Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ada Joki Robot dalam Festival Balap Unta Suku Badui di Mesir

Robot joki yang dikendalikan oleh remote jarak jauh bersaing dengan anak-anak dalam festival balap unta di timur laut Mesir.

20 Maret 2019 | 13.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Joki yang kebanyakan adalah anak-anak, ikut serta dalam Balap Unta Internasional ke-18 di gurun Sarabium di Ismailia, Mesir, 12 Maret 2019.[REUTERS / Amr Abdallah Dalsh]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Robot joki yang dikendalikan oleh remote jarak jauh bersaing dengan anak-anak dalam festival balap unta di timur laut Mesir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyelenggara mengerahkan 20 robot joki seukuran anak-anak dengan lengan cambuk yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk bersaing dengan joki anak-anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jika Tuhan menghendaki, tidak akan ada lagi joki manusia, kecuali beberapa orang dewasa untuk tradisi," kata Eid Hamdan hassan, ketua Federasi Unta Mesir, yang menyelenggarakan festival ini di gurun Sarabium, dikutip dari Reuters, 20 Maret 2019.

Namun, tradisi joki unta yang melibatkan anak-anak ini mengundang kontroversi. Beberapa negara Teluk telah melarang joki anak yang menjadi tradisi suku Badui jazirah Arab. Pasalnya, menurut kelompok HAM, banyak anak-anak yang terluka akibat ikut tradisi ini dan bahkan diculik atau dijual oleh keluarga mereka setelah turnamen.

Pemilik di acara Mesir pekan lalu mengatakan larangan itu telah mencegah mereka menerjunkan tim di festival-festival Teluk - dan mereka berharap peralihan joki anak ke robot akan membantu mereka ikut serta.

Mohamed Mostafa, seorang peternak unta Badui, memperbaiki joki robot pada untanya sebelum festival Balap Unta Internasional ke-18 di gurun Sarabium di Ismailia, Mesir, 12 Maret 2019.[REUTERS / Amr Abdallah Dalsh]

Esam el-Din Atiyah, ketua Federasi Balap Unta Afrika, termasuk wilayah Mesir, mengakui bahwa penunggang anak-anak sering terluka.

"Organisasi hak asasi manusia telah mengatakan bahwa ini adalah eksploitasi anak," katanya.

Dia secara pribadi ingin Mesir beralih ke acara yang hanya melibatkan robot, tetapi ini terbilang mahal dan akan memakan waktu.

Joki muda adalah anak-anak setempat yang kebanyakan berusia 6 sampai 13 tahun, yang ikut serta menjaga tradisi suku Badui.

Sayed Mohamed, 11 tahun, mengatakan anak-anak lebih baik daripada robot saat mengemudi.

"Unta mungkin bersandar ke samping. Kita (anak-anak) lebih baik dalam mengendarai unta yang condong sehingga kita dapat meluruskan rute-nya. Robot itu berfungsi baik dengan unta yang tidak cenderung bersandar," katanya.

Sekitar 150 unta berkompetisi dalam delapan kategori jarak dari lima hingga 15 kilometer, dan dihadiri oleh 1.000 lebih penonton.

Suku-suku setempat menyiapkan unta-unta terbaik mereka dengan makanan khusus berupa kacang, jelai, pasta kurma, dan susu. Unta yang menang akan naik harga jualnya di pasaran.

"Ketika unta menang, Anda bisa menjualnya dengan harga yang bagus, mulai 150.000 hingga 200.000 pound Mesir (Rp 123-164 juta). Unta yang kalah dijual hanya 10.000 pound Mesir (Rp 8 juta)," kata pemilik unta Mohamed Mostafa.

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus