MESIR, sepeninggal Presiden Gamal Abdul Nasser, telah berubah
menjadi "neraka" bagi Uni Soviet. Presiden Anwar Sadat,
pengganti Nasser, ternyata tak begitu ramah terhadap lamunanya
ia bahkan tak segan-segan mengusir. Terakhir Sadat menyuruh
pulang tujuh diplomat Soviet, termasuk Duta Besar Vladimir
Polyakov.
Uni Soviet dituduh mendalangi pertikaian agama di Mesir, Islam
kontra Kristen Koptik, yang meletup dua pekan silam. "Gerakan
itu punya tujuan akhir untuk menggulingkan saya," kata Sadat.
Tujuh diplomat Soviet itu diberinya waktu dua hari mulai 15
September untuk meninggalkan Kairo.
Mesir juga mengusir Sekretaris Pertama Sandor Egaz dari Kedutaan
Besar Hungaria. Tak disebutkan tuduhan terhadap Egaz. Diduga ia
terlibat dalam kegiatan mata-mata.
Tuduhan melakukan kegiatan spionase langsung dialamatkan
erhadap Biro Penghubung Militer (BPM) Sovict di Mesir. Menurut
Al Aram, suratkabar resmi pemerintah, BPM Soviet yang
mempekerjakan 17 perwira itu telah menyusupkan seorang opsir
Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) -- dinas rahasia
Soviet. BPM Soviet diminta untuk ditutup. Begitu pula BPM Mesir
di Moskow. Belakangan ini hampir tak ada kegiatan hubungan
militer kedua negeri itu karena Mesir tak lagi membeli senjata
Soviet.
Pembersihan terjadi pula terhadap warga Soviet -- meliputi 1.500
penasihat teknis yang bekerja di proyek aluminium, pabrik baja,
galangan kapal dan proyek pengerukan tanah di Bendungan Aswan.
Kelmpok ini diberi waktu satu minggu untuk berangkat dari
Mesir. Juga tak ada alasan terperinci mengenai pemutusan kontrak
kerja dengan para teknisi tersebut.
Banyak teknisi sipil maupun penasihat militer Soviet memasuki
Mesir di jaman Nasser berkuasa. Terutama sejak Mesir dipukul
Israel dalam perang 1967, Nasser sepenuhnya bergantung pada
Moskow. Tapi begitu Nasser wafat, September 1970, dan digantikan
oleh Sadat, situasi langsung berubah. Mesir jadi lebih dekat ke
Barat. Awal 1973, Sadat bahkan tak segan-segan mengusir 17.000
penasihat militer Soviet.
Para teknisi maupun penasihat militer Soviet itu sebetulnya
sudah lama menjengkelkan Mesir. Antara lain mereka, bila hendak
kembali ke negeri asal, entah cuti, punya kegemaran memborong
emas sebagai oleh-oleh. Mula-mula, tulis Hassanein Heikal dalam
buku Road to Ramadhan, mereka membawa sekedar perhiasan,
kemudian malah emas balokan. Sadat mengetahui hal itu dan marah.
Hanya saja, waktu itu, ia merasa belum kuat bertindak.
Tindakan Sadat mengusir Polyakov dan staf dibalas langsung oleh
Uni Soviet. Atase Militer Mesir Letkol Abdul Hamid Khalifa dan
stafnya diberi waktu satu minggu untuk meninggalkan Moskow.
Kursi Duta Besar Mesir di Uni Soviet sudah lama tak diduduki.
Samih Anwar yang dilantik Sadat di tahun 1978 tak pernah
menempati posnya. Dengan pengusiran Khalifa, hanya 10 diplomat
Mesir masih ada di Moskow--sama dengan jumlah diplomat Soviet di
Kairo.
Batang Leher
Uni Soviet membantah tuduhan bahwa mereka mencampuri urusan
dalam negeri Mesir. Bahkan Uni Soviet balik menuduh bahwa para
pemimpin Mesir memerlukan tindakan anti-Soviet ini untuk
mengalihkan perhatian rakyat supaya tidak menyerang pemerintah
sendiri.
Tuduhan Soviet ini agak disangsikan kebenarannya. Ketika Mesir
yang berpenduduk 41 juta itu mengadakan referendum, dua minggu
lalu, lebih dari 90% suara mendukung kebijaksanaan Sadat. Namun
Sadat juga melakukan pembersihan terhadap unsur antipemerintah.
Telah ditahan 1.500 orang pemuka agama dan politisi yang
terlibat pertikaian Islam kontra Kristen Koptik. Sadat juga
telah mengawasi sejumlah besar masjid dan imam masjid, dan
pimpinan umat Kristen Koptik Shenouda 111. Terhadap para
penghasut Sadat mengeluarkan ancaman. "Saya akan patahkan batang
leher kalian." katanya.
Sadat bisa bicara gdgah, tapi banyak suara ragu. Pembersihan
yang dilakukan Sadat kini, terbesar sejak 11 tahun ia
memerintah, mengenai banyak pihak bahkan termasuk pengarang
Hassanen Heikal sendiri ikut ditangkap. Majalah Inggris Tbe
Economist pertengahan September pun tak kurang mengecam Sadat,
dan mengingatkan di masa Raja Barouk dan Presiden Nasser pun
masjid dikontrol, tapi gagal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini