Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Niat menjelajahi pulau berujung main petak umpet dengan buaya. Ryan Blair, 37 tahun, turis Selandia Baru, terjebak selama dua pekan di Pulau Governor, sebuah pulau terpencil di Australia Barat. Dia tak bisa keluar dari pulau karena takut diterkam buaya air asin besar yang menguntitnya.
Awalnya Blair menumpang kapal untuk wisata jelajah pulau. Saat dia hendak meninggalkan pulau dengan perahu kayak, buaya besar mengikutinya. "Jaraknya dekat sekali," kata Blair, seperti dikutip Perthnow. Dia tak berani berisiko mendayung empat kilometer kembali ke daratan. Blair pun balik ke pulau, menarik kayaknya sejauh mungkin ke daratan, dan berfokus bertahan hidup seraya mencari bantuan. Pertolongan akhirnya datang pada Sabtu dua pekan lalu. Don Macleod, penduduk Kalumburu, Australia Barat, merapat ke pulau setelah melihat sinyal cahaya, kemudian mengevakuasi Blair. "Dia terlihat sangat lelah," ujar MacLeod.
Keputusan Blair tidak menantangnya sudah tepat. Sang buaya sempat muncul di samping kapal MacLeod, dan terlihat panjangnya hampir menyamai kapal yang berukuran sekitar enam meter itu. "Sangat besar, salah satu buaya paling besar di sekitar sini," kata MacLeod.
Di tempat lain, nasib Sean Cole, 26 tahun, lebih nahas. Ahli teknologi informasi itu disergap buaya di Sungai Mary, 65 kilometer dari Darwin, Senin dua pekan lalu. Warga Australia itu disambar buaya saat berenang. Belasan orang menyaksikan horor dari tepi sungai. Cole berada di rahang buaya untuk beberapa saat, sebelum hilang dari pandangan. Polisi kemudian menembak mati empat buaya. Salah satunya diyakini penyerang Cole. Beberapa jam kemudian mayat Cole dan bangkai buaya sepanjang 4,7 meter terapung di sungai." Sungai Mary dikenal memiliki populasi buaya air asin dewasa terbesar di dunia," kata komandan polisi Sersan Geoff Bahnert. Pakar buaya Grahame Webb dari Kebun Binatang Darwin menegaskan, praktis tak ada peluang selamat jika berenang di sungai selebar 80 meter yang penuh buaya itu.
Di daerah perairan Australia, potensi serangan buaya sangat besar. Kini masalahnya bertambah karena di beberapa daerah binatang melata ini seakan-akan kurang "menghormati" wilayah. Tak hanya di perairan, mereka kadang naik ke darat, bahkan di Northern Territory sudah jamak masuk ruang tamu. "Saat air sungai naik, buaya bisa merayap ke mana saja," kata Rachel Pearce dari Komisi Taman dan Satwa Liar, Northern Territory.
Populasi buaya memang meningkat dalam beberapa tahun terakhir, sejak diterapkan larangan perburuan pada 1971. Saat ini di kawasan Northern Territory terdapat sekitar 80 ribu ekor buaya, 50 ribu ekor di Queensland, dan 130 ribu di Australia Utara. Serangan terhadap orang pun meningkat dengan korban tewas sedikitnya satu orang dalam setahun.
Beberapa pihak di Australia menempuh upaya mengatasi gangguan buaya, baik untuk jangka panjang maupun spontan. Kamis dua pekan lalu, misalnya, lebih dari selusin penjaga hutan berjibaku seharian menangkap buaya 4,5 meter dengan berat 400 kilogram dari sungai di Queensland Utara. Buaya itu sebelumnya mendapat julukan "Si Bully" karena kerap usil menabrak perahu nelayan di Sungai Herbert di Halifax, sekitar satu jam arah utara Townsville.
Pemerintah juga terus berkampanye tentang perlindungan warga dan turis dari serangan buaya. Misalnya membuat zona eksklusif bebas buaya sepanjang 50 kilometer di sekitar kawasan padat penduduk di Darwin, atau menayangkan iklan televisi mengenai bahaya buaya. Ada juga ide menggelar perburuan buaya, yang selain bisa menekan populasi buaya diharapkan menarik wisatawan. Namun perburuan itu tampaknya tak akan menjadi kenyataan karena pemerintah dan aktivis lingkungan di Australia terlalu sayang binatang, termasuk buaya.
Harun Mahbub (Associated Press, BBC, RadioAustralia, Telegraph, VOA)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo