PADA suatu senja, Februari lalu, seorang perwira menengah Filipina di kantornya di Manila. Perwira itu, yang tak mau disebut namanya, dipanggil menghadap Presiden Aquino beberapa hari sebelumnya, bersama 24 perwira menengah lainnya, termasuk Kolonel Honasan. Mereka termasuk kelompok yang dikenal sebagai "RAM boys". Berikut adalah intisari wawancara, yang berlangsung lebih dari satu jam. Apa yang Anda bicarakan dengan Presiden Cory Kami bicara apa adanya. Presiden meminta kami menceritakan segala keluh kesah. Kami bercerita tentang kecurigaan masyarakat yang melukai perasaan. Kami bercerita tentang tulisan di media massa yang memutarbalikkan fakta dan memojokkan kami. Kami bertanya mengapa pemerintah lunak terhadap kaum komunis tapi keras terhadap kami. Bagaimana tanggapan Presiden Cory? Ia mendengarkan semua keluhan dengan baik. Presiden menjanjikan akan memperhatikan nasib kami lebih baik. Ia menginginkan agar komunikasi antara kami bisa berjalan lancar. Apa yang Anda maksud dengan perbaikan nasib itu? Anda lihat saya seorang perwira menengah (ia menyebutkan pangkatnya, tapi minta dirahasiakan) dan memiliki jabatan pimpinan. Gaji saya hanya 3.000 peso (sekitar 240 ribu rupiah). Padahal, kebutuhan saya dua kali jumlah itu. Sedangkan dengan kualifikasi pilot pesawat transpor yang saya miliki, sebenarnya saya bisa mendapat gaji jauh lebih tinggi di luar. Tapi saya ingin berbakti di sini. Yang saya inginkan tak banyak, sekadar agar keluarga saya bisa hidup sederhana. Anak saya bisa meneruskan sekolah ke perguruan tinggi. Hingga saya bisa tenang berbakti. Tetapi, mengapa ada militer yang melakuan pemberontakan? Ada beberapa sebab. Ada yang memberontak karena pada zaman Marcos ia mendapatkan banyak keistimewaan dan sekarang tidak lagi. Tapi ada juga yang khawatir terhadap membesarnya pengaruh komunis pada pemerintah. Kami tak percaya komunis, karena kami berpengalaman bertempur dengan mereka. Kami tahu betul sikap mereka. Yang kasihan sebenarnya para prajurit yang kadang kala hanya ikut komandannya atau karena tertarik bayaran sejumlah uang. Apa sebenarnya keinginan RAM itu? Saya sendiri tidak tahu siapa yang membentuk RAM. Hanya saja sebagai teman seakademi, apalagi seangkatan, kami memang selalu berhubungan. Kadang kala kami tolong-menolong, terutama bagi teman yang menghadapi musibah akibat pertempuran. Misalkan saja kami melakukan iuran yang disumbangkan bagi keluarga teman yang tewas. Kami mengalami bagaimana sulitnya keadaan di medan perang. Dan itu membuat kami semakin dekat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini