Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia dikenal sebagai komandan bermata satu. Namanya Mokhtar Belmokhtar, kelahiran Aljazair Selatan 44 tahun yang lalu, pemimpin kelompok Al-Murabitun. Setelah pergi bersama ratusan anak buahnya dari ibu organisasinya, AQIM atau Al-Qaidah di Kawasan Magribi, tiga tahun lalu, kini ia memutuskan kembali ke pangkuan Al-Qaidah. Akibatnya mengerikan.
Dua minggu lalu, sambil menghunus Kalashnikov dan senjata otomatis lainnya, empat anak buahnya menyerbu sebuah hotel mewah di jantung Ouagadougou, ibu kota Burkina Faso. Dua puluh orang—kebanyakan warga negara Barat atau staf Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kebetulan menginap–tewas dalam serangan ke Splendid Hotel itu. Sasaran kelompok ini bukanlah kantor polisi atau markas militer, melainkan orang-orang sipil (soft target).
Al-Murabitun organisasi yang sibuk akhir-akhir ini. Di hadapan Al-Qaidah, Mokhtar Belmokhtar sedang berusaha membuktikan bahwa kelompoknya tidak seperti yang dituduhkan selama ini: lebih menyerupai gerombolan perampok bersenjata ketimbang gerilyawan yang memperjuangkan sesuatu yang luhur. Ya, gara-gara faktor ketidakdisiplinan itulah Al-Murabitun kemudian bercerai dengan AQIM atau Al-Qaidah, organisasi induk di bawah kepemimpinan Ayman al-Zawahiri.
Al-Murabitun mencoba memperbaiki reputasinya. Dua bulan lalu, dengan taktik yang sama, dua anggota kelompok ini menyerbu hotel luks Radisson Blu di Bamako, ibu kota Mali, dan menewaskan 22 tamu hotel. Dalam retorika resminya, Al-Murabitun juga menggarisbawahi bahwa Perang Salib tidak berakhir tujuh abad silam. Perang yang dimulai pada 1075 itu tak pernah berhenti, dan misi mereka sekarang adalah, "Menghukum para pemuja Salib atas kejahatannya terhadap bangsa kita di Afrika Tengah, Mali, dan negeri-negeri muslim lain"—demikian pernyataan resmi Al-Murabitun setelah serangan ke Splendid Hotel itu.
Al-Murabitun tentu tak terpisahkan dengan Mokhtar Belmokhtar, lelaki yang seakan-akan memiliki sepuluh nyawa. Kendati telah berpuluh kali dinyatakan tewas, ia selalu berhasil memperlihatkan kemampuannya bertahan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Sudah 12 tahun Amerika Serikat menyediakan US$ 5 juta kepada siapa saja yang dapat memberikan keterangan tentang keberadaannya, tapi ia tetap tak tersentuh. Banyak pihak yang mengharap kematian Belmokhtar, terutama karena kegemarannya menyandera warga negara Eropa Barat di Mali dan Nigeria–dari situlah ia mendapatkan uang tebusan yang melimpah.
Konon rahasia kelicinannya terletak pada pengetahuan Belmokhtar yang boleh dibilang tak terbatas mengenai Gurun Sahel–sebuah hamparan pasir luas yang membentang di sepanjang perbatasan Aljazair dan Mali. Sebelum bergabung dengan Al-Qaidah, ia dijuluki Tuan Marlboro karena kemampuannya menyelundupkan segala sesuatu–dari rokok, minuman keras, mariyuana, hingga manusia—melalui dataran yang kosong, tak bertepi, dan ganas itu. Kini oleh rekan-rekannya di Al-Qaidah ia dipanggil "Amir Gurun Sahel".
Gurun Sahel merupakan sahabat terbaik Belmokhtar. Belakangan ini, tatkala pasukan gabungan Prancis dan negara-negara Afrika gencar memerangi kelompok-kelompok radikal di Afrika Tengah, ia dan kawan-kawannya diperkirakan telah menyingkir jauh ke timur–di wilayah tempat Aljazair, Niger, dan Libya bertemu di satu garis.
Ada satu lagi yang membuat kelompok ini semakin bersimbah darah. Al-Murabitun kembali menjadi bagian dari Al-Qaidah ketika persaingan di antara dua kelompok teror berskala global, Al-Qaidah dan ISIS (Negara Islam di Irak dan Suriah), semakin terbuka. Dalam siarannya, CNN memperlihatkan bahwa serangan di Splendid Hotel menunjukkan Al-Qaidah masih eksis dan mampu menggelar serangan mematikan.
Idrus F. Shahab (New York Times, CNN)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo