh. Namun Trudeau menerima kekalahannya
dengan lapang dada. "Saya kira saya akan menjadi pemimpin
oposisi yang sangat baik," katanya.
Ketika menerima berita kekalahan suaminya, Margaret mengatakan
ia akan segera kembali mendampingi Pierre. "Ia orang paling
hebat yang pernah saya kenal," kata sang isteri dari disko
Studio 54 di New York, tempat dia menari dan bersuka-ria.
Tahun 1968, waktu Trudeau mulai memegang pemerintahan, publik
menjulukinya lucky Perre, orang yang beruntung. Kini ia disebut
poor Pierre, orang yan malang. Entahlah jika Margaret kemali
ia akan lucky. Pernah dalam kampanye dua kali pemilu sebelumnya
sang iteri aktif menambah kekuatan bagi Trudeau. Terakhir ini,
Margaret absen. Sang isteri tadinya jengkel karena Pierre
terllu sibuk. Sebagai pemimpin oposisi, Pierre belum pasti akan
bersantai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini