Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 16 warga Palestina tewas dan lebih dari 30 orang lainnya terluka dalam sebuah serangan udara Israel yang menghantam kerumunan pelayat di Jalur Gaza utara pada Rabu malam waktu setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan Kantor Berita Palestina WAFA seperti dikutip Antara, serangan tersebut menghantam daerah Salatin di Beit Lahia saat sebuah acara untuk mengenang para korban serangan Israel sebelumnya sedang digelar. Militer Israel tidak langsung memberikan komentar pasca-insinden itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan tersebut dilancarkan di tengah pelanggaran gencatan senjata militer Israel di Gaza, yang diklaim menyasar para pejuang Hamas.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 430 warga Palestina tewas sejak Selasa, ketika Israel kembali melancarkan serangan, yang mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama berpekan-pekan sejak 19 Januari.
Di antara para korban tewas, terdapat lebih dari 170 anak dan 80 perempuan, kata para pejabat Gaza.
Militer Israel mengatakan operasi tersebut bertujuan untuk "melenyapkan ancaman Hamas" dan akan terus berlanjut "sampai target-target strategis tercapai."
Para pejabat kesehatan Palestina memperingatkan bahwa sejumlah rumah sakit sudah kewalahan, dengan unit layanan darurat kesulitan untuk merawat para korban luka yang terus berdatangan.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu mengatakan bahwa serangan udara selama dua hari terakhir "hanyalah langkah awal." "Apa yang akan terjadi selanjutnya akan jauh lebih parah, dan Anda akan membayar harga penuh," katanya dalam sebuah video berbahasa Ibrani dengan teks bahasa Arab yang dirilis oleh kantornya.
"Kembalikan para sandera dan lenyapkan Hamas, alternatifnya adalah kehancuran dan kerusakan total," ujarnya memperingatkan.
Masih pada Rabu, kantor media yang dikelola Hamas mengatakan bahwa 2 juta penduduk di Gaza menghadapi "kerawanan pangan total" dan "bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya" akibat blokade Israel dan penutupan perlintasan perbatasan.
Mereka memperingatkan bahwa puluhan toko roti telah ditutup sehingga pasokan roti sangat terbatas, dan menuduh Israel telah merampas "kebutuhan hidup yang paling mendasar" dari Gaza.
Kantor tersebut mendesak adanya tindakan untuk segera membuka kembali perlintasan, seraya menyatakan bahwa penutupan yang terus berlanjut menimbulkan risiko "kelaparan bagi ratusan ribu orang."