Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, - Pemerintah Amerika Serikat kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran atas proliferasi senjata konvensional. Ini adalah kelanjutan dari serangkaian tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan pada Iran di hari-hari terakhir pemerintahan Presiden Donald Trump.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menuturkan sanksi diberikan terhadap tiga entitas Iran, yakni Organisasi Industri Kelautan Iran, Organisasi Industri Dirgantara, dan Organisasi Industri Penerbangan Iran.
Pompeo menuturkan Washington juga memperluas cakupan sanksi yang terkait logam terhadap Iran. Sebabnya Amerika memberikan sanksi pula terhadap sejumlah perusahaan di Iran, Cina, dan Uni Emirat Arab karena melakukan hubungan bisnis dengan Islamic Republic of Iran Shipping Lines.
Menurut Pompeo ada tujuh perusahaan yang dikenai sanksi. Beberapa di antaranya adalah Jiangyin Mascot Special Steel Co dan Accenture Building Materials yang berbasis di UEA. Ada pula sanksi terhadap dua orang yang melakukan pegiriman baja ke atau dari Iran.
"Mereka yang dengan sengaja mentransfer 15 bahan yang menurut Departemen Luar Negeri digunakan sehubungan dengan program rudal nuklir, militer, atau balistik Iran, termasuk jenis aluminium dan baja tertentu, akan dikenai sanksi," kata Pompeo dikutip dari Reuters, Sabtu, 16 Januari 2021.
Selama empat tahun menjabat, Trump telah berusaha membuat Iran kembali ke pembicaraan mengenai program rudal nuklir dan balistik serta aktivitasnya di Timur Tengah. Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump pada 2018 keluar dari perjanjian nuklir Iran, yang dibuat untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.
Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden, yang akan menggantikan Donald Trump pada hari Rabu, mengatakan dia akan kembali ke pakta nuklir 2015 jika Iran kembali mematuhi pakta nuklir tersebut
REUTERS
https://www.reuters.com/article/idUSKBN29K1M0?il=0