Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Antisipasi Unjuk Rasa Berlanjut, Iran Kirim Pasukan Elit

Pasukan elit Iran dikirim ke tiga provinsi untuk menghentikan unjuk rasa anti-pemerintah.

4 Januari 2018 | 10.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Demonstran pro-pemerintah berbaris di Arak, Iran, 3 Januari 2018. Sebanyak 450 lain dikabarkan ditangkap akibat unjuk rasa yang diwarnai aksi kekerasan. Iran Press via AP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gara Revolusi Iran telah mengerahkan pasukan elitnya ke tiga provinsi untuk menghentikan unjuk rasa anti-pemerintah setelah 6 hari mereka mengguncang pemerintah dan menyebabkan 21 orang tewas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Protes, yang dimulai pekan lalu karena kesulitan ekonomi yang diderita oleh kelas muda dan pekerja, telah berkembang menjadi perlawanan terhadap kekuatan dan pemegang hak istimewa negara itu, terutama pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Baca: Garda Revolusi Iran Klaim Unjuk Rasa Anti-Pemerintah Berakhir

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demonstrasi berlanjut setelah malam tiba dengan ratusan orang membanjiri jalanan Malayer di provinsi Hamadan sambil bernyanyi: "Orang-orang mengemis, pemimpin tertinggi bertindak seperti Tuhan!"

Video yang viral di media sosial menunjukkan pemrotes di kota utara Nowshahr meneriakkan "kematian kepada diktator".

Untuk mengurangi kekhawatiran tentang terus berlanjutnya demonstrasi tersebut, komandan Garda Revolusi, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, mengatakan, dia telah mengirim pasukan ke provinsi Hamadan, Isfahan dan Lorestan untuk menangani hasutan baru, seperti dikutip dari CNN. 

Pemerintah juga mensponsori demonstrasi untuk melawan aksi massa anti-pemerintah di beberapa kota pada hari Rabu pagi, 3 Januari 2018.

Baca: Ali Khamenei Tuding Musuhnya Biang Kerok Rusuh di Iran

Jafari mengatakan demonstrasi pro-pemerintah menandai berakhirnya demonstrasi anti-pemerintah yang jumlahnya maksimal 1.500 orang di setiap tempat, dan jumlah pengacau tidak melebihi 15.000 orang di seluruh negeri.

Namun, aksi massa yang dilakukan secara spontan tanpa pemimpin yang jelas tampaknya mulai menjadi daya tarik di antara kelas menengah dan aktivis kelas menengah yang ikut serta dalam demonstrasi tahun 2009.

Lebih dari 100 aktivis wanita Iran menyuarakan dukungan untuk sebuah pemberontakan baru dalam sebuah pernyataannya kemarin. Beberapa pengacara terkemuka Iran, termasuk peraih Nobel Perdamaian Shirin Ebadi, mendesak Teheran untuk menghormati hak rakyat atas kebebasan berkumpul dan berekspresi yang dijamin di bawah konstitusi.

Baca: Unjuk Rasa di Iran, 450 Orang Ditahan

Beberapa serikat buruh serta kelompok minoritas Kurdi juga telah ikut andil di balik demonstrasi tersebut.

Protes ditujukan kepada Hassan Rouhani, seorang moderat yang memperjuangkan sebuah kesepakatan pada tahun 2015 untuk mengekang program nuklir Iran yang disengketakan sebagai imbalan atas pencabutan sanksi-sanksi internasional.

Banyak pemrotes yang marah atas apa yang mereka lihat sebagai kegagalan pemerintah Rouhani untuk memenuhi janji-janji lebih banyak pekerjaan dan investasi sebagai dividen kesepakatan nuklir.

Di Geneva, Swiss, Kepala Dewan HAM PBB mendesak Iran untuk mengendalikan pasukan keamanan guna menghindari kekerasan lebih lanjut dan menghormati hak untuk berkumpul secara damai.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus