Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menyatakan bahwa Iran dapat membuat bahan fisil yang cukup untuk satu bom nuklir dalam waktu kurang dari dua minggu. Peringatan ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Pertahanan AS Colin Kahl, di tengah pernyataan Perserikatan Bangsa-bangsa bahwa Iran telah memperkaya uranium hampir ke tingkat senjata di situs nuklir bawah tanah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kahl mengatakan pada sidang DPR AS bahwa program nuklir Iran telah berkembang secara signifikan sejak pemerintahan Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Dia ditanya mengapa pemerintahan Joe Biden berusaha menghidupkan kembali perjanjian yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Karena kemajuan nuklir Iran sejak kami meninggalkan JCPOA sangat luar biasa. Pada 2018, ketika pemerintahan sebelumnya memutuskan untuk meninggalkan JCPOA, Iran membutuhkan waktu sekitar 12 bulan untuk menghasilkan bahan fisil senilai satu bom. Sekarang akan memakan waktu sekitar 12 hari,” kata Kahl.
"Jadi saya pikir masih ada pandangan bahwa jika Anda bisa menyelesaikan masalah ini secara diplomatis dan membatasi program nuklir mereka, itu lebih baik daripada opsi lain. Tapi saat ini, JCPOA sedang membeku," kata Kahl.
Pejabat AS telah berulang kali memperkirakan Iran membutuhkan waktu lebih singkat untuk membuat bahan bom nuklir. Belum ada perkiraan yang lebih spesifik seperti yang diungkapkan oleh Kahl.
Sementara para pejabat AS mengatakan Iran semakin dekat untuk memproduksi bahan fisil, mereka tidak percaya Iran telah menguasai teknologi untuk benar-benar membuat bom. Di bawah kesepakatan 2015, yang ditinggalkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2018, Iran telah mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi.
Trump memberlakukan kembali sanksi Amerika Serikat terhadap Iran, yang membuat Teheran melanjutkan pekerjaan nuklir yang sebelumnya dilarang. Hal ini membuat AS, Eropa, dan Israel ketakutan bahwa Iran mungkin sedang membuat bom atom. Iran menyangkal ambisi semacam itu.
REUTERS
Pilihan Editor: Larang TikTok, China Sindir AS Negara Adidaya tapi Penakut