Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah warga dan pelajar Muslim bergantian berjaga kuil Hindu dan gereja Bangladesh di tengah kerusuhan yang terjadi setelah protes terhadap kuota pekerjaan direspon dengan keras oleh pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika kerusuhan politik terus berlanjut selama pekan ini, para pemimpin gerakan mahasiswa di ibu kota Dhaka telah mengambil tanggung jawab untuk melindungi kuil-kuil dan gereja-gereja Hindu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anjum Ahmed, seorang pengunjuk rasa mahasiswa di Universitas Dhaka, mengatakan kepada Anadolu bahwa “oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab secara sistematis menargetkan berbagai institusi publik dan swasta untuk mendiskreditkan gerakan mahasiswa.”
“Beberapa dari mereka telah menargetkan rumah dan kuil-kuil minoritas Hindu juga, tetapi kami waspada untuk memastikan hal itu tidak terjadi,” kata Ahmed.
Para mahasiswa terlihat menjaga kuil-kuil Hindu dan tempat-tempat ibadah lainnya dalam rekaman dan gambar media sosial yang diverifikasi oleh lembaga pemeriksa fakta Al Jazeera, Sanad, termasuk di Chittagong, kota terbesar kedua di negara itu.
"Para penjahat secara sistematis menyerang berbagai lembaga publik dan swasta untuk membuktikan bahwa gerakan mahasiswa itu salah," kata koordinator Universitas Chittagong, Russell Ahmed, kepada surat kabar Bangla Tribune.
"Untuk mencegah segala bentuk serangan terhadap tempat-tempat ibadah, kuil, dan gereja-gereja dari berbagai agama di Chittagong, kami telah membentuk sebuah komite di setiap distrik ... untuk berjaga-jaga mulai Senin malam," katanya.
Di ibu kota, Dhaka, seorang pria Muslim terlihat menjaga Kuil Dhakeshwari, sebuah tempat ibadah umat Hindu.
“Seorang pria Muslim terlihat sedang salat di depan kuil Dhakeswari… dan melindungi kuil Hindu dari semua orang jahat yang mencoba menghentikan reformasi dengan menyerang kaum minoritas dan properti publik,” Saif Ahmed, manajer media sosial tim kriket Bangla Tigers, berbagi di X.
Baik tetangga Muslim maupun Hindu menjaga dan melindungi kuil tersebut, surat kabar Dhaka Tribune melaporkan.
Para mahasiswa yang memimpin protes terhadap Hasina atas kuota pekerjaan pemerintah yang mereka katakan diskriminatif juga mendesak orang-orang untuk tidak menargetkan komunitas minoritas di negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan 170 juta orang tersebut.
Nahid Islam, seorang mahasiswa di Universitas Dhaka dan salah satu penyelenggara protes, mengatakan kepada media lokal: “Tidak ada pengelompokan atau perpecahan di antara kami. Kami menentang segala bentuk hasutan agama, sabotase, atau perpecahan. Kami akan mencegah segala upaya semacam itu.”
Oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) mendesak masyarakat untuk menahan diri dalam apa yang disebutnya sebagai "momen transisi di jalur demokrasi kita".
"Adalah tugas kita untuk melindungi semua warga Bangladesh, terlepas dari agama dan politik, dari kekerasan diskriminatif, dan tidak melecehkan komunitas tertentu, menciptakan perpecahan, atau membalas dendam. Umat Muslim, Hindu, Kristen, Buddha, penganut agama, ateis - tidak seorang pun akan tertinggal atau berprasangka buruk di jalur demokrasi kita; bersama-sama, kita semua bangga menjadi warga Bangladesh," tulis Tarique Rahman, penjabat ketua BNP, di X.
Diplomat Asing Khawatir
Senin adalah hari kerusuhan paling mematikan sejak protes meletus bulan lalu, dengan sedikitnya 122 orang tewas. Sementara total korban tewas hingga Jumat 9 Agustus 2024 mencapai lebih dari 400 orang.
"Rumah dan toko milik warga minoritas diserang, dirusak, dan dijarah, sedikitnya 97 tempat pada Senin dan Selasa," kata Rana Dasgupta, sekretaris jenderal Dewan Persatuan Hindu Buddha Kristen Bangladesh, dalam sebuah pernyataan.
"Serangan terhadap kaum minoritas seperti itu bertentangan dengan semangat dasar gerakan mahasiswa antidiskriminasi," kata kepala Transparency International Bangladesh (TIB), Iftekharuzzaman.
Menteri Luar Negeri India S Jaishankar pada Selasa mengatakan negara itu "memantau situasi terkait status kaum minoritas", seraya menambahkan bahwa pemerintah India akan "tetap sangat prihatin hingga hukum dan ketertiban dipulihkan secara nyata".
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Dhaka menyerukan "ketenangan", dalam sebuah posting di X.
"Kami prihatin dengan laporan serangan terhadap kaum minoritas agama dan tempat-tempat keagamaan di Bangladesh," katanya, sebuah pesan yang digaungkan oleh para diplomat Uni Eropa.
Kepala misi Uni Eropa "sangat prihatin dengan laporan yang masuk tentang berbagai serangan terhadap tempat ibadah dan anggota kelompok minoritas agama, etnis, dan lainnya di Bangladesh", Duta Besar Uni Eropa untuk Bangladesh Charles Whiteley memposting di X.
ANADOLU | AL JAZEERA