Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG anggota komunitas Libya di Manchester, Inggris, mengenal Salman Abedi sebagai pemuda sopan yang pendiam dan cenderung menyendiri-seseorang yang mustahil melakukan hal keji seperti meledakkan bom di antara kerumunan orang. "Dia dan abangnya mempelajari Al-Quran sepenuh hati," katanya.
Sumber lain yang juga tak mau disebut identitasnya, seorang kenalan keluarga Abedi, menggambarkan Abedi sebagai anak muda "normal". Menurut dia, Abedi selalu ramah, dan "tak terlihat tanda-tanda (bahwa dia bisa jahat)".
Abedi, 22 tahun, disebut sebagai pelaku peledakan bom bunuh diri di luar Manchester Arena, tempat bintang pop Ariana Grande menggelar konser, pada Senin malam pekan lalu. Sebanyak 22 orang tewas, termasuk seorang gadis berusia 8 tahun, dan puluhan orang lainnya luka-luka. Nama Abedi, yang lahir dari pasangan imigran Libya, dibocorkan kepada wartawan oleh para pejabat Amerika Serikat, yang belakangan dibenarkan polisi Inggris.
Menurut Kepala Polisi Manchester Raya Ian Hopkins, para detektif kini sedang mencari tahu apakah Abedi beraksi sendiri atau menjadi bagian dari satu jaringan. Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Meski demikian, polisi belum menemukan buktinya.
Abedi sebetulnya sudah dikenal oleh dinas keamanan. Tapi dia bukan bagian dari penyelidikan resmi atau dianggap berbahaya. Dia hanya dipandang sebagai figur pinggiran, sama dengan Khalid Masood, penyerang di dekat parlemen di Westminster, London, pada Maret lalu.
Ada dugaan dia menjadi radikal belum lama dan ada kaitannya dengan Libya. Seorang teman sekolah Abedi menuturkan, tiga pekan lalu Abedi pergi ke Libya. "Dia pulang baru-baru ini, beberapa hari yang lalu," ujarnya.
Lahir dan besar di lingkungan masyarakat Libya di Manchester, Abedi dikenal sebagai penentang rezim Kolonel Muammar Qadhafi. Orang tuanya, pasangan Ramadan Abedi dan Samia Tabbal, adalah pengungsi Libya yang melarikan diri dari rezim Qadhafi dan sudah tinggal di Inggris setidaknya selama sepuluh tahun. Ayahnya bekerja sebagai petugas keamanan.
Setelah lulus sekolah di sekitar tempat tinggal keluarganya di Whalley Range, Manchester selatan, Abedi kuliah di Salford University pada 2014, belajar manajemen bisnis. Tapi dia berhenti di tengah jalan. Pada 2011, ketika Qadhafi digulingkan, Abedi pergi ke Libya bersama orang tuanya. Kunjungan ini sedang ditelisik polisi untuk mengetahui apakah ada hubungan dengan kelompok-kelompok ekstrem yang meyakini terorisme sebagai wujud jihad. Seseorang yang mengenal keluarga Abedi tak percaya Libya berkaitan dengan perubahan pada diri Abedi. "Pasti terjadi di sini," katanya.
Di Manchester, yang mungkin mempengaruhi Abedi adalah kaum pembangkang dari masa Qadhafi yang merupakan anggota Libyan Islamic Fighting Group (LIFG). Mereka tinggal tak jauh dari rumah keluarga Abedi. Di antara mereka ada Abd al-Baset Azzouz, yang meninggalkan Inggris untuk mengelola jaringan teroris di Libya yang diawasi langsung oleh Ayman al-Zawahiri-pengganti Usamah bin Ladin sebagai pemimpin Al-Qaidah. Ayah empat anak berusia 48 tahun ini adalah ahli merakit bom. Pada 2014, The Telegraph melaporkan bahwa Azzouz membawahkan 200-300 milisi.
Salah Aboaoba, anggota masyarakat Libya di Manchester, mengatakan kepada Channel 4 pada 2011 bahwa dia mengumpulkan sumbangan untuk LIFG. Dia mengklaim melakukan hal itu di Masjid Didsbury. Di masjid ini, Abedi biasa beribadah. Tapi ketika itu juru bicara pengurus masjid membantah pernyataan Aboaoba. "Ini pertama kalinya saya mendengar tentang LIFG. Saya tak mengenal Salah," ujarnya.
Menurut Imam Masjid Didsbury, Mohammed Saeed el-Saeiti, Abedi adalah ekstremis berbahaya. "Salman memperlihatkan kepada saya wajah kebencian karena ceramah saya tentang ISIS," katanya. "Dia pernah menunjukkan wajah kedengkian dan saya bisa mengatakan anak ini tak menyukai saya. Bukan hal yang mengejutkan buat saya."
Sampai polisi bisa menguak apa yang sebenarnya terjadi pada diri Abedi, tindakannya pada Senin pekan lalu itu, jika meminjam kata-kata seorang anggota masyarakat Libya di Manchester, hanya bisa datang dari "orang yang sudah tak menggunakan akalnya".
Purwanto Setiadi (bbc, The Guardian, The Telegraph)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo