Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Washington – Sejumlah perusahaan manufaktur di Cina dikabarkan merelokasi kegiatan usaha setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenakan kenaikan tarif impor atau perang dagang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Perang Dagang Memanas, Cina Siapkan Daftar Hitam Perusahaan Asing
Tapi, kebanyakan relokasi perusahaan ini terjadi ke negara di luar AS. Menurut data dari Biro Sensus, sejumlah negara mendapat keuntungan dari perang dagang yang dilakukan Trump terhadap Cina.
“Impor AS dari Vietnam naik 38 persen selama empat bulan pertama 2019 dibandingkan tahun lalu,” begitu dilansir CNN pada Kamis, 6 Juni 2019.
Tren ini menunjukkan para importir asal AS mencari jalan lain untuk mengimpor kebutuhan dari Vietnam. Data pemerintah itu juga menunjukkan impor AS meningkat signifikan sebanyak 22 persen dari Taiwan, 17 persen dari Korea Selatan, dan 13 persen dari Bangladesh.
Baca juga: Perundingan Dagang Gagal, Cina: Amerika yang Bertanggung Jawab
Pada saat yang sama, importir AS mengurangi impor dari Cina sebanyak 12 persen. Ini terjadi setelah perang dagang dengan Cina berlangsung sekitar setahun.
Trump juga sempat menyatakan akan melakukan perang dagang dengan Meksiko dengan menaikkan tarif 5 persen untuk impor dari negara tetangga di selatan itu.
Tarif ini akan berlaku pada Senin, 10 Juni 2019. Namun, rencana ini tertunda karena ada kesepakatan antara pemerintah AS dan Meksiko terkait penampungan para imigran ilegal, yang mencoba masuk ke AS untuk mengadu nasib.
Baca juga: Perang Dagang AS-CIna Berpotensi Picu Resesi Global
Kenaikan tarif ini biasanya dibayar oleh para importir. Mereka bisa menanggung biaya itu sehingga mengurangi laba atau membebankan ke konsumen dengan menaikkan harga jual produk.
Trump berulang kali mengklaim bahwa kenaikan tarif ini bakal mendorong perusahaan manufaktur untuk kembali ke AS, yang merupakan bagian dari janji kampanye.
“Semakin tinggi tarif, semakin banyak perusahaan yang akan kembali ke AS,” kata dia lewat cuitan pada pekan lalu.
Namun, Trump juga mengakui jika perang dagang justru membuat manufaktur pindah ke negara lain dari Cina. Ini merugikan Cina tapi tidak banyak membantu konsumen AS.
Baca juga: Ekonom Sebut Pengaruh Positif Perang Dagang AS-Cina
“Perusahaan yang terkena tarif akan meninggalkan Cina dan pergi ke Vietnam atau negara lain di Asia. Itu sebabnya Cina ingin membuat kesepakatan,” kata Trump pada bulan lalu.
Menurut Presiden dan CEO Footwear, Matt Priest, ada sejumlah negara yang bisa menjadi pilihan relokasi usaha sebelum mereka memutuskan pindah ke AS. “AS sebenarnya bukan salah satu opsi,” kata dia.
Menurut Priest,”Pandangan bahwa semua harus dibuat di sini mengabaikan fakta ekonomi abad 21 yaitu adanya rantai suplai global.”
Seperti dilansir Reuters, Trump mulai mengenakan kenaikan tarif 10 – 25 persen untuk sejumlah produk buatan Cina sejak Juli 2018. Cina membalas langkah perang dagang ini dan menyebutnya sebagai upaya campur tangan pemerintah terhadap kompetisi perusahaan