Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ancaman Teror dari Selatan

Kelompok Maute melancarkan serangan terhadap pasukan militer Filipina di Kota Marawi. Perlawanan para pendukung Negara Islam Irak dan Suriah di wilayah Filipina selatan.

29 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOTA Marawi mendadak sepi. Puluhan ribu orang angkat kaki dari ibu kota Provinsi Lanao del Sur di Mindanao, Filipina selatan, itu sejak Rabu pekan lalu. Mereka berbondong-bondong menjejali jalanan ke luar kota dengan mobil, truk, dan bus, bahkan berjalan kaki. Tujuan mereka satu: menyelamatkan diri dari kelompok milisi yang bercokol di Marawi.

Ratusan kendaraan tampak berbaris di jalan masuk utama ke Kota Iligan, sepanjang 37 kilometer di utara Marawi. Di dekat pos-pos pemeriksaan polisi, orang-orang terjebak berjam-jam di jalan raya yang lalu lintasnya macet. "Kami berharap pertolongan warga (Iligan) dan pemerintah daerah," kata Lininding Drieza, yang kabur dari Marawi bersama keluarganya.

Sejak Selasa petang, horor mencekam Marawi. Pecah pertempuran sengit antara milisi Maute dan tentara. Orang-orang berpakaian serba hitam dan bersenjata api terlihat menghambur di jalan-jalan kota. Sebagian dari mereka membakar gedung, sebagian lainnya mengibarkan bendera hitam dengan aksara Arab putih, yang serupa dengan bendera Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Letusan baku tembak terdengar sampai pagi.

Kebanyakan warga Marawi kabur ke utara menuju Kota Saguiran, Pantar, Baloi, dan Iligan. "Saya sedang di sekolah saat mendengar suara tembakan," ujar Rabani Mautum, seorang siswa yang melarikan diri ke Kota Pantar. Ada pula penduduk yang memilih jalur selatan lewat Danau Lanao. Mereka menumpang perahu dan kapal. "Marawi kini seperti kota hantu," ucap Haroun Alrashid Lucman, Wakil Gubernur Daerah Otonomi Muslim Mindanao.

Sekitar seratus anggota kelompok Maute melancarkan serangan di Marawi. Di kota berpenduduk mayoritas muslim itu, 814 kilometer di selatan Manila, para milisi dengan cepat menguasai balai kota, penjara, rumah sakit, hingga kampus. Mereka lantas membakar penjara, gereja, dan dua gedung sekolah. Mereka juga menyandera Teresito Suganob, pemimpin gereja Katolik kota itu, serta selusin murid dan anggota parokinya.

Pertempuran di Marawi berdarah-darah. Brigadir Jenderal Rolly Bautista, Komandan Divisi Infanteri Angkatan Darat Filipina, mengatakan 7 tentara dan 2 polisi tewas dalam bentrokan dengan milisi Maute. "Sedikitnya 31 milisi tewas," kata Bautista, seperti diberitakan GMA News, Jumat pekan lalu. Di antara para milisi yang tewas itu, menurut Jaksa Agung Muda Filipina Jose Calida, terdapat warga Indonesia dan Malaysia.

Tentara semula mengincar Isnilon Hapilon, pentolan Abu Sayyaf yang berbaiat ke ISIS sejak Juli 2014. Pria 51 tahun itu masuk daftar teroris incaran Amerika Serikat. Kepala Hapilon dihargai US$ 5 juta atau sekitar Rp 66,4 miliar. Pada Selasa pekan lalu itu, tentara menggerebek sebuah apartemen di Distrik Basak, yang diyakini tempat sembunyi Hapilon. "Operasi itu gagal setelah mendapat perlawanan keras," begitu diberitakan The Telegraph.

Hapilon dan selusin pengikutnya sempat terpojok. Namun mereka memanggil bala bantuan dari Maute, kelompok yang juga berbaiat ke ISIS dan telah lama bercokol di kawasan hutan di luar Marawi. Serangan balik dari dua kelompok itulah yang membikin Marawi, kota berpenduduk 200 ribu jiwa, gempar. Baku tembak yang awalnya meletus di desa-desa di Caloocan dan Basak Malatut lalu menyebar ke bagian lain kota.

Insiden di Marawi membuat Presiden Rodrigo Duterte mempercepat lawatannya di Rusia. Setiba di tanah air, ia menetapkan status darurat militer selama 60 hari di Mindanao. "Hal tersulit yang harus kita hadapi adalah masuknya ISIS, dan itu telah terjadi," kata Duterte, Rabu pekan lalu. Tentara langsung melancarkan operasi militer. "Kami akan memberangus mereka," ujar juru bicara Angkatan Darat, Letnan Kolonel Joar Herrera.

Mindanao rumah bagi Moro, populasi muslim di Filipina selatan. Di negara berpenduduk mayoritas penganut Katolik Roma itu, orang Moro mengisi 5,1 persen dari sekitar 100 juta penduduk. Orang Moro telah lama memperjuangkan kemerdekaan mereka. Selama berabad-abad, mereka melawan Spanyol, Amerika, dan Jepang. Kini, selama lebih dari empat dasawarsa di era Filipina modern, "Orang Moro menantang Manila," begitu diberitakan Time.

Di Mindanao, lahir Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), Front Pembebasan Islam Moro (MILF), dan Abu Sayyaf. MNLF dan MILF dikenal sebagai kelompok separatis muslim. Sedangkan Abu Sayyaf lebih tenar dengan sebutan teroris dan bandit penculik. MILF dan Abu Sayyaf merupakan sempalan MNLF, yang dibentuk oleh Nur Misuari. Di luar tiga kelompok itu, lahir kelompok-kelompok ekstremis Islam yang lain. Salah satunya Maute.

Duterte pernah menyebutkan keterkaitan Maute dan ISIS. Pada November tahun lalu, ia mengatakan ISIS telah merayapi Filipina. Salah satunya lewat persekutuan dengan Maute. Menurut Duterte, 72 tahun, dalam pidatonya di Istana Malacanang, mengutip informasi yang ia kantongi dari komunitas telik sandi, "ISIS telah terhubung dengan sebuah kelompok di Filipina bernama Maute. Perang akan segera meletus di Lanao."

ISIS menyuguhkan kiblat baru bagi kelompok-kelompok radikal di Filipina. Beberapa dari mereka tergiur, lantas berbaiat, seperti yang dilakukan Isnilon Hapilon dan Maute. Kelompok Maute pertama kali muncul di Kota Butig di Lanao del Sur, lebih dari dua tahun lalu. Saat itu ISIS, dengan aksi bengisnya, telah beken di kancah terorisme global. Di Mindanao, yang menurut Duterte jadi magnet bagi teroris, gerakan radikal tumbuh subur.

Dibentuk oleh dua bersaudara, Omar dan Abdullah Maute, kelompok Maute semula bernama Daulah Islamiyah Filipina. Belakangan, mereka lebih terkenal sebagai kelompok teror Maute atau Negara Islam Lanao. Seperti Abu Sayyaf dan Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF) di Maguindanao, kelompok Maute menggunakan bendera hitam ISIS sebagai simbol perlawanan. Mereka juga pernah melancarkan beberapa aksi teror.

Tentara memburu Isnilon Hapilon karena ia konon didapuk sebagai pemimpin ISIS di Filipina. Menurut sejumlah analis keamanan, Hapilon, yang punya nama lain "Abu Abdullah al-Filipini", tengah mencoba menyatukan kelompok-kelompok yang bersumpah setia kepada pendiri ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi. Ini termasuk kelompok Maute, yang berbasis di dekat Marawi. "Dia masih di Marawi. Itu sebabnya pengikutnya masih ada di sini," kata Joar Herrera.

Duterte patut waswas. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kelompok radikal lokal yang berbaiat ke ISIS terus bertambah. Selain Maute, BIFF, dan sebagian faksi Abu Sayyaf, ada Ansar al-Khilafah Filipina, Katibat Ansar al-Sharia, serta Katibat Marakah al-Ansar. "Kebanyakan dari mereka adalah subkelompok amatir," demikian Asia Times melaporkan. Adapun kendaraan ISIS yang nyata di Filipina, selain Abu Sayyaf, adalah kelompok BIFF.

Ashley Acedillo, bekas penasihat senior di Dewan Keamanan Nasional Filipina, mengatakan kelompok seperti Maute belum masuk jaringan teror global. Belum ada indikasi bahwa ISIS telah memberi "restu". "Mereka hanya berafiliasi," ujarnya. Ini diiyakan wakil pemimpin MILF, Ghazali Jaafar, yang menyebutkan ISIS belum menembus Mindanao. "Saya percaya Maute, BIFF, Abu Sayyaf, dan kelompok lainnya tidak beraliansi dengan ISIS."

Namun Duterte tidak mau mengambil risiko. "Pemerintah harus mengakhiri ini. Saya tidak bisa bermain-main dengan ISIS karena mereka ada di mana-mana," katanya. Di Marawi, tugas Duterte itu tak mudah karena Maute adalah kelompok berbasis klan dengan anggota berasal dari wilayah tersebut. "Sulit untuk membasminya karena mereka dari sana," ujar analis politik Ramon Casiple. "Anggota Maute tertanam dalam populasi di Marawi."

Mahardika Satria Hadi (inquirer, Asia Times, Gulf News, Ib Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus