Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Akhir El Comandante Melawan Goliath

Presiden Fidel Castro menyerahkan kekuasaan kepada adiknya. Kesehatannya memburuk. Sisa-sisa terakhir pemimpin anti-Amerika sejati.

7 Agustus 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempik sorak bercampur de-ngan suara klakson mobil di Calle Ocho, Senin pekan lalu. El Comandante Fidel telah meng-alihkan ke-kuasaa-n ke tangan adiknya, Raul Castro. Dan kegembiraan permukim-an pen-duduk Kuba-Amerika di Miami, -Flo-rida, meledak.

Penyerahan kekuasaan itu meru-pa-kan buntut memburuknya kesehatan -Fi-del Castro yang akan merayakan ulang -tahun ke-80 pada 13 Agustus ini. Fi-del ha-rus masuk rumah sakit menja-lani operasi usus untuk menghentikan pen-darahan. Informasi yang tak lancar ten-tang kesehatan Fidel cepat mengembang-biakkan aneka gosip di tanah pelarian, Florida.

”Selama 50 tahun, kami tak punya ka-bar baik dari Kuba. Kini datang saatnya,” ujar Santiago Portal, 59 tahun.

Di Havana, pemerintah mengeluarkan pernyataan tentang Castro Ahad, 2 Agustus: kondisi sang pemimpin baik-baik saja, stabil. Pernyataan itu mem-bingungkan sejumlah orang yang membahas topik itu di sebuah kafe di Little Havana, Miami. ”Saya tahu dia 100 per-sen sudah meninggal,” ujar Rober-to Pe-res. Ayah Peres bekas komandan pasuk-an militer rezim Batista.

Kini muncul debat tentang nasib Kuba se-telah Fidel Casro tak lagi berkuasa? Kelompok pengasingan di Miami siap berga-bung dengan pem-bang-kang di Kuba untuk me-lawan bekas rezim baru ketika Castro meninggal. ”Kami sedang me-nyiapkan kapal dan pesawat untuk mengirim satu kontingen ke Kuba, bergabung dengan gerakan di dalam negeri,” ujar Ramon Saul Sanchez, pemimpin Gerakan Demokrasi di -Miami.

Situasi di seberang Selat Florida tak se-heroik di Miami. Havana tenteram, te-nang, tapi juga tercium ketidakpasti-an tentang kesehatan Castro. Apalagi Raul Casro, 75 tahun, sebagaimana bia-sa sama sekali tak muncul dalam pembe-ritaan media. Tak heran, rakyat Kuba semacam Adalaida yang sangat mencin-tai pemimpinnya Fidel Castro mulai diserang keraguan.

Dia tahu El Comandante bertambah tua. Sebagaimana rakyat Kuba, dia tak tahu apa yang akan terjadi dengan hi-dupnya dan revolusi ketika Fidel tak lagi berkuasa. ”Bila ia (Fidel) tak menampak-kan diri di televisi, saya khawatir sesua-tu terjadi padanya. Jika ia meninggal, akan sangat buruk bagi saya,” kata -Ada-laida.

Adalaida dan suaminya, Jose, adalah anggota pertanian kolektif di Pinar del Rio, memproduksi tembakau untuk cerutu Kuba yang terkenal. Meski mereka memperoleh kurang dari harga sekotak cerutu untuk konsumsi turis di hotel, pasangan ini mengaku bahagia. Terutama ketika kini mereka punya sebidang tanah untuk menanam sayur dan padi yang dapat mereka pa-kai untuk konsumsi berdua dan dijual di pasar petani lokal.

Fidel Castro bagi pasangan Jose-Ada-laida dan sebagian dari 11 juta populasi Cuba adalah legenda sekaligus realitas hi-dup mereka. ”Fidel adalah seorang ayah bagi saya,” ujar Adalaida. ”Dia dan revolusi memberi saya seluruh yang saya punya.”

Fidellah yang membebaskan rak-yat Kuba dari rezim penindas Jen-de-ral Fulgencio Batista pada 1959. Cas-tro lahir dengan nama Fidel Ale-jandro Castro Ruz’s di Mayari, Pro-vinsi Oriente. Ayahnya, Angel Castro y Argiz, seorang petani tebu kaya. Fidel masuk sekolah Katolik Roma sebelum masuk ke sekolah asrama Jesuit di Havana. Ia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Havana, saat pertama ia mem-baca buku Karl Marx dan mulai tertarik pada politik.

Setelah meraih gelar sarjana ia ha-nya sebentar bekerja sebagai ahli hukum karena kaget menyaksikan kehidupan yang kontras antara gaya hidup golong-an menengah dan kelompok miskin di sekitarnya. Castro menjadi seorang Marxis-Leninis revolusioner dan menjadi anggota Partai Rakyat Kuba. Partai ini menjagokannya sebagai kandidat dalam pemilu 1952 ketika Jenderal Fulgencio Batista membatalkan pemilu setelah dia mendepak Presiden Carolos Prio Socarras.

Castro angkat senjata menentang pe-me-rintahan diktator Batista pada 1953 dengan memimpin 100 pengikutnya da-lam satu serangan yang gagal terhadap barak militer Moncada di Santiago de Cu-ba pada Juli 1953. Fidel dan saudaranya Raul dipenjara. Setelah pembebas-annya pada 1955, Castro dan Raul kabur ke Meksiko.

Dari Meksiko mereka mengorganisasi kekuatan gerilya bersama revolusio-ner legendaris Argentina, Che Guevara. Ge-rakan revolusi Castro menarik dukungan di Kuba pada 1959. Ia dan pendukungnya berhasil menggulingkan Batista yang bergelimang korupsi. Sebagai pemimpin baru, Castro dan Che berjanji mengembalikan tanah pada rakyat dan membela hak kaum miskin.

Sebagai pemimpin pemerintah, Casro menyatakan anti-Amerika dan pada 1960 menjalin hubungan ekonomi dan politik dengan Uni Soviet. Castro menjadi simbol oposisi terhadap Amerika dan menjadi target pembunuhan ba-dan intelijen Amerika, CIA, termasuk -de-ngan meracuni salah satu cerutu -Castro.

Pada April 1961, CIA yang didukung 1.300 pasukan pelarian Kuba berupaya mendepak Castro, tapi gagal. Tahun be-rikutnya, Amerika menguak keberada-an rudal Uni Soviet dalam perjalanan ke Kuba. Konfrontasi yang dikenal dengan Krisis Rudal Kuba membawa Rusia dan Amerika dalam ancaman perang nuk-lir. Fidel pun menjadi David yang men-dongak menantang Goliath Amerika.

Uni Soviet menjadi dermawan terbesar bagi Kuba. Soviet membeli gula Kuba dan sebagai imbalannya kapal -Soviet membawa semua barang kebutuhan Kuba untuk menembus blokade Amerika. Tapi kebaikan itu berhenti- karena Uni Soviet bubar pada 1991. Moskow menolak memakai gula Kuba sehingga ekonomi Kuba ambruk. Padahal, Kuba dalam cengkeraman blokade ekonomi Amerika.

Krisis listrik terjadi, lemari makanan kosong. Emosi rakyat semakin pendek ketika antrean semakin panjang, sehingga ribuan orang eksodus ke Florida yang lebih makmur, namun banyak yang tenggelam. Bahkan anak perempuan Fidel, Alina Fernandez, lebih suka hidup di pengasingan sebagai pembangkang di Miami daripada hidup di bawah kekuasaan ayahnya.

Tapi duet Fidel dan Raul bergerak cepat. Pada 1991, Kuba melakukan li-beralisasi ekonomi dan menggalakkan investasi dari Eropa, Kanada, Amerika Latin, dan Cina. Investasi asing dan tu-risme tumbuh pada 1990-an. Peran Raul besar dalam menggerakkan roda -ekonomi.

Secara politik, Raul termasuk kelompok garis keras, tapi dalam hal ekonomi Raul lebih luwes. Sebagai Menteri Pertahanan, Raul mereformasi pasar secara terbatas. Caranya, unit militer memproduksi dan menjual makanan ke pa-sar bebas dan militer juga mengelola -perusahaan pariwisata Gaviota.

Kuba pun menjalin hubungan de-ngan negara kaya minyak Venezuela dan temannya, Hugo Chavez, yang sangat tergila-gila pada sosialisme. Kuba menerima minyak murah dari Venezuela yang ditukar dengan pengiriman dokter Kuba ke Venezuela.

Hasilnya tak mengecewakan sebagai negara yang masih terus didera blokade ekonomi Amerika. Kuba di bawah duet Casro dan Raul membuat langkah yang mengesankan untuk kesejahteraan rakyatnya.

Castro menyediakan fasilitas kesehatan yang baik tersedia untuk semua rakyatnya dan gratis, melek huruf 98 persen, dan tingkat kematian bayi sama rendahnya dengan rata-rata di negara barat. Pendapatan per kapita Kuba pada 2004 US$ 3.600, masih di atas Republik Dominika, dan jauh di atas Haiti yang merupakan negara paling miskin di wilayah Karibia.

Tak mengherankan, pembangkang politik semacam Osvaldo Paya pun tak menginginkan liberalisasi ekonomi yang kebablasan semacam yang terjadi di Rusia dan bekas negara sosialis di Eropa Timur. Paya yang merupakan aktivis Gerakan Pembebasan Kristen di Kuba tak ingin rakyat miskin Kuba menjadi lebih miskin, sedang orang kaya di puncak kekuasaan.

Paya dan kelompoknya ingin menjaga pelayanan kesehatan tetap gratis dan pendidikan gratis sebagaimana yang dicapai rezim sosialis Fidel Castro. ”Program ini menghancurkan mitos bahwa kami harus memilih antara sosialisme dan kebebasan.” Setelah Fidel dan Raul pergi—entah kapan—mungkin orang semacam Paya akan menjadi David di hadapan sang Goliath Liberal di seberang Selat Florida.

Raihul Fadjri (Washington Post, NY Times, Reuters, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus