Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Uni Emirat Arab pada Rabu, 1 Maret 2023, meresmikan ‘Abrahamic Family House’, sebuah kompleks antaragama yang menampung masjid, gereja, dan sinagog, pertama yang dibangun khusus di negara Teluk Arab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arsitek terkenal Ghana-Inggris David Adjaye merupakan perancang utama proyek ini. Dia menggabungkan beberapa gaya arsitektur yang secara tradisional ditemukan di masjid, gereja, dan sinagog di seluruh dunia. Strukturnya mengambil inspirasi dari tiga agama Ibrahim dan dimaksudkan untuk merangkum kesamaan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Imam Besar Al Azhar, otoritas terkemuka Islam Sunni menamai Masjid Imam Al-Tayeb untuk rumah ibadah umat Islam di kompleks itu. Bangunan itu berorientasi ke arah Mekah.
Jendelanya terbuat dari kisi-kisi halus, yang disebut mashrabiya, dan dirancang untuk memungkinkan sirkulasi udara sambil mengatur cahaya dan menjaga privasi.
“Apa yang akan Anda lihat di semua proyek adalah selalu tentang penyaringan cahaya, pemisahan cahaya. Di Masjid, cahaya mengelilingi Anda sampai Anda mencapai kesunyian dan ketabahan menghadap Mekkah,” kata Adjaye kepada CNN dikutip KSL TV.
Sementara rumah ibadah umat Kristen diberi nama gereja Yang Mulia Fransiskus didedikasikan untuk biarawan abad ke-13 St. Fransiskus dari Assisi, yang menjadi nama paus Katolik saat ini. Bangunan itu berorientasi pada matahari terbit di timur. Langit-langitnya terbuat dari kayu dan dimaksudkan untuk membangkitkan kisah alkitabiah dan Alquran tentang Bahtera Nuh.
Di gereja, “Anda mendengar suara air yang deras,” kata Adjaye. “Bagi saya, air sangat penting dalam kekristenan. Gereja adalah bahtera dunia.”
Sinagog Moses Ben Maimon – yang dibangun di kompleks tersebut, menghormati filsuf Yahudi abad ke-12 yang dikenal sebagai Rabbi Maimonides. Sarjana itu juga seorang dokter medis yang memimpin dunia Yahudi Mediterania dan pasiennya termasuk Saladin, penguasa Muslim Mesir dan Suriah.
Sinagog itu adalah tempat ibadah Yahudi pertama yang dibangun khusus di Abu Dhabi dan, seperti kebanyakan sinagog di seluruh dunia, berorientasi ke Yerusalem. Ini terinspirasi oleh festival Yahudi Sukkot, yang dirayakan dengan membangun tempat penampungan sementara.
Sebuah oculus di langit-langit ruangan memungkinkan cahaya langsung masuk ke dalam. “Cahaya tengah hari mencium rabi di tengah secara langsung,” kata Adjaye. Komunitas Yahudi di UEA sebelumnya menggunakan sinagoga darurat.
Meskipun sepenuhnya unik, setiap bangunan di kompleks itu terdiri dari kubus berukuran 30 meter (98 kaki) kali 30 meter. Adjaye mengatakan, desain pemersatu dimaksudkan untuk memberikan dasar bersama dari mana toleransi dan pemahaman dapat dipromosikan.
KSL TV